Nickname LanceSun

7 1 0
                                    

Yuza masih menetap di Desa Variran, ia terbilang memiliki nilai yang lumayan baik saat lulus SMA walaupun tidak lulus ujian tes masuk jurusan arsitek Universitas Indonesia (UI) yang di minatinya, tetapi akhirnya Yuza masuk ke polteknik UI jurusan Konsentrasi Desain Grafis yang saat itu telah berganti nama menjadi PNJ (Politeknik Negeri Jakarta). Waktu pun cepat berlalu hingga Yuza telah menjadi mahasiswa tingkat dua dan seharusnya Alif juga di tingkat yang sama seandainya semua berjalan normal, karena sejak berpisah saat itu tidak ada sama sekali kabar apapun tentang Alif, benar-benar putus komunikasi secara total. Kuliah tingkat dua berjalan hampir setengah semester tetapi semua berjalan datar dan aman bagi Yuza seperti manusia normal pada umumnya, tibalah hari bersejarah di hari senin seperti biasanya Yuza menyempatkan kegiatan belajar di kampus sambil berjualan donat dan menawarkan ke setiap kelas bersama Habibah Amalia teman sekelasnya, jam kelas pun berakhir sekitar pukul 14.30 Yuza segera beranjak untuk mengerjakan tugas makalah mata kuliah Estetika, kala itu Yuza seperti sebutan kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang).
Kebiasaan Yuza sebelum pulang, ia selalu menunggu adzan ashar terlebih dahulu dan mampir di Darul Ilmi atau Daim masjid kampus dari situ Yuza menambah banyak kenalan, selesai sholat ashar biasanya ia langsung beranjak pulang atau sejenak mengobrol dengan kawan-kawan yang berbeda jurusan. Lewat pintu belakang yang hanya bisa di lalui pejalan kaki, Yuza singgah ke warnet yang berada di belakang kampus untuk mengerjakan makalah sambil bermain di jejaring sosial. Saat itu belum ada facebook namun ada website bernama friendster, hampir menuju setengah jam Yuza surfing untuk bahan makalah, kemudian pindah tab untuk mengecek friendster, ketika itu ada notifikasi dalam kotak pesan seseorang mengirim pesan kepadanya dengan nickname "LanceSun" Yuza tidak tau apa arti dari "lance" karena terdengar seperti nama-nama pria gemulai jika di baca dengan gaya bahasa Indonesia. Yuza melirik kanan kiri dan melihat sebentar ke arah luar warnet yang ada pohon ceri jawa di depannya karena heran pengiriman pesan itu masuk di saat yang bersamaan ketika Yuza membuka friendster, padahal friendster tidak memiliki fitur untuk menunjukan penggunanya dalam keadaan online atau offline. Saat itu menerima pesan dari orang tak di kenal melalui internet seperti hal baru bagi Yuza, rasanya sama dengan saat mendapatkan SMS di waktu SMA waktu itu baru mulai ada telepon genggam.

"hai bung Yuzarsif Musthafa, apa kabar kawanku?" tulis LanceSun,
"hai juga, maaf ini siapa?" tanya Yuza heran

"bagaimana dia tau nama asliku" gumam Yuza dalam hati,

waktu yang terpakai untuk saling balas pesan ini sebenarnya tidak berlangsung cepat, ada jarak beberapa menit antar berbalas pesan karena ia sambil mencari bahan makalah.

Lalu LanceSun mengirimkan sebuah link video dan meminta Yuza melihatnya, tanpa ragu Yuza meng-klik link video untuk mengunduhnya dan bersiap menggunakan headset yang mungkin sudah di gunakan ratusan orang di sana, tingkat kepercayaan orang-orang kala pertama muncul jejaring sosial sangat berbeda dengan saat ini dan belum ramai orang yang memiliki niat jahat atau kepentingan-kepentingan lain, karena masih sangat murni untuk menikmati hal baru. Saat itu jejaring friendster benar-benar bisa digunakan untuk menambah teman di dunia nyata, tidak hanya teman bahkan ada yang sampai ke tahap pernikahan karena memang sudah berjodoh dan untuk mengunduh video dari LanceSun di butuhkan waktu sekitar 10 menit, sambil menunggu unduhan Yuza melanjutkan chatnya,

"darimana kamu tau friendsterku?" tanya Yuza
"aku tidak hanya tau friendstermu saja, aku juga tau siapa nama aslimu dari aku melihat fotomu yang sekarang gondrong kawan, tanggal lahirmu dan asalmu, by the way tulisan dan puisi di friendster itu buatanmu bro? tajam sekali, salut aku" balasnya, seolah dia sudah membaca semua tulisan kritikkan untuk pemerintah dan juga segala puisi,

"aku tidak takut denganmu" balas Yuza seolah mulai pasang badan, kepercayaan berubah menjadi ketakutan, seolah Yuza berada dalam posisi yang di awasi

66:6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang