Chapter 30 - End

3.1K 190 114
                                    

Waktu terus bergulir, musim pun silih berganti hingga sampai di penghujung musim dingin. Hawa dingin masih setia melingkupi sebagian belahan utara bumi, meskipun salju beserta butiran es sudah mencair dan terhitung beberapa hari lagi akan memasuki musim semi. Bias-bias sinar mentari pun mulai menyelusup melalui jendela kaca yang terpasang di beberapa sudut lobi gedung rumah sakit. Dengan langkah yang terbilang cepat, Siwon berjalan dengan mendekap tubuh Yesung yang berada dalam gendongannya. Tidak jauh di belakangnya, sang istri turut mengekorinya dengan menenteng sebuah tas jinjing berukuran cukup besar.

Hari ini setelah enam bulan lamanya menjalani perawatan di rumah sakit, Yesung akhirnya diperbolehkan untuk pulang. Masa-masa sulit saat menjalani serangkaian tahapan operasi, terapi, dan pengobatan lainnya ditengah kondisi psikisnya yang memprihatinkan, sudah cukup membuahkan hasil dengan bisa digerakkannya kedua tangan Yesung setelah empat bulan menjalani terapi dan baru seminggu ini anak itu sudah bisa kembali duduk. Hanya saja kedua kakinya masih lumpuh dengan tulang betis kanannya yang patah dan masih dibebat dengan perban elastis.

Meski kondisi kesehatan Yesung mengalami perkembangan cukup baik, namun trauma akibat penyiksaan yang dialaminya masih setia menghantui. Yesung selalu ketakutan tiap kali tidak ada kedua orang tuanya di sisinya. Butuh waktu cukup lama bagi dokter yang menangani agar bisa bersentuhan dengan anak itu tanpa harus menggunakan obat penenang. Untung saja istri Sungmin yang berprofesi sebagai psikiater selalu siap sedia untuk membantu proses pemulihan psikis Yesung sekaligus mendampingi Yoona dan Siwon dalam menghadapi masa sulit merawat putra mereka, sehingga pelan-pelan Yesung mulai bisa berinteraksi dengan beberapa orang yang sering mengunjunginya.

Belum terlalu banyak orang yang berlalu lalang di lobi rumah sakit, mengingat waktu masih terbilang pagi. Siwon memperlambat langkah kakinya saat akan mencapai pintu keluar. Sembari menunggu sang istri yang tertinggal agak jauh di belakangnya, Siwon pun berusaha menaikkan selimut yang membungkus tubuh Yesung. Melihat sang suami yang tampak kesusahan untuk membenarkan selimut yang melorot sekaligus menahan bobot tubuh putranya, Yoona pun bergegas menyusul keduanya dan membantu Siwon untuk merapatkan selimut agar Yesung tidak kedinginan. Beberapa orang yang berada di lobi menatap heran ke arah mereka, karena Siwon lebih memilih bersusah payah menggendong putranya dibanding membawa putranya dengan menggunakan kursi roda.

Sebenarnya Siwon juga sudah membelikan kursi roda untuk Yesung dan di rumah sakit pun tersedia banyak. Namun dia tidak tega dan belum siap melihat Yesung harus duduk di atas kursi roda, apalagi jika harus menjadi tontonan orang banyak. Dia khawatir Yesung akan ketakutan dan tiba-tiba mengalami serangan panik. Saat ini pun Siwon bisa merasakan tangan Yesung semakin kuat memeluk lehernya.

"Tenanglah, mereka tidak akan menyakitimu." Yoona mengusap kepala Yesung yang tertutupi beanie berwarna merah. Wanita itu sedang berusaha menenangkan Yesung yang terlihat tegang saat mendapati banyak pasang mata yang menatap ke arahnya.

Siwon mengeratkan pegangannya pada tubuh Yesung dan mengusap punggung putranya itu sembari berjalan keluar dari lobi rumah sakit. Lalu bergegas menuju mobilnya yang baru saja berhenti tepat di depan pintu keluar. Dari dalam mobil keluarlah Sekretaris Jung yang langsung membukakan pintu untuk ketiganya, sementara sopir Siwon yang datang bersama pria itu membawakan tas yang semula dibawa Yoona dan menaruhnya di bagasi. Setelah semuanya masuk ke dalam mobil, sang sopir pun melajukan mobil majikannya keluar dari area rumah sakit.

Di dalam mobil Yesung duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya. Sepasang netranya menatap penuh afeksi pemandangan perkotaan yang sudah lama tidak dia nikmati. Terkurung selama enam bulan di dalam gedung megah rumah sakit, membuat dia merindukan saat-saat menjadi bagian dari kehidupan di luar sana. Kendati dirinya masih terlalu takut akan kerasnya hidup dan orang-orang di luar sana yang mungkin akan menyakitinya.

Suffer Boy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang