Jika aku boleh untuk memilih, antara menjadi seorang gembel atau seorang waiters. Maka, aku akan memilih untuk menjadi seorang gembel saja. Meskipun berpakaian dekil, bau dan juga kusam. Setidaknya pakaianku tidak kekurangan bahan seperti ini.
Rok mini? Baju ketat, dengan belahan dada yang terexpose kemana-mana, dan jangan lupakan, lipstick yang merah menyala. Apa itu yang di sebut dandanan seorang waiters? Kurasa tidak. Mungkin sebutan jalang pantas untuk itu.
Tapi faktanya apa? Saat ini aku tengah berada di posisi itu. Dengan baju dan juga riasan yang sungguh, ahh sudahlah. Sukses membuatku terlihat seperti seorang jalang yang haus akan uang.
Belum lagi, mata para pria hidung belang yang tak jarang menatapku dengan tatapan cabulnya.
Oh ayolah, ini sama sekali bukanlah gaya hidupku!
Jika saja ini bukan karena keluargaku. Mungkin aku telah mengakhiri hidupku berbulan-bulan yang lalu.Hidupku yang dulu tentram, damai, dan berkecukupan. Dalam sekejab hilang di terpa badai kehancuran.
Terbiasa hidup dengan mewah, juga dikelilingi dengan uang, sukses menjadikanku seorang putri.
Tetapi, bak dalam dongeng. Pakaian mahalku, hartaku, rumah mewahku. Dalam satu kedipan mata habis tak tersisa.Sungguh, itu adalah bencana besar bagiku, ujian hidup yang berhasil membuat aku dan juga keluargaku jatuh dalam lubang kesengsaraan.
Ibuku, yang terbiasa di perlakukan layaknya seorang ratu, harus menerima kenyataan, bahwa semua fasilitasnya itu telah lenyap.
Mencoba untuk terbiasa hidup di rumah sederhana, tanpa pelayan, tanpa kemewahan. Memasak untuk keluarganya setiap hari.Tidak, ibuku tidak bisa dan takkan pernah bisa melakukan semua itu. Meskipun dilahirkan sebagai seorang wanita, ibuku sama sekali tidak pernah menginjakkan kakinya ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk suami, pada umumnya. Dan itulah kesalahnnya. Sedari kecil, Ibuku terbiasa dilayani, bukan dilayani.
Seiring berjalannya waktu, tubuh yang dulu putih berisi, berangsur-angsur menjadi kusam tak terawat. Berat badannya menyusut dengan derastis. Mungkin terlalu memikirkan suami sekaligus ayahku, yang tiba-tiba mengalami kebangkrutan.
Melihat semua itu, aku, sebagai anak satu-satunya dari mereka, sungguh tak tau harus berbuat apa. Memikirkan nasib keluargaku yang kian buruk, juga perlakuan teman-temanku yang satu-persatu menghina dan mencaciku. Rasanya, aku ingin mati saat itu juga.
Namun aku sadar, disini, bukan hanya aku yang sakit. Ibu jelas lebih sakit dan menderita di banding diriku sendiri. Dan Ayah, aku tau, dia juga pasti merasakan hal yang sama. Namun dia berusaha untuk menutupi itu dari wajahnya. Bersikap seolah-olah tidak terjadi sesuatu.
Belum genap 1 bulan menjalani hidup serba pas-pasan. Jiwa dan raga Ibu rupanya tak sekuat yang kubayangkan. Akibat sering melamun, juga pola makan yang tidak teratur. Membuatnya sering sakit-sakitan.
Hingga di satu titik, dimana ibu, menyerah akan hidupnya. Bersama dengan bunga sakura yang gugur ke tanah, ibu menghembuskan nafas terakhirnya. Meninggalkan suami yang berpuluh-puluh tahun menemani dan menjaganya, suami yang menyayangi dan mencintai sepenuh hatinya. Juga meninggalkan ku, anak satu-satunya.
Bahkan, ibu belum menyaksikan, aku berdiri dengan baju Toga, juga topi yang ku angkat tinggi-tinggi seperti impiannya.
TBC~
![](https://img.wattpad.com/cover/147279915-288-k416820.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI YANG BERBEDA - myg(nc+)
Fanfiction⚠Mengandung unsur Dewasa⚠ Siapa sangka, seorang Min Yoon-Gi yang terkenal akan kearoganan juga keangkuhannya, ternyata memiliki masalalu yang kelam, jauh dari kata bahagia, apalagi sempurna. Masalalu yang selalu menghantuinya seakan meminta pertangg...