6. Break

16 4 0
                                    

"Hobi bikin pulau, hahahauhuk" gadis berjilbab yang tengah melahap cuankinya tersedak karena tertawa.

"Minum Ret, minum"

Sebelum segelas air dihadapannya sampai ke tangan Retta, tangan milik Cisa menyambarnya dengan cepat. Bukan ingin minum, Cisa malah mendekatkan gelas tersebut seolah akan meminumnya kemudian membaca surat-surat pendek diatas mulut botol minum milik Retta, "Audzubillahiminasyaitanirrajim, bismillahirrahmanirrahim"

"Heh! Dikira gue kesurupan apa? Pakai acara dibacain gituan segala"

"Biar minum lo berkah, Ret. Kapan lagi coba lo dibacain gituan sama cecan kayak begini"

"Najis!"

"Udah deh, gue mau lanjut cerita nih"

"Oh iya, silakan Na"

"Dua bulan setelah ulang tahun Shilla, kami masih baik-baik aja. Aman, damai, tentram, bahagia gitu. Tapi waktu masuk bulan februari 2017, gue mulai merasa aneh. Bahkan gue sempat mikir, Reval udah malas sama gue"

***

Februari 2017

Entah mengapa, Yumna merasakan atmosfer yang berbeda setiap kali sedang bersama Reval. Ia tidak tahu apakah itu hanya firasat atau memang sikap Reval yang berubah drastis. Bahkan sudah satu minggu ini mereka tidak bertukar kabar. Walaupun selalu bertemu di sekolah, tetap saja Yumna merasa rindu pada cowok itu. Seperti ada yang kurang apabila tidak saling berbalas pesan satu hari saja. Padahal, ia sering mengirim pesan terlebih dahulu kepada Reval. Gengsinya susah payah ia singkirkan. Namun sepertinya, Reval malah malas-malasan untuk membalasnya.

Yumna menghela nafasnya, lelah. Sepertinya masalah sedang menyukai dirinya saat ini. Teman-teman kelasnya seolah menganggap dirinya kuman. Ditatap sinis, dicaci-maki, direndahkan. Sungguh tragis. Ia tak tahu apa kesalahan yang sudah diperbuat. Padahal sebelumnya semua masih baik-baik saja, normal seperti biasa. Belum lagi sahabat-sahabatnya sering hang out tanpa dirinya. Tidak, Yumna tidak mempermasalahkan ia diajak atau diacuhkan oleh mereka. Masalahnya, semua terjadi begitu bersamaan. Mulai dari sahabat-sahabatnya yang seperti membuang Yumna begitu saja, teman-teman kelasnya yang seperti menganggapnya kuman mematikan, hingga Reval yang ikut-ikutan berubah. Semuanya terjadi berturut-turut, seakan tak memberinya kesempatan untuk mencari tahu walau sedetik.

Yumna kembali menghela napasnya dan bergumam, "Ah seenggaknya gue gak benar-benar sendirian. Masih ada keluarga gue di rumah ini. Dan pastinya, tuhan selalu ada menemani gue kapanpun"

Drrt...drrt

Getaran ponsel disampingnya membuat Yumna sedikit terkejut. Ada perasaan senang ada juga heran saat ia melihat nama yang tertera. Siapa lagi kalau bukan Reval? Notifikasi yang tak pernah bosan ia tunggu.

"Reval lo tau gak gue itu-"

"Gue tunggu di taman komplek perumahan lo sekarang "

Tuut.. sambungan dimatikan secara sepihak.

"--kangen" bahkan kata-kata yang ingin Yumna sampaikan baru terlontar saat sambungan sudah terputus. Reval seolah tak ingin mendengar apapun yang dilontarkan gadisnya itu.

Tanpa mengira-ngira apa yang akan terjadi, Yumna langsung menyambar hoodie yang tergantung di balik pintu kamar dan langsung memakainya kemudian melesat ke taman tanpa berpamitan.

Dengan nafas terengah-engah, Yumna menghampiri sosok yang dirindukannya. Maklum, ia berlari dari rumah hingga ke taman tanpa memedulikan sapaan-sapaan dari tetangganya.

"Gue gak suka bertele-tele. Dan lo tau itu" nada bicara cowok berjaket navy dihadapannya terdengar datar, wajahnya pun tak berekspresi. Bukan Reval yang hangat seperti biasa. Yumna yang melihatnya hanya terdiam. Masih menetralkan nafasnya akibat berlari-lari tadi.

"Gue pingin kita break dulu, introspeksi diri masing-masing" setelah berkata demikian, cowok itu meninggalkan Yumna bersama keramaian taman. Reval tak membiarkan Yumna untuk bertanya kenapa. Cewek itu hanya terdiam, membisu.

Apa sih kesalahan gue?

Dengan banyak pertanyaan yang tersisa di kepalanya, Yumna memutuskan kembali ke rumah. Ia berjalan perlahan sambil menikmati embusan angin yang membelainya lembut. Dirinya tak menangis, ia tak mau terlihat sebagai gadis lemah dengan banyak permasalahan. Poin terpentingnya, ia tak mau dikasihani.

Yumna menyalakan ponselnya, kemudian menghubungi seseorang.

"Lo bisa ke rumah gue sekarang?"

"Kenapa?" bukannya menjawab, suara disebrang sana malah balik bertanya.

"Gue butuh teman cerita"

"Oke, gue kesana" Yumna memutuskan sambungan kemudian memasukkan ponselnya kedalam saku.

"Cerah banget langitnya, kayak lagi ngejek gue gitu. Mungkin katanya, 'Lemah banget lo, masih banyak loh orang-orang yang lebih menderita daripada lo saat ini' " gadis itu berbicara pada dirinya sendiri. Sempat dirinya mendapat tatapan aneh dari orang-orang yang berlalu-lalang.

Yumna telah sampai di rumahnya. Ia melepas hoodie yang tadi dipakai dan menggantungkannya di tempat semula. Seseorang yang tadi sempat ia telpon sudah duduk berselonjor diatas tempat tidurnya, menunggu sang pemilik kamar tiba.

"Kenapa lo?" tanyanya membuka pembicaraan.

Sebelum menjawab Yumna menghela nafas, untuk yang kesekian kalinya "Tadi Reval telpon gue Vi, ngajak ketemu di taman"

"Ya bagus dong, dia udah mau ketemu sama lo" tanggapan yang diberikan Vio--sepupu yang hanya terpaut satu bulan lebih muda darinya--membuat Yumna mendelik. Tentu saja Vio tahu semuanya. Karena menurut Yumna, dia adalah sepupu paling bisa dipercaya. Ketimbang curhat kepada adiknya sendiri, Yumna lebih memilih Vio. Selain umurnya yang tidak beda jauh, Vio juga pandai memberi pendapat.

"Bagus kalau waktu ketemu gue dia minta maaf karena salah paham, misalnya. Atau bawain boneka, coklat, bunga, apalah itu biar suasana hati gue membaik. Lah ini? Gue belum sempat berkata-kata dia tiba-tiba bilang break. Apa bagusnya?"

"Break? Lo ngapain Na? Mendua? Mentiga? Sampai break gitu?"

"Gila lo. Mana ada gue mau mendua, apalagi mentiga. Kepikiran aja nggak"

"Menurut gue break itu ada dua macam Na. Pertama, dia memutuskan untuk break karena emang benar-benar mau intospeksi diri, baik si cewek atau si cowok, maupun dua-duanya. Break yang satu ini masih saling berhubungan tapi gak sesering sebelumnya, dan menurut gue sih hubungan mereka akan kembali lagi berstatus pacaran, karena memang tujuannya untuk memperbaiki diri masing-masing" Vio memberi jeda sejenak, namun Yumna tak sabar, "Terus yang kedua apaan?"

"Bentar elah, cape gue" Vio menarik nafasnya, "yang kedua breaknya agak nyesek sih. Jadi, dia itu minta break dengan tujuan untuk putus secara perlahan. Hubungan lo bisa aja makin renggang, terus dia menjauh pelan-pelan dan disini dia benar-benar gak ngasih kepastian buat lo. Jadi hubungan kalian gantung gitu, putus belum pacaran juga nggak. Dan pastinya bakalan bikin lo capek buat nunggu. Tinggal tunggu aja sih siapa yang akhirnya menyerah dan memutuskan hubungan duluan. Entah yang capek karena nunggu, atau yang capek karen memang ingin putus"

Si pendengar terdiam, tak bisa berkata-kata. Bagaimana kalau Reval memilih untuk meninggalkan dirinya secara perlahan? Bagaimana kalau Reval memang ingin menggantung hubungan mereka? Berbagai pertanyaan berkecamuk di otak Yumna. Ia benar-benar tak bisa berpikir positif sekarang.

"Jadi" Vio kembali bersuara, "menurut lo Reval masuk tipe yang mana?"

Yumna menunduk, wajahnya terlihat sendu. Gadis itu menghembuskan nafasnya pelan dan kembali mendongak, menatap manik mata sepupu di sampingnya. Bibirnya tersenyum, namun getir. Dan berkata,

"Gue harap bukan yang kedua"

***

Haloo! Aku gak tau feelnya dapet apa nggak di part ini:(

Pokoknya aku cuman berharap kalian suka aja gtu. Oke, bye sayang.

-fay

Fourtastic! [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang