~Sejadah Cinta
Oleh: Nia Daniati
*Part 5
---
Aku hanya berfikir inilah takdir. Kita tak dapat memilih dengan siapa akan bertemu dan siapa orang yang akan kita cintai, kita hanya berjalan sampai di titik takdir yang telah ditetapkanNya.
Seminggu menjelang pernikahan mereka, ibu menyuruhku untuk pulang dan menghadiri resepsi pernikahannya. Untuk apa aku menghadirinya? Aku tak dapat menjamin akan baik-baik saja bila berada di sana. Aku mencoba menjelaskan pada ibu, “tak mengapa anakku, apa yang membuatmu sakit saat ini adalah cara Allah mencintaimu, pernahkah kau sesakit itu tatkala bermaksiat kepadaNya? Berharap kepada manusia hanya berbuah kekecewaan. Berharaplah kepada Allah agar kau tak kecewa, jangan terus berlarut dalam kesedihanmu,” terang ibu.
.
Aku akhirnya pulang kampung dan dengan berat hati menghadiri resepsi pernikahan mereka. Aku berusaha tampak bahagia, padahal jauh dalam lubuk hati aku merasakan perih yang tak tertahan. Di antara tamu undangan yang hadir mungkin akulah yang paling tersiksa.
Adinda bak bidadari, cantik dan shalehah, saat itu mereka adalah pasangan paling bahagia di dunia. Mereka sangat serasi, bagai pangeran dan permainsuri.
.
Meskipun begitu, aku tak dapat berbohong pada perasaanku. Rasanya hatiku akan meledak, dadaku sesak menyaksikannya, bila saja aku tak bergegas pulang ke rumah mungkin aku akan menangis tersedu-sedu di hadapan mereka. Oh ya Allah, mengapa berat sekali? Lagi-lagi aku menganiaya diriku sendiri. Aku akan beranjak dan lekas bangun dari mimpiku, aku terlalu mengharapkannya padahal jelas aku tak pantas lagi berharap..
--
Aku terisak dalam sujudku, aku berusaha keras mengahapus dan mengikhlaskan dia, berusaha semampu aku. Bahkan, sehari setelah pernikahan mereka, aku kembali ke Aceh. Kembali sibuk dengan study ku, ini yang terbaik. Aku tak ingin berlama-lama di kampung.
Kadang aku menyesal, mengapa waktu itu aku tak menerima pinangan dia? Hal yang aku takutkan akhirnya terjadi, aku sakit dan seperti ini.
.
Kadang ada saatnya manusia berada dalam situasi yang terpuruk, kadang pula Allah menguji hambaNya dengan tingkat kesulitan yang unik dan mengesankan.
Ah, bukan kesulitan, sebaiknya aku menyebutnya ‘rintangan’.
Seringkali aku melaluinya dengan sedikit rasa kecewa. Tatakala kekecewaan itu hadir, aku kembali mengingat bahwa aku terlalu berlarut-larut dan lupa bahwa renacanaNya adalah yang terbaik.
Ini hanya persoalan waktu, dan pada akhirnya aku akan melupakan dia. Itu pasti, kecuali jika Allah berkehandak lain dan menyiapkan kejutan indah untukku.
.
~bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejadah Cinta
EspiritualOleh : Nia Daniati Istiqomah Persahabatan dekat yang terasa seperti kakak adek, bagaimana mungkin akan berubah menjadi pasangan. Setelah pulang dari perantauan untuk mengemban studi di luar kota, kebimbangan itu pun mulai berdatangan.