Selimut Duka Akad

1 0 0
                                    

Darah tidak akan pernah berbohong, ia akan kembali kepada sumbernya, walaupun yang hina kini di puja dunia, walaupun yang mulia kini di nista dunia.

Datang dua mobil yang berisikan kedua keluarga saudara dari ibunya Alif yang akan menjadi saksi akad, bersiaplah mereka semua ke depan di halaman parkir, briefing 4 rombongan mobil, mobil 1 Zahra dan ibunya juga bu ustadzah perwakilan dari pondok titipan ibu Alif untuk jadi saksi bernama Bu Heni, mobil 2 dan 3 di isi paman, bibi, saudara Alif dan adik-adiknya Alif yang ingin bersama dengan sepupu-sepupunya, mobil 4 mobil Alif sendiri yang isinya Yuza, Alif dan Raha adik Alif yang laki-laki. Urutan adiknya Alif, Anhar (di tiongkok), Nia, Hida, Raha, Nawa.

Sebelum berangkat, semua menyiapkan kebutuhan yang ingin di bawa untuk akad berbagai jenis hantaran dalam bungkus parsel yang cantik berwarna biru tua, selesai briefing dan berdoa Alif menelepon ibunya, ayah kini sedang berada di rumah sakit di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Mekkah, tepat setelah menyelesaikan tahallul/bercukur rambut dan melepaskan kain ihrom, suasana kontan menjadi kelam dan sendu, warna-warni jadi kelabu, daun segar menjadi layu, senyumpun jadi lesu, "ayah cuma butuh istirahat aja kok nak, banyak kejadian yang di luar akal nak, nanti ibu mau cerita pas pulang aja, alhamdulillah ibu baik-baik, kami doakan dari sini ya nak semoga lancar akad kamu ya", "mana adik-adikmu?" sejenak mengobrollah mereka dengan mode loud speaker. "ayah sama ibu nanti pulang kok tapi kata dokter istirahat dulu satu minggu nak paling lama, ayah juga kepingin denger nak Alif akad hari ini nanti jangan lupa rekam video ya, Raha jangan lupa untuk siapkan handycam nanti biar ibu lihat sama ayah dan Anhar" rindu ibu kepada anak-anaknya hanya dengan suara tidak tersampaikan begitu juga sebaliknya, di tambah rasa kekhawatiran mereka terhadap ayah yang sakit, sebab tidak terungkapnya perasaan dengan perbuatan hasilnya perasaan tersebut menguap dan berputar di dalam dada kemudian berkumpul menjadi cairan dan keluar melalui celah sempit mata menjadi tangisan hangat yang akhirnya menghipnotis seluruh keluarga yang ingin berangkat, termasuk Yuza jadi cemburu merindukan sosok ayah dan bunda, Alifpun memeluk erat menguatkan adik-adiknya bahwa ayahnya akan baik-baik saja sesuai perkataan ibunya selesai dialog dalam telepon genggam mereka pun mengirimkan Al-Fatihah untuk ayah sekaligus berdoa untuk kelancaran akad.

"aku aja yang bawa bang, masa penganten" kata Raha, "gak apa-apa dek abang aja, kamu belum ada SIM juga, sok-sok-an" balas Alif, berangkatlah mereka dan di awal perjalanan mereka banyak diam, di jalan yang cukup luang Alif kemudian termenung dan berkata, "aku teringat majelis terahir kami sekeluarga, kebetulan soal keluarga, malam di saat dia dan ibu akan berangkat haji, ayah mengutip sebuah ayat", "Wahai orang-orang yang beriman, Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu" 66:6, "aku sangat mengingat angkanya 666, angka legendaris bagi para Luci, "iya Raha ingat bang, abis itu dia cerita tentang perusahaan sepatu keluara ya bang", "sepatu keluarga gimana ra?" tanya Yuza, "ayok kamu aja yang ceritain" ujar Alif pada Raha, "iya kak Yuza, jadi cerita sepatu keluarga tu begini, 

Ada sebuah keluarga sejak dulu memang di beri petunjuk oleh alam karena melihat telapak kaki kuda dan kaki para hewan yang keras, kemudian ia membuat sendal untuk meniru para hewan dengan membuat alas yang lebih keras dari telapak kakinya agar tidak terluka saat menginjak benda tajam, secara turun temurun keluarga itu memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menentukan segala jenis kulit, segala jenis tali segala bahan dan jahitan bagaimana bentuknya bagaimana tingkat kelembutan dan awetnya bahan, hingga tahan air tahan api dan sebagainya, berkembanglah keluarga itu menjadi keluarga sepatu hingga mendirikan sebuah pabrik sepatu yang amat bagus hasil produksinya dan keahlian tentang sepatu itu akhirnya mengalir dalam darah anaknya, hal ini juga ternyata kejadian di keluarga lainnya yang mengikrarkan untuk mengangkat pilihan tugas tertentu dalam hidup keluarganya,  yang ahli mengolah roti turun temurun menjadi semakin berkembang kualitas roti dan semakin banyak jenis roti yang indah dan cantik, karena memang sudah ada di dalam darah para leluhurnya, begitu juga di keluarga lain yang memiliki sebuah keterampilan dan kecenderungan yang sama akan mengembangkan secara turun temurun keahliannya hingga mengalir dalam darahnya, tentunya jika benar-benar di jaga tanpa dipengaruhi dari pihak luar, sehingga pendidikan pada generasi baru dimulai dalam buaian sudah mengenal apa itu keluarganya, siapakah keluarganya apa itu tugas dalam keluarganya hingga perkembangannya, ilmunya, kemampuannya menjadi lebih matang di banding sebelumnya, sebenarnya ini bukan cerita tentang sepatu atau roti kak, ini ada kaitannya dengan keahlian memimpin, keahlian membimbing, keahlian spiritual yang di anugerahkan oleh Allah kepada keluarga Nabi Muhammad SAW yang secara langsung di utus Allah, gitu kan bang", "iya betul Raha bagus kamu menangkapnya dengan sangat baik, dan pastinya baginda Nabi Muhammad SAW ketika meninggal tidak begitu saja melepas keluarganya berkait dengan ayat 66:6 tadi, dan yang pastinya ada resep turun temurun atau mungkin istilahnya resep rahasia keluarga Nabi di jamin lebih terjaga dan bahkan menyempurna tentang islam, hingga nanti akan di utus Imam Mahdi yang memiliki berbagai macam sebutan di berbagai kepercayaan yang juga berasal dari keturunannya sesuai dengan hadits beliau" sahut Alif, "iya-iya betul sangat masuk di akal, jangankan keahlian, bentuk wajah atau ciri khas, sifat bahkan kebiasaan pun di turunkan dari leluhur kita lif, ra, nih kakak juga punya cerita, dulu aku sampai sekarang sih kadang kalau sedang makan menggunakan tangan nih, tanpa sadar kakak selalu mengepalkan makanan hingga menjadi bulat sempurna, kadang di makan langsung satu per satu, kadang kakak bikin bulat semua dulu beserta campuran lauknya, kemudian baru masuk ke dalam mulut, ketika itu bunda heran lif, ra, kok kamu makannya kaya gitu za, siapa yang ngajarin? bundaku bingung, aku kira ga boleh loh makan di bulat-bulatkan, terus aku jawab lif, ga tau bunda enak aja kayaknya, ga ada yang ngajarin kok, tau ngga Yuza itu Uyut kamu nenek bunda za kalau makan kayak gitu kata bunda, aneh kan?", "iya betul za ada lagi nih satu, tuh liat saja Raha punya hidung yang mancung sendiri, itu kata ibu sih dari baba/uyut Amsir namanya, dulu aku kira Raha itu anak pungut loh", "emang si abang kalo ngomong ya suka sembarangan" potong Raha, "bukan sembarangan ra itu fakta, loh iya liat aja ga ada yang mirip tu idung diantara anak ber-6, untung ada ibu kenal idung kamu mirip uyut, sisanya mah ngikut bapak emaknya aja, idung jambu", semuanya tertawa "lah idung jambu, jambu aer apa jambu biji lif?" sahut Yuza menimpali Alif, "ya jambu aer lah masa jambu biji, bulet dong kaya tahu", "tahu ga ada yang bulet kali bang", "nanti abang bikin di Bandung ra". 

66:6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang