Maaf

23 12 4
                                    

°Di dalam kelas》
Sejak kejadian tadi yang dialaminya, membuat Airin terdiam. Meski di depan ada guru sedang menerangkan pelajaran, ia nampaknya tak memperhatikan bahkan mendengarnya.

Bayu dan Nindy tak sengaja melihat Airin yang seperti sedang memikirkan sesuatu. Airin terlihat hanya memandang kesatu arah saja dan wajahnya sungguh tak memiliki semangat seperti biasanya.

Saat guru tidak menghadap kearah siswa, Bayu dan juga Nindy saling membuat kode untuk menunjuk Airin yang demikian menghawatirkan.

"Kenapa tuh bocah?" Tanya Bayu dengan suara berbisik.

[Sstt! Jangan kenceng-kenceng suara loh kunyuk. Gue juga kagak tau. Kali dia lagi ada masalah di rumah.] Tulis Nindy dalam sebuah kertas kecil yang diberikan pada Bayu. Kebetulan duduk mereka berdekatan.

"Gaaakk mungkiinn! Tadi pagi dia masih biasa aja kok." Jawab Bayu dengan bisikan namun itu terlalu keras, hingga membuat guru menegurnya.

"Siapa itu? Kenapa bisik-bisik? Itu pasti si Bayu. Emang ya si Bayu kerjanya hanya bisik-bisik tetangga aja." Ucap guru yang sudah hafal dengan suara Bayu meski berbisik. Karna bukan hanya saat itu saja Bayu seperti itu, berbisik-bisik dengan suara kencang sudah menjadi kebiasaannya.

"Hehe... Ibu. Kok langsung tau sih bu? Bayu bukan bisik-bisik tetangga bu, tapi Bayu lagi bisikin hati ibu." Jawabnya menggombal menghindari amarah.

"Wahahahahah! Cieee...!" Ucap teman-teman Bayu.

"Gak usah ngeles deh Bayu, pake cara ngerayu ibu segala. Basi tau gak."

"Yakan bisa dipanasin toh bu." Sambungnya lagi mengundang gelak tawa diruangan itu.

"Udah! Kamu memang ya, pantang di pancing. Coba kamu jelasin ulang apa yang ibu sampaikan barusan."

"Yang mana bu? Soalnya yang barusan banyak."

"BAAAYUUU!!! Kamu keluar sekarang keliling lapangan sampai les ibu selesai. CEPAAAT!!"

"Ya, yaaa. Si ibu tercantik marah. Jangan marah bu, entar cantiknya ilang."

"BAYUUUUU!"

*******

Bel pulang, Airin segera bergegas pulang setelah pamit pada teman-temannya untuk terlebih dahulu pulang dari pada mereka.

Sesampainya di rumah, Airin mengganti seragamnya dan segera makan. Setelah itu ia masuk kamar dan tak melakukan apa-apa di rumah.

Ibunya merasa aneh dengan sikap putrinya itu. Namun ia berpikir positif saja, mungkin putrinya sedang lelah.

Kemudian Airin memasuki kamarnya yang selalu membuatnya nyaman dalam keadaan apapun meski sedih seperti sekarang ini. Ia merebahkan tubuhnya pada kasur yang beralaskan seprai manis bergambar beberapa es krim yang merupakan makanan manis favoritnya itu.

Tiba-tiba hp nya berbunyi. Entah dari siapa, saat ini ia sedang malas sekali membuka hpnya. 2 kali, 3 kali, 4 kali berbunyi, ia semakin tak tahan untuk tidak menghiraukannya dan segera mengambil handphone yang terletak begitu saja diatas tempat tidurnya.

29 panggilan tak terjawab dari 'Alfonso'.

"Ya ampun. Berarti dia udah nelfon dari tadi sejak aku makan. Ada apa ya dia nelfon? Ah, udah lah. Lagian gak penting jawabnya. Dia aja gak peduli waktu aku di buly sama sekelasnya. Setidaknya dia nolong atau apalah.
Ya ampun. Kok aku jadi ngomong gitu ya. Aduuh sadar Airinsy, sadar!" Ucapnya kesal sendiri. Sekali lagi hpnya berbunyi, namun itu bukan telepon, itu adalah bunyi pemberitahuan WA nya yang juga belum dibukanya sejak tadi.

ANIMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang