Chapter 9

1.1K 146 39
                                    

Waktu menunjukan pukul 02:05 dini hari ketika Jongwoon mendengar suara pintu yang dibuka diikuti oleh suara samar-samar sepatu yang berbenturan dengan lantai. Rasa kantuk karena terbangun terlalu dini masih menguasai dirinya, namun Jongwoon berusaha tetap terjaga. Dengan terkantuk-kantuk Jongwoon pun membuka pintu kamar, lalu berjalan menuruni anak tangga.

Sesuai dugaannya, sang ayah yang baru saja memasuki rumah hendak membuka pintu kamar. Jongwoon buru-buru menuruni tangga untuk sekedar menyapa ayahnya yang sudah satu minggu lamanya tidak pulang ke rumah.

"Appa sudah pulang?"
"Hmm..."

Tanpa menolehkan kepalanya, Heechul hanya menjawab sapaan Jongwoon dengan bergumam pelan. Tanpa sapaan atau pun pelukan hangat layaknya seorang ayah yang sudah berhari-hari pergi meninggalkan anaknya sendirian di rumah. Namun Jongwoon yang sudah terbiasa dengan sikap ayahnya hanya bisa memaklumi.

"Appa kemana saja? Kenapa tidak pulang seminggu ini?"

Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Heechul. Pria itu terdiam sebentar, lalu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamar dengan pelan. Jongwoon yang berdiri di undakan paling bawah tangga, menatap sendu pintu kamar bercat coklat tua yang sudah tertutup rapat itu. Meski dia sudah biasa diabaikan Heechul, tetap saja hatinya selalu berteriak, berharap sedikit saja mendapat perhatian dari sang ayah. Sebatas sapaan atau senyuman dari sang ayah saja sudah cukup untuk mengobati rasa hausnya akan kasih sayang dari pria itu.

Dengan langkah pelan Jongwoon pun berbalik menaiki tangga untuk kembali ke kamarnya. Anggota tubuhnya masih membutuhkan istirahat beberapa jam lagi agar bisa segar kembali dan siap beraktivitas pagi nanti.

Tepat pukul 06:00 pagi Jongwoon keluar dari kamar dengan penampilan lebih segar. Kemeja putih, jas biru navy dengan lambang SMA Jungsang di dada sebelah kiri, celana bahan berwarna cream, dan juga dasi berwarna hitam membalut tubuh kurusnya. Tidak lupa sepatu kets hitam belel yang melapisi kakinya dan juga tas ransel hitam yang tersampir di bahu kiri. Dia menunduk sebentar untuk membenahi ujung celananya yang terlipat, lalu sedikit berlari menuruni tangga.

Saat menginjakan kakinya di lantai satu, Jongwoon dibuat tidak percaya dengan pemandangan tidak biasa yang terpampang di depan matanya sekarang. Di dapur tepatnya di depan kompor, sang ayah sedang mengaduk sesuatu di atas penggorengan. Seumur-umur dia baru pertama kali melihat Heechul memasak. Tapi dilihat dari pergerakan pria itu yang lihai dan tidak canggung saat memasukan bahan makanan maupun menggunakan spatula, pria itu seperti sudah terbiasa berjibaku dengan perabot dapur.

Dengan langkah pelan Jongwoon memasuki kawasan dapur yang menyatu dengan ruang keluarga itu. Perlahan-lahan dia membuka lemari kecil yang terletak di bagian atas kitchen set dan mengambil satu bungkus roti beserta satu botol air mineral. Lalu dia masukan roti dan air mineral itu ke dalam tas.

Jongwoon hendak berpamitan pada Heechul yang sedang menuangkan hasil masakannya ke dalam mangkuk besar di atas meja makan, namun Heechul tiba-tiba membuka suara.

"Kau tidak sarapan dulu?" Ucap Heechul dengan nada datar.

Setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut sang ayah, Jongwoon terdiam. Tidak biasanya ayahnya menegurnya seperti ini. Biasanya selalu dia yang pertama kali menegur pria itu. Ketika Heechul menolehkan kepala padanya, Jongwoon buru-buru duduk di kursi makan dan mengambil kembali roti yang sudah dia masukan ke dalam tas.

Heechul mulai menyantap nasi goreng kimchi yang tadi dia buat. Sementara Jongwoon memakan roti miliknya sembari menatap mangkuk besar berisi nasi goreng kimchi yang tersisa. Aroma nasi goreng itu sungguh menggodanya, tapi dia tidak punya nyali untuk sekedar meminta kepada ayahnya sendiri. Tanpa dia sadari sepasang mata Heechul sedari tadi sedang memperhatikan dirinya. Pria itu menelisik tubuh Jongwoon yang baru dia sadari terlampau kurus. Dibalut dengan jas yang cukup tebal pun anak itu masih terlihat kurus, Heechul yakin dibalik pakaian itu tersimpan bekas luka yang mirisnya ditorehkan oleh dirinya sendiri. Ada rasa iba dan bersalah yang menggelitik hati pria itu saat melihat kondisi Jongwoon yang duduk di hadapannya.

Suffer Boy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang