Jatuh Cinta

117 17 1
                                    

》》》

Ternyata selain Al, ada juga yang sedari tadi memperhatikan Airin. Ternyata laki-laki ini juga sudah melihat tingkah Airin sedari tadi, hingga dirinya hampir tumbang dan akhirnya tergeletak ke tanah.

Rendi, sang ketua kelas yang tegas, pintar, tampan, dan memiliki sosok yang terbilang kaku. Dialah yang juga sedari tadi memperhatikan Airin.

(Brukk...)
Tiba-tiba aktivitas berlari mengelilingi lapangan segera berhenti,mendengar seseorang yang jatuh ditengah barisan para siswa yang sedang berlari.

"Airin,, kamu gak papa? Rin,," suara laki-laki yang sedang berusaha membangunkan Airin. Namun, tak ada gubrisan sama sekali hingga laki-laki itu mengangkatnya dan membawanya keruang UKS. Para siswa dan siswi pun lagi-lagi gencar melihat Airin pingsan lagi.

Bukan hanya satu kelas Airin yang menghentikan aktivitasnya, para siswa yang sedang berolahraga di lapangan sebelah pun ikut gencar dengan keadaan saat itu.

Memang bagi orang seperti Amel, yang benci dengan olahraga sangat menyukai kejadian seperti ini. Bagaimana tidak, dengan kejadian barusan membuat aktivitas yang sangat dibencinya ini diberhentikan oleh Pak Joko yang tidak pernah memberhentikan aktivitas olahraganya jika ada sesuatu yang dianggapnya kurang penting. Namun kali ini berbeda.

"Ren, hati-hati bawa Airinnya. Lo bisa nggak, biar kita-kita bantuin lo?" Ucap Karin pada Rendi. Ternyata Rendi si ketua kelaslah yang menggendong Airin menuju ruang UKS, yang juga di temani oleh 5 sahabat Airin dan juga pak Joko.

Sementara Al yang sudah cukup berusaha berlari secepatnya untuk membantu Airin, ternyata gagal dan harus menghentikan larinya,setelah melihat Airin sudah terlebih dahulu ditolong orang lain.

"Sial! Gue memang bego! Bisa-bisanya Airin digendong ama tuh, orang. Dasar bego,bego, padahal dari tadi gue udah ngeliatin dia. Arghh... " ucap Al marah pada dirinya sendiri yang tidak sigap menolong Airin.

Entah mengapa hatinya sangat kesal melihat Airin dibawa dan digendong pula, oleh siswa lain.

Dilain tempat, tepatnya diruang UKS, Airin sedang berusaha dibangunkan oleh teman-temannya dan juga tentunya sang wali kelas yang super-duper perhatian yang sudah hadir setelah mendapat berita bahwa ada siswa kelasnya pingsan, tiba-tiba ruangan diketuk oleh seseorang dari luar. Dan langsung masuk begitu saja, sebelum orang-orang didalam mempersilahkannya.

"Alfonso, ada apa? Kenapa kamu seperti dikejar-kejar seseorang?" Tanya ibu Janet, saat Al masuk keruang UKS.

Yah, itu Al. Dia memang sedang berlari keruang UKS. Dia sangat penasaran apa yang terjadi pada wanita yang tak sempat ditolongnya itu.

"Maaf bu, saya langsung masuk sebelum ibu suruh saya masuk. Tapi bu saya ingin melihat keadaan Airin. Apa dia sudah sadar? Kebetulan tadi saya melihat Airin pingsan bu."

"Oh, dia belum sadar dan ibu sangat khawatir dengan keadaan Airin yang seperti ini. Ini bukanlah kali pertamanya. Dan lihat, mukanya sangat merah. Apa kita harus membawanya kerumah sakit saja yah,? Bagaimana ini pak? Atau kita beritahu pada orangtuanya saja?" Tanya ibu Janet mulai bingung.

"Menurut saya kita bawa sajalah bu kerumah sakit terdekat. Kalo kita langsung beritahu orangtuanya nanti, takutnya  jadi panjang persoalannya."
Jawab pak Joko pada ibu Janet.

"Bu, Pak. Kalo gitu kita bawa kerumah sakit papih saya aja. Kan dekat dari sini. Kasihan Airin bu, dan kasihan juga orangtuanya yang harus terus-terusan mendengarkan berita tentang Airin." Ucap Al akhirnya yang membuat yang lainnya mengangguk setuju.

"Hem.. Al memang baik banget yah. Udah ganteng, pintar, uuh.. pokoknya idaman banget deh." Ucap Nindy pelan pada temannya yang lain ditangah-tengah keadaan yang menegangkan itu.

ANIMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang