01 - Sebuah Cerita

45 12 10
                                    


HARI ini merupakan hari pertama masuk sekolah setelah pelaksanaan libur kenaikan kelas selama dua minggu penuh.

Seperti biasanya, untuk memulai tahun ajaran baru, di hari pertama sekolah akan diadakan upacara rutin di lapangan rumput SMA Chandrawasih.

Hari ini adalah kali pertama Nadira menyandang status sebagai siswi kelas 11. Oleh karena itu, pagi ini ia bangun dan berangkat lebih cepat dari hari-hari biasanya. Ia takut di cap sebagai siswi yang tidak bertanggung jawab karena sudah terlambat di hari pertamanya meskipun ini bukan pertama kalinya ia di SMA Chandrawasih.

Namun, walaupun sudah berusaha sepagi mungkin, Nadira mendapati dirinya berdiri di antara murid baru kelas 10 yang memenuhi korindor depan.

Ketika melihat anak-anak perempuan yang datang dengan seragam putih biru dengan rambut dicempol, Nadira jadi ingat masanya kelas 10 dulu, diam-diam ia terkekeh sendiri. Dulu ia begitu polos, lugu, dan tidak tahu apa-apa.

“Kenapa nyengir, Nad?”

Suara dari arah samping, membuat Nadira sadar dan menoleh. Seren berdiri disampingnya sambil membenarkan dasi dan topi upacaranya. Nadira melihat ke belakang punggung cewek itu dan sudah tidak ada tas punggung kotak-kotak yang biasa digunakan Seren. Artinya, Seren sudah datang lebih pagi dari dirinya.

“Nggak, nggak papa,” Nadira mengulum senyum sambil menganyunkan tangannya di depan wajah. “Gue ngerasa lucu aja kalo inget jaman dulu. Kita masih dedek-dedek yang lagi memasuki dunia yang sebenarnya.” ungkap perempuan itu.

“Gila lo,” tawa Seren meledak. “Jangan bikin gue geli dong.”

Nadira tertawa kemudian membenarkan posisi tas punggungnya. “Oya, lo sendiri?”

“Sendiri lah,” Seren menoleh, mengeluarkan hpnya dari saku. “Emang mau sama siapa? Sama Kak Duta?” Seren menyebut salah satu nama kakak kelas mereka yang selama hampir setahun ini menjadi perhatian cewek itu. “Aduhh, Nad. Gue belum sejauh itu tau. Mau ngefollow ignya aja gue masih malu. Duh,” Seren tertawa sendiri, pipinya bersemu merah.

Melihat ekspresi bahagia Seren, Nadira terdiam. Pikirannya jadi tidak fokus karena memikirkan sesuatu yang selama ini memang ia sembunyikan dari semua orang.

“Nad! Nad! Nad!”

Nadira terlonjak kaget -namun segera memfokuskan diri- ketika tangan Seren memukul-mukul pelan bahunya yang tertutup seragam.

“Kenapa? Kenapa?” tanya Nadira bingung.

“Gilaaa,” kata Seren bersemangat sambil memandang layar hpnya. “Kak Duta ternyata semalem update. Aduhh, mana ganteng banget, Nad.”
Seren menutup mukanya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menujukan layar hp yang menampilkan halaman instagram dengan post seorang cowok berkacamata hitam tengah berdiri dan tersenyum dengan latar pantai ketika senja, pada Nadira.

“Yaelah, gue kira kenapa, Ren.” tukas Nadira berusaha santai.

“Ya asal lo tau aja,” ucapan Seren berhenti karena gadis itu menarik kembali hpnya, setelah mengetuk dua kali pada layar sebelum tanda hati muncul di layarnya. “Kak Duta kan sekarang jarang update. Dan yang kayak gini nih yang bikin gue semanagat sekolah.” cerita Seren sambil meng-zoom foto Duta. “Eh, eh, bentar deh, Nad.” Sergah Seren.

“Ha? Apa?”

“Kok mirip punya lo ya?” Seren kembali memperbesar foto itu.

Jantung Nadira berdegub. “Apanya yang mirip?” tanyanya hati-hati.

“Eh nggak deng,” Seren kembali tertawa. “Gue kira kacamata itu punya lo. Terus gue sadar, kan kacamata kayak gitu nggak cuma satu di dunia ini. Bego gue.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EVERSINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang