Bagian enam

17.4K 682 10
                                    

'Aelah haus lagi kan gue.' Batinnya yang pasrah kini ditarik-tarik oleh Senio meski sesekali ia memberontak tapi hasilnya sia-sia karna Senio menggenggam erat pergelangan tangannya.

Senio yang kini membawanya kearah belakang sekolah yang dipenuhi rimbunan pepohonan lebat dengan udara yang cukup segar. Dan taman belakang sekolah lumayan cukup sepi, hingga sebersit pikiran aneh muncul dalam otak juni.

"Lo ngapain bawa gue kesini?" protes Juni dan genggaman tangan Senio pun terlepas dari tangannya.

"Kenapa lo selalu ngeganggu gue disaat gue lagi ribut?" tanya Senio yang kini kembali menatapnya tajam.

'Tadi keliatan udah gak marah, lah sekarang dia marah lagi. Aneh,' batin Juni.

"Kan udah gue bilang, gue gak suka liat orang berantem," jawab Juni.

"Terus kalo gue gak berantem lagi, apa lo bakal suka sama gue?" tanya Senio dan langsung membuat ajuni seketika gagu dalam beberapa detik.

"Apaan sih lo gak jelas!" ujar Juni judes dan langsung membuang tatapannya kesembarang arah.

Seni tersenyum saat ia mendengar ucapan Juni dan terus menatapnya tak lepas.

'Ni orang tadi marah-marah sekarang malah senyum-senyum. Mana ngeliatinnya gitu amat lagi,' batin Juni yang masih tak berani menatap Senio meski ia tahu Senio terus menatapnya.

"Terus sekarang lo mau apa bawa gue kesini?" tanya Juni dengan melirik sinis kearah Seni.

"Lo inget gue ngomong apa pas lo sadar dari pingsan kemarin karna kepala lo dicium sama bola basket?" Juni mengernyitkan dahinya dan mencoba mengingat kembali apa yang Senio bilang pada saat ia pingsan kemarin.

"Lo bilang kalo lo bakal..." Juni menjeda ucapannya dan langsung menyadari sesuatu.

Senyum Senio mengembang dan menunjukkan giginya yang rapih hingga kegantengannya meningkat mencapai seratus persen. Sedangkan Juni membulatkan matanya dan seketika rona merah muncul dipipinya.

"Bakal..." ucap Senio yang memancing Juni agar melanjutkan ucapannya yang tergantung, dan selangkah demi selangkah ia mendekati Juni hingga Juni melangkah mundur.

'Gila ini cowok mau ngapain? Ya allah lindungi hambamu yang masih suci ini!' batinnya yang mulai ketakutan dan jantungnya berdetak lebih cepat. Tak tahu apa yang akan Senio lakukan, padahal yang dimaksud Senio adalah bahwa waktu itu ia bilang bahwa akan menembak Juni, tapi kenapa ia seperti hendak berbuat macam-macam kepada Juni?

"Jangan mendekat, atau gue teriak." Juni mendorong dada Senio hingga membuat Senio terdorong kebelakang beberapa langkah.

"Emang lo kira gue mau ngapain? Hayo mikir apa?" tanya Senio seraya menatap Juni dengan tatapan jahil dan tawanya kini pecah hingga membuat Juni marah.

Kesal. Itu yang Juni rasakan. Rona merah yang tadi terbercak dipipinya seketika menghilang karna rasa kesal yang sekarang menggerumuninya. Apa yang dilakukan Senio hampir membuatnya kesel setengah mati, karna ia membuat Juni ketakutan dengan tatapan dan langkah yang hampir menghilangkan jarak diantara mereka.

My Senior (Senior Series 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang