The magician's appeal

817 54 2
                                    

Warning! Typo bertebaran,absurd. Jadi maaf ya.]

Nb: → ' (apa yang dipikirkan tokoh)
       →ABC ( Untuk chapter ini mengisahkan ingatan masa lalu)

~Happy reading~(❀)
------------------------------------------------------

”Tch! Bodoh! Kenapa kau tidur di tengah tengah anak tangga!?”

”....Apa warna bramu hari ini Rin?”

'H-ah,Vampire ini..—'

Tubuhnya terus mundur hingga punggungnya berhadapan dengan tembok. Matanya terbelalak melihat manik biru laut itu. Shu Sakamaki, vampire bersurai blonde, berbadan tinggi dan selalu memakai MP3, wajahnya kelihatan lapar sekarang.

Derap langkah kaki menghampiri dari arah belakang, Rin sudah bisa menebak siapa yang datang tergesa gesa seperti ini.

'Wanita gila' pikirnya.

Rin menarik lengan vampire itu masuk kedalam ruang musik. Terlihat antik, unik, biola kecoklatan tua tergantung di pinggiran dinding marmer berwarna coklat. Piano terletak di tengah dengan indah dan beberapa alat musik lainnya.

”He~ Bitch-chan sedang apa berduaan dengan dia?,” manik kehijauan itu berbalik dan memperlihatkan sosok Laito. ”Apa Bitch-chan sekarang tidak menyukai ku lagi hn?.”

Rin terbengong melihat Laito yang sedang duduk di atas kursi pianis, gadis itu berkeringat dia melihat kearah Shu tapi sangat mengecewakan keadaannya sekarang. Shu hanya memejamkan mata sambil menyilangkan lengan di dadanya dan berlalu pergi.

”Shu! T-tunggu, aku ikut!.” Refleks Rin menarik lengan seragam sekolah vampire itu. Shu diam seolah memberitahu suara gaduh diluar yang sedang menyebut nyebut nama gadis itu.

Rin mengerti, dia terjebak. Shu keluar dari ruangan itu dan membuat yakin beberapa murid bahwa diruangan itu sudah kosong, hanya dia yang terlihat.
Dibelakang kepergian vampire bersurai blonde itu gadis bersurai hitam itu terlihat panik ditinggal berduaan dengan si vampire
DO - M ( masokis ekstrim) dan
DO - S ( sadis ekstrim). 

”Bitch-chan~♥ apa kau memikirkan sesuatu?” Laito memeluk Rin erat sampai sampai membuatnya sesak.

Nafasnya tercegat, mereka semua gila, bahkan di sekolah lebih parah. ”A-ahg..,”

”Ah,gomen gomen. Ne,Bitch-chan aku haus, lemah, aku butuh energi. Jadi tolong bagikan padaku ya~♥”

Laito menyibak surai hitam panjang itu kesamping, mengeratkan pelukan yang dari tadi terus melonggar karna pemberontakan Rin. Sebelum taring itu menyentuh kulit gadis itu, Rin menyikut wajah Laito dengan keras, lari ke arah jendela di dekat piano hitam pekat di dalam kegelapan.

”Menyebalkan, kenapa harus lari?” Laito muncul tiba-tiba dari depan dan membuat Rin terjatuh menabrak bagian depan piano dan membuat suara nyaring dari tuts yang tertimpah tubuhnya.

Punggungnya nyeri karna hantaman yang cukup kuat, sepatunya terlempar ke arah lain saat tersandung. Laito datang mengambil sepatu itu layaknya pangeran di cerita Cinderella.
Tapi, ini bukan cerita dongeng, dia penjahat yang mengerikan bagi gadis itu.

”Bitch-chan, kau membuatku kesal~ jangan main-main lagi aku tidak suka di permainkan lagi”

Rautnya berubah, taringnya berjajar rapat di dalam mulutnya, seringai lebar itu terlihat jelas di pupil Rin. Laito memasangkan sepatu Rin tadi dengan perlahan menyelusuri kakinya sampai ke bagian atas paha gadis itu.

"Bitch-chan~ ahh, kau lebih cantik, sangat cantik saat memakai rok seperti ini. Tapi, darahmu ah, itu lebih memabukkan.”

Laito mengelus paha Rin dengan lembut dan perlahan menggoreskan kukunya yang tajam. Darah mengalir keluar dari sayatan kecil itu, tangan Rin dikunci, matanya berair, giginya terkatup rapat.

Diabolik Lovers  Fate Night [FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang