Menghilang!? (2)

18 11 0
                                    

(Tok...tok..tok...)
Suara ketukan pintu terdengar dari luar di tengah tengah derasnya hujan dan petir.

Sarah yang sedang mondar-mandir melihat jendela kacanya dengan penuh kekhawatiran, pergi menuju salah satu pintu yang terdengar sedang diketuk oleh seseorang.

Ia berharap bahwa seseorang yang dikhawatirkannya itulah yang sedang mengetuk pintu itu.

Ia berjalan menuju suara ketukan itu dan segera membukanya, dan...

(Kreekk) pintu dibukanya dan tiba-tiba ia memeluk seseorang yang berada diluar pintu itu. Itu adalah suaminya dan bukan seseorang yang sedang ia khawatirkan.
Dalam pelukan terlihat kekhawatiran dan air mata yang menetes.

"Mah, ada apa ini? Kok mamah nangis?"

"Pah, aa... pah, Airin. Airin belum pulang. Mamah takut Airin kenapa-napa. Mamah takut Airin tersesat sampe dia gak tau untuk pulang lagi." Ucap Sarah setelah melepas pelukan suaminya yang baru saja pulang dari kantor.

Mendengar ucapan istrinya, ia bingung.
"Mah, mamah tenang dulu. Mamah jelasin sama papah. Jangan bikin takut lah mah."

"Dari pulang sekolah Airin belum pulang, pah. Mamah pikir dia ada kegiatan mendadak. Tapi makin gelap, mamah tambah kuatir. Mamah telfon tapi gak aktif. Mamah telfon salah satu gurunya, katanya gak ada kegiatan disekolah hari ini. Sampe hujan deras begini, mamah tambah kuatir. Mamah gak tau mau gimana lagi. Dan mamah gak punya nomer telepon temannya Airin. Pah, maafin mamah." Ucapnya menyesal.

"Udah, udah ya sayang. Kamu gak usah nangis lagi. Mungkin dia kejebak hujan lagi di rumah temennya. Atau hpnya lowbat. Kita jangan langsung panik dan berpikir yang aneh. Yaudah, kita cari bareng-bareng ya." Balas suaminya menenangkan Sarah yang masih terlihat khawatir.

Betul, bahwa Airin pun tidak pulang kerumah. Sarah bukannya tidak khawatir dengan ketidak pulangan putri tunggalnya, namun ia takut jika harus bertindak sendiri mencarinya. Ditambah cuaca yang sangat tak mendukung.

Untung saja suaminya segera pulang dimalam itu meski malam sudah semakin larut, hingga ia tak begitu panik lagi seperti sebelumnya. Kehadiran suaminyalah, justru yang menenangkannya dan bukan malah menyalahkannya dalam keadaan ini.

                         °¤¤¤¤°

Sudah 11 panggilan tak terjawab dari ibunya, ia semakin tak tahan lagi untuk mengabaikannya. Dengan segala kepasrahan ia mencoba menenangkan pikiran dan hatinya untuk mencoba berkata sejujurnya lagi pada ibunya. Dan harus menguatkan hati dan telinganya untuk mendengarkan ibunya menangis.

Ia kemudian menggenggam androidnya dan mengangkat telepon dari ibunya.
Dan....

"Halo mih!" Ucapnya seakan tak ingin menunjukkan suara kekhawatiran pada ibunya. Ia bahkan menutup matanya untuk menguatkannya mendengarkan ucapan ibunya.

"Al...." ucap wanita yang adalah ibunya. Namun kali ini ucapannya berbeda tidak seperti suara saat sebelumnya ia menghubungi ibunya.

"Mih, Al minta maaf. Al belum bisa nemuin Bella. Al udah keliling dan nanya temen-temennya tapi gak ada juga perubahan. Al mohon mamih jangan tambah syok denger ini. Tapi Al bakal cari mih. Dan Al gak bakal pulang sebelum nemuin Bella." Ucapnya terus-menerus tanpa memberikan jeda untuk ibunya berbicara.

"Al.. Al..! Dengerin mamih dulu sayang. Kamu gak usah cari Bella lagi. Kamu pulang aja sayang. Bella udah di rumah, Bella udah pulang. Bella tadi bereng sama cewe cantik. Dan mereka baik-baik aja kok sayang." Jelas ibunya

"Serius mih? Sia..." belum sempat ia melanjutkan pertanyaannya, ibunya sudah memotong dengan menjawabnya.

"Udah. Kamu pulang aja sayang. Nanti aja dijelasinnya. Mamih tunggu dirumah ya sayang. Hati-hati! Byee." Balas ibunya dan langsung terputus.

Mendengar penjelasan ibunya, Al semakin lega. Ia langsung memutar balik mobil yang dikendarainya menuju rumahnya dengan kecepatan tinggi. Ia sangat tak sabar melihat adiknya yang membuatnya hampir kehabiaan nafas dan kehilangan jantung akibat mengkhawatirkannya. Ia juga penasaran siapa yang membawa adiknya itu hingga tak pulang-pulang kerumah. Ia ingin sekali mencaci maki orang yang bersama adiknya saat ini.

>>>>>>>>>>>>>

Sesampainya dirumah, ia segera membuka pintu dan langsung menemui adiknya. Ternyata mereka sedang duduk di sofa. Dan terlihat adiknya memakai baju tidur. Dan ada satu orang yang duduk di sofa membelakangi ia saat masuk ke rumah dan hanya ujung kepalanya saja yang tampak.

Sebelum Al menghampiri adiknya itu, Bella sudah terlebih dahulu berlari menuju Al yang ingin menghampirinya dan memeluknya.

"Kakak!" Ucapnya dengan senyum yang merasa tak bersalah sudah mengkhawatirkan kakaknya itu.

"Dari mana aja lo? Anak bawang. Taunya cuman bikin orang panik aja. Makanya jangan suka kelayapan. Gue jadi capek kan, nyari lo ujan-ujanan. Untung ketampanan gue gak luntur." Ucap Al mengomel pada Bella masih dalam pelukannya.

"Iiih! Ngeselin deh! Yaudah kalo gak iklas. Bella juga bisa pulang kok." Bella segera melepas pelukannya dari kakaknya dengan memanyunkan bibirnya.

"Siapa temen lo itu? Berani banget ya bawa lo pergi tanpa ingat pulang. Bikin mamih kuatir banget tau nggak. Biar gue caci maki dulu itu ana..." mendengar ucapan kakaknya, Bella tersenyum tak karuan.

Belum sempat ia melanjutkan ocehannya, ia berhenti akibat perempuan yang duduk membelakanginya segera berdiri membalikkan badannya ke arah Bella dan Al. Ia sangat terkejut bahwa gadis yang menemani adiknya itu, gadis yang sedari tadi ia katakan pada dirinya sendiri akan mencaci maki jika ia melihatnya, ternyata itu adalah Airinshy. Gadis yang disukainya sejak pandangan pertama. Gadis yang membuatnya semakin semangat melewati hari-harinya yang penuh kesibukan, baik di dalam belajarnya maupun di organisasinya.

Mendengar ucapan Al yang seperti itu, jujur itu membuat Airin takut. Hingga ia segera berdiri dan ingin pamit pulang.

"Ayo loh kak! Caci maki aja tuh, kak Airinnya. Berani gak? Hahahha..." pancing Bella.

"Hai! Ternyata lo. Gue kirain siapa tadi. Gak jadilah. Gue gak mungkin dong caci maki cewe cantik gini.  Sorry yah." Al merasa malu. Ibunya hanya tersenyum melihat putranya itu.

"Al, tadi mereka udah cerita sama mamih kejadiannya. Yaudah kamu anterin siapa tadi? Airin yah. Anterin Airin dulu sayang pulang. Pasti orangtuanya juga kuatir deh kaya mamih. Jangan-jangan mereka udah cariin Airin lagi." Ucap ibu Al.

"Iya tante. Airin pulang dulu. Soalnya takut mamah sama papah kuatir." Ucap Airin.

"Gue anter ya?" Tawar Al singkat dibalas dengan anggukan oleh Airin.

"Yaudah, hati-hati ya sayang. Tante titip salam sama mamah papah kamu. Jangan segan-segan datang."

"Iya tante. Permisi tante. Pergi ya, Bel." Pamitnya dan segera pergi bersama Al.

_______

Dalam mobil terlihat Airin kelelahan dan kedinginan. Meski ia sudah berganti pakaian menggunakan pakaian adiknya. Beberapa menit dalam perjalanan, Al ingin menanyai kejadian kepergian mereka sampai mengkhawatirkan banyak orang. Namun Airin sudah tertidur dalam mobil.
Pantas saja suasana mobil begitu sunyi.

Melihat Airin yang tertidur, Al merasa kasihan dan membuka jaket yang digunakannya untuk menutupi badan Airin agar tak kedinginan dalam suasana hujan yang tak kunjung reda.

Sesekali ia menoleh ke arah Airin yang tertidur pulas. Ia merasa senang bisa menatap ketenangan gadis itu dalam tidurnya.

"Ya, ampun. Lo tidur aja manis banget sih, Rin. Sampe gak pengen rasanya gue liat jalan raya. Mending gue liat lo aja bisa bikin hangat suasana ditengah-tengah derasnya hujan." Ucap Al sesekali memanandang Airin.  (Emang bandrek  apa bisa bikin hangat?).

¤¤¤♡¤¤¤

Jangan lupa kasih bintangnya★ya! :)
Di komen, juga gak papa. ;)
Semoga suka♥

ANIMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang