Orang bilang, jatuh cinta itu menyenangkan. Sangat menyenangkan.Setiap hari kita akan merasakan hati kita berdebar. Setiap pertemuan, akan membuat rona merah di wajah. Setiap tatapan, akan membuat surga dunia yang indah dipandang.
Segalanya terasa indah. Setiap udara, terasa menyegarkan. Setiap tingkah, akan membuat canda yang berakhir dengan senyum.
Ah, ada juga yang pernah berkata, jatuh cinta itu berjuta rasanya. Entah hitam maupun putih, semua akan terasa manis karenanya.
Ya, Yoora tahu semua itu hanya sebatas teori dari Ibu yang sering bercerita padanya. Dan juga dari lagu yang sering diperdengarkan dulu.
Karena memang Yoora tidak pernah merasakannya. Tepatnya belum pernah merasakannya.
Namun sore itu, disaat Yoora pulang dari rutinitasnya di akhir pekan. Dengan sekantong kecil keberuntungan dalam melanjutnya hidup. Yoora pertama kali merasakan jatuh cinta.
Tepat disaat matanya menangkap sosok pemuda yang berpapasan dengannya dilorong gedung serba putih itu. Yoora terlalu terpaku, saat matanya masih terus mengikuti pergerakan pemuda tampan dengan balutan kemeja coklat muda itu.
Hingga Yoora sedikit terpaku, saat menyadari bahwa pemuda itu memasuki ruangan yang sama dengan ruangan yang baru saja ditinggalkannya. Rasa penasaran yang terlampau tinggi membuatnya menghampiri seorang petugas untuk menanyakannya.
"Permisi, boleh saya bertanya? Siapa lelaki yang baru saja lewat, ya?"
Yoora tidak perlu ragu bahwa petugas itu mengerti atau tidak siapa yang dimaksud Yoora. Yoora sempat menangkap tadi bahwa yang terpecah atensinya karena keberadaan pemuda itu tak hanya dirinya saja.
Karena sekelompok petugas wanita yang meski sudah cukup berumur ini, pun memberikan seluruh atensinya pada pemuda tampan itu.
Sedikit mengenyit mengerti saat Yoora menyadari adanya rona merah yang mendadak muncul di wajah mereka.
"Pemuda tampan barusan?" Anggukan cepat Yoora memberikan kenyataan betapa Yoora ingin segera mengetahuinya. Membuat wanita berseragam hijau toska itu menahan senyum melihat tingkah Yoora yang nyatanya tidak jauh berbeda dengannya.
"Dokter Kim Taehyung, putra Dokter Kim Seoyeon. Yang minggu ini akan segera mulai membuka praktik disini."
Yoora sekarang mengerti jika jatuh cinta itu indah. Nyatanya memang seindah yang orang bicarakan. Karena di sore itu, disaat angin bertiup dengan dinginnya, dengan awan yang berarak mengiringi datangnya musim semi. Yoora pertama kali merasakan jatuh cinta.
Hatinya berdebar, mencari selusuran udara yang mampu dihisapnya untuk pasokan melanjutkan hidup. Senyumnya tampak, memberikan buncahan kupu-kupu yang mendadak berterbangan di dalam perutnya.
Karena disaat Yoora memutuskan untuk menunggu pemuda itu kembali keluar dari ruangan dokter Kim, menunggu di bangku panjang disalah satu lorong. Yoora tak akan pernah menyesalinya. Karena pandangan curi-curinya mendapatkan balasan lirikan meski hanya sekilas.
Dan itu mampu meruntuhkan jantung Yoora saat itu juga.
Namun Yoora kurang menyadari satu hal. Bahwa jatuh cinta itu akan datang dalam satu paket mutlak. Rasa bahagia bersama rasa sakitnya.
Disaat Yoora telah cukup menenangkan buncahan hatinya. Kenyataan menyadarkannya. Tepukan pelan di bahunya membuat Yoora menoleh dan mendapati Dokter Kim tengah tersenyum hangat padanya. Perempuan lanjut usia yang masih nampak begitu sangat cantik dan anggun itu, membuatnya menyadari persis seperti apa kondisinya.
"Yoora, kamu belum pulang? Ada yang perlu dikonsultasikan, lagi?"
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDELIVERED TRUTH ✔️
Fanfic[Complete] Because I can't come to you Yoora hanya bisa bersembunyi, disaat bombardir cintanya untuk Taehyung telah menjadi nyata.