03. Can't Come to You

8.9K 1.5K 91
                                    


"Nona, kau mencari mawar biru lagi?"

Yoora mengangguk, tersenyum lebar pada wanita muda penjual bunga di outlet bunga kecil dekat persimpangan jalan didekat rumah sakit.

Karena selalu seperti itu, setiap akhir pekan, di sore hari, Yoora akan kesana untuk mencari mawar biru. Yang akan diberikannya untuk dokter Kim.

"Apa bunga ini untuk kekasihmu?" Tak perlu jawaban dari Yoora. Melihat bagaimana wajah gadis itu memerah, cukup membuat penjual itu mengerti bahwa memang bunga yang selama ini dicari adalah untuk kekasihnya.

"Mengapa selalu mawar biru? Kau tidak ingin memberikan mawar putih untuknya?"

"Tidak. Aku memang ingin memberikannya mawar biru."

Kernyitan tak mengerti muncul di wajah cantik penjual bunga saat menyiapkan satu tangkai mawar biru untuk Yoora. Celetuknya pelan cukup ditangkap Yoora untuk mengerti kebingungan gadis didepannya.

"Nona, kau tahu makna mawar biru, bukan?"

"Ya, aku tahu—" Yoora menjeda perkataannya sejenak, mencoba nenyiapkan diri akan sesuatu yang akan menyesakkan hatinya. "Sesuatu yang tidak nyata. Karena itulah aku memilih mawar biru untuknya."



* * *

Ini sudah berjalan tiga bulan. Yoora setiap akhir pekan tetap berkonsultasi di sore harinya, dan akan berhenti sejenak didepan pintu ruangan dokter Kim muda untuk menyematkan satu mawar biru disana.

Yoora tidak tahu apakah Kim Taehyung menyukainya. Namun Yoora pernah menunggu dan melihat sendiri, bahwa Taehyung mengambil mawar biru itu dan membawanya masuk ke dalam ruangannya. Dan Yoora meyakini, jika Taehyung menyimpan bunga pemberiannya.

"Yoora, kau bisa masuk." Panggilan sukses piket itu memecahkan lamunannya. Segera bergegas masuk ke dalam ruangan dokter Kim untuk kembali berkonsultasi.

Seperti biasa, dokter Kim nampak sangat cantik dan mempesona. Menatapnya penuh perhatian dan sayang. Begitu hangat, kriteria ibu yang halus dan bijaksana di dalam rumah.

"Yoora, bagaimana kabarmu?"

"Jauh lebih baik, Dok. Kali ini aku tak melewatkan lagi obatku."

Dokter Kim tersenyum, begitu lembut hingga mampu menenangkan Yoora.

"Baguslah. Sepertinya kita bisa melakukan pengecekan sekarang."

Yoora tersenyum, sebelum bangkit dan mengikuti kemana dokter Kim membawanya. Kegiatan rutin yang dilakukannya sebagai bentuk konsultasi tentu saja. Yoora memang harus melaluinya, melalui semuanya hingga di tahap akhir tentu saja. Yang Yoora tidak tahu sampai kapan.

Setelah pengecekan selesai, Dokter Kim membawa Yoora kembali ke ruangan konsultasi. Membicarakan tentang efek yang terjadi pada tubuh Yoora tentu saja.

"Jadi, seperti biasa. Jangan sampai terlewat lagi obatnya." Yoora tersenyum, dan mengangguk kecil. Sebelum matanya terpaku pada foto berpigura kecil yang berdiri di sudut meja Dokter Kim.

"Ah, itu anakku. Kim Taehyung, dia bertugas juga dirumah sakit ini. Kau pernah melihatnya?"

Mendadak jantung Yoora berdebar. Pertama kalinya Dokter Kim membahas tentang anaknya pada Yoora. Yang Yoora sangat tahu siapa. Tangan Yoora bermain di depan perutnya, tanda bahwa dirinya tengah gugup. Dan dengan sekuat tenaga mengangguk memberikan jawaban pada Dokter Kim.

"Aku tahu semua perawat disini membicarakannya. Tentu kau pasti mengetahuinya juga."

"Ya, aku pernah melihatnya beberapa kali, Dok."

Yoora mengangkat wajahnya, mendapati dokter Kim menatapnya intens. Sesuatu mendesak dalam hatinya, seketika perasaannya menjadi tidak cukup baik.

"Kim Taehyung adalah putraku satu-satunya. Yang mampu menjadi dokter spesialis di usianya yang muda. Dan kau tahu satu hal, Yoo? Aku selalu berharap Taehyung segera menikah dan mendapatkan momongan. Karena harapan satu-satunya penerus keluarga Kim hanya ada padanya."



* * *

Yoora tahu jika rasa cinta akan membawa serpihan rasa sakitnya pula. Namun Yoora tak pernah menyadari jika ternyata rasa sakit itu separah ini.

Rasa cintanya pada Kim Taehyung telah menggebu. Yoora bisa mengatakannya dengan kondisi tubuhnya yang jauh membaik. Tidak pernah lagi merasakan sakit mencekam di perut bawahnya. Tak pernah lagi terlambat meminum obatnya.

Semuanya karena satu hal, Yoora ingin memantaskan diri untuk Taehyung. Namun nyatanya halangan yang jauh lebih besar telah memutus semua angannya. Halangan yang seharusnya Yoora telah tahu lebih awal. Namun karena rasa yang terlampau besar, membuat Yoora tetap melanjutkan perasaannya. Dan pada akhirnya menjadikannya sekali lagi pesakitan yang hanya mampu menangis di kejauhan.

Tangan kanannya membawa bunga Smeraldo. Dengan mata yang memerah dan tangan yang bergetar, kali ini Yoora menempatkan bunga Smeraldo di depan pintu ruang praktik Kim Taehyung.

Sebelum akhirnya menyingkir dan meninggalkan pesan disana.




Hi, Kim
Because I can't come to you again.
There's no name you can call me.
I want to say goodbye.

UNDELIVERED TRUTH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang