~Sejadah Cinta
Oleh: Nia Daniati
*Lanjutan part 1Aku belum bisa mengambil keputusan. Banyak yang dipertimbangkan, belum lagi, dia sudah ku anggap kakak sendiri, bagaimana ini? Aku benar-benar bimbang seperti seorang paranoit.
--
Masih lekat di ingatan ku, suatu hari ia datang ke rumah membawa sekresek cemilan, ngobrol asyik bersama kakak kandungku yang usianya dua tahun lebih tua darinya. Mungkin hanya sekedar silaturrahim karena memang sejak kecil kami sudah seperti keluarga. Orang tuaku dan orangtuanya dekat. Jadi bukan hal aneh jika sewaktu-waktu ia berkunjung ke rumah. Lagi pula, jarak rumah kami tidak terlalu jauh, tapi justru yang ku lakukan adalah mengurung diri di kamar, takut berjumpa atau sekedar menyapanya. Ada rasa yang tak biasa, aku selalu saja salah tingkah saat berpapasan dengannya. Aku berusaha menjaga jarak agar tidak bertingkah aneh.
.
Kedatanganku dari perantauan adalah hal yang dinanti-nanti. Setelah bertahun-tahun megemban study di luar kota. Aku semakin kagum dengannya, sopan santunya, tutur katanya, ekspresi dan kepandainnya tidak diragukan lagi, jadi wajar saja jika kuanggap dia sebagai kakak dan teman dekatku selama ini.
“Afwan dek, kau tak ikut kajian? Saya yang akan menyampaikan materi sore ini,” tegurnya disuatu hari.
“Afwan kak, kerjaanku belum selesai, sore ini aku akan menemui ibu di rumah nenek,” jawab ku dengan gugup. Aku hanya tertunduk dalam-dalam. Ah, rasanya aku hampir tak sadarkan diri. Semua benar berubah. Aku rindu diriku yang dulu, yang tidak kaku dan penakut seperti itu.
~bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejadah Cinta
SpiritualOleh : Nia Daniati Istiqomah Persahabatan dekat yang terasa seperti kakak adek, bagaimana mungkin akan berubah menjadi pasangan. Setelah pulang dari perantauan untuk mengemban studi di luar kota, kebimbangan itu pun mulai berdatangan.