7. Kejutan

18 5 0
                                    

Sepertinya dewi fortuna sedang tidak ingin berpihak pada Yumna. Peristiwa bersama Reval dan teman-temannya tempo hari masih terus seperti itu hingga minggu-minggu berikutnya. Yumna seperti benar benar sendiri saat ini.

Namun Yumna tak begitu peduli. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada ulangan sejarah yang diadakan pagi ini di kelasnya.

"Gis, mumet banget anjir gue ngapalin. Lo udah nyampe mana?" Agis, sahabat Yumna yang adalah chairmatenya hanya bergumam pendek dan meliriknya sekilas. Gadis itu masih tetap tak peduli. Kepalanya kembali ditundukkan pada deretan materi sejarah yang membuat pening kepala.

Baru saja Yumna membaca beberapa kata di bukunya saat guru mereka masuk membuat kasak kusuk terdengar.

"Masuknya kecepetan, parah"

"Ih gue belum siap"

"Tadi gue baca yang mana sih?!"

"Apa harus gue bakar bukunya terus abunya gue seduh jadiin kopi terus gue minum biar nerep di otak?"

Dan beberapa keluhan-keluhan lain yang dilontarkan teman-teman seperjuangannya.

"Seperti yang sudah saya umumkan minggu lalu, hari ini saya akan menguji kalian dengan ulangan. Siapkan kertas dan alat tulis kalian"

Selanjutnya jemari mereka telah asyik menggoreskan jawaban demi jawaban yang terbersit di kepala.

Detik berlalu menjadi menit. Jam dinding telah menunjukkan pukul sembilan lebih lima puluh menit yang berarti 5 menit lagi bel istirahat akan berbunyi. Setiap kepala didalam kelas menengok gelisah kearah jam dinding dibelakang mereka. Biasanya karena tak sabar menunggu waktu istirahat tiba. Namun kali ini mereka berharap bel tidak buru-buru berdentang karena sebagian besar siswa siswi belum mengisi soal ujian sepenuhnya.

Teeeetttt

"Waktu sudah habis. Kumpulkan lembar jawaban sekarang" Perintah guru mereka tegas berbarengan dengan bel yang berbunyi nyaring.

Wajah-wajah kusut nan lelah berhamburan keluar kelas. Memenuhi kantin secepat kilat hingga berdesakan. Ingin mengisi perut yang cacing-cacingnya memberontak sedari tadi. Berbeda dengan Yumna. Gadis itu masih tetap duduk tenang didalam kelas. Ia mengeluarkan bekal yang disiapkan ibunda tercinta. Biasanya, Agis akan menemaninya makan bersama hingga jam istirahat usai. Tapi tidak kali ini. Yumna benar-benar sendirian. Seolah-olah ia hanyalah seonggok sampah kelas tak berguna.

"Na, lo dipanggil Bu Astri di ruang guru" seorang teman kelas berbicara sekilas pada Yumna kemudian berlalu.

Sambil membereskan sisa makanannya, Yumna bergumam sendiri, "Gue ngapain ya? Kok bisa-bisanya dipanggil Bu Astri sih?"

Sekadar informasi, Bu Astri adalah guru sejarah yang tadi mengajar di kelas Yumna. Biasanya, beliau hanya memanggil siswa siswi yang berulah pada jam pelajarannya. Seingat Yumna ia bahkan bicara pun tidak pada gurunya itu.

Daripada menimbulkan masalah baru ia memutuskan melangkahkan kakinya untuk bertemu Bu Astri di ruang guru.

"Assalamualaikum bu, permisi. Ibu manggil saya?"

"Waalaikumsalam. Yumna ya? Silakan masuk"

"Ada apa ya, bu?"

"Langsung saja ya. Tadi kamu masuk di pelajaran saya, kan?"

Yumna mengernyit bingung. Tentu saja ia masuk. Masih terbayang bagaimana peningnya otak saat mengisi soal-soal itu.

"Masuk kok bu"

"Tapi jawaban kamu tidak ada ditumpukkan lembar jawaban teman-teman kelas kamu"

"Saya ikut ulangan bu. Coba aja ibu lihat otak saya. Masih bergejolak nih, bu"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fourtastic! [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang