3

97 13 3
                                    

Di sekitaran jalan kota New York, terlihat dua orang yang sedang menaiki segway, mereka berdua nampak sangat bersemangat menggunakan benda itu dan sangat terlihat jelas bahwa mereka tengah balapan.

"WOHOO!!" teriak Tessa seraya membelok-belokkan segwaynya melewati jalanan yang agak licin tersebut.

"TESSA, JANGAN TERLALU CEPAT!" teriak Dave yang berada beberapa kilometer di belakang Tessa.

"Oh, ayolah Dave. Kita hanya diberi waktu satu minggu untuk berlibur" jawab Tessa memperlambat segwaynya agar dapat menyamai Dave.

"Baiklah, baiklah. Sekarang, bagaimana kalau kita hentikan dulu balapannya dan istirahat sebentar disana" ucap Dave seraya menunjuk bangku panjang berwarna coklat muda yang terletak di taman tak jauh dari tempat mereka berada.

Tessa mengangguk dan baru saja ingin menghampiri bangku yang ditunjuk Dave jika saja dia tak mendengar Dave berteriak.

"Tapi, aku hanya bercanda!" teriak Dave seraya mempercepat segwaynya mendahului Tessa.

"Kau curang Dave!!" geram Tessa dan segera mengejar Dave yang sudah berada jauh di depannya.

"Hahahaha!" tawa Dave sambil menengok ke belakang untuk melihat wajah kesal Tessa, sehingga dia tidak menyadari ada sebuah mobil yang melintas tepat di sampingnya. Melihat hal itu, Tessa berteriak dan memperingatkan Dave agar berhenti.

"DAVE! AWAS!!" teriak Tessa seraya mempercepat segwaynya agar dapat menyelamatkan Dave.

Karena panik Dave tak bisa memperlambat segwaynya dan yang hanya bisa dia lakukan adalah menutup matanya dan menunggu rasa sakit mengenai tubuh bagian kanannya.

Crakk!

Bunyi yang memekikkan itu sontak membuat para pejalan kaki menengok ke arah bunyi tersebut, mereka langsung terkejut dengan apa yang mereka lihat.

Apakah Dave tertabrak dan terpental sangat jauh? Tidak.

Bunyi itu disebabkan oleh Tessa, ya Tessa. Dia berhasil mempercepat segwaynya dan segera berlari menuju Dave, tepat beberapa menit sebelum ujung mobil itu menyentuh Dave tak sengaja Tessa meletakkan telapak tangan kananya pada kop mobil tersebut dan seketika saja mobil tersebut rusak, hancur berkeping-keping, dan mengerikannya lagi sang supir mobilpun ikut hancur dan hanya menyisakan serpihan-serpihan kulitnya.

Dave yang saat itu merasa bingung, karena rasa sakit tak kunjung datang, segera membuka mata dan betapa terkejutnya dia saat mendapati Tessa yang berdiri di sampingnya.

"T-tessa? Ba-bagaimana kau?" tanyanya bingung saat melihat mobil yang mungkin akan menghancurkan tulang-tulangnya telah hancur berkeping-keping.

"A-aku juga ti-tidak mengerti" ucap Tessa dengan nada gemetar karena ketakutan.

'Apa yang telah ku lakukan?' pikir Tessa.

"M-monster!" ucap salah satu anak yang sedari tadi bersembunyi di belakang ibunya.

"Ya. Kau. Monster" jawab sang ibu dengan raut wajah yang campur aduk.

Para pejalan kaki mulai meneriakkan kata 'Monster' berulang kali ke arah Tessa, dan ada beberapa yang meneriakkan kalimat 'Pembunuh' padanya.

"M-monster?" ucap Tessa gugup seraya melihat ke arah telapak tangannya yang tak berbekas apapun.

Dave yang mulai tenang pun segera berdiri dan menghampiri Tessa. Dave kemudian menarik lengan Tessa dan membawanya pergi menjauh dari kerumunan orang-orang, saat Dave merasa mereka sudah berada di tempat yang lumayan sepi, Dave segera menanyakan keadaannya.

"Tesy, are you okay?" tanyanya seraya menatap Tessa dengan tatapan khawatir.

Tessa segera mengangkat wajahnya dan kemudian menatap lurus ke manik hijau Dave

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tessa segera mengangkat wajahnya dan kemudian menatap lurus ke manik hijau Dave.

Dave melihat ada setetes air mata yang mengalir dari mata Tessa dan kemudian Dave memeluknya.

"D-dave, a-aku tidak tau apa yang terjadi, a-aku bukan monster" isak Tessa membenamkan wajahnya di dada Dave dan membuat pakaian lelaki itu sedikit basah.

"Shhh...sudahlah Tessa ini bukan salahmu, lagipula kau sudah menolongku kan? Dan aku tidak dapat membayangkan jika kau tidak berada disana" ucap Dave menenangkan Tessa seraya mengusap lembut surai coklatnya.

Tangisan Tessa semakin deras dan dia memeluk Dave dengan erat, dia merasa takut dan juga kebingungan. Dia tak bisa berpikir jernih sekarang, pikirannya dipenuhi dengan kalimat 'Monster' dan 'Pembunuh'.

"It's okay Tes. I'm here" ucap Dave lembut.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi seorang pria mengawasi mereka berdua.

"Ahem" gumamnya pelan untuk memastikan orang yang berada beberapa kilometer dari sini mendengarnya.

'Ya?' balasan singkat tersebut membuat pria itu mulai membuka pembicaraannya.

"Dia sekarang berada di dekat menara Stark" ucap pria tersebut.

'Baiklah. Bagaimana keadannya?'

"Dia baik-baik saja, mungkin hanya sedikit trauma dengan kejadian yang menimpanya tadi" jawab pria yang berada di balik pohon tak jauh dari tempat Tessa dan Dave berada.

'Kalau begitu kau segera jemput dia dan bawa dia ke menara'

Pria tersebut memutar kedua bola matanya dan berkata "kenapa aku yang harus untuk melakukan tugas ini?"

'Karena kau adalah sang Captain America'

Steve dapat mendengar orang tersebut tertawa melalui earpice yang dipakainya.

"Sialan kau, Stark!" ucap Steve dan segera menghampiri Dave dan Tessa.

____________________________________

Jeng, jeng, jeng!!
Gi-ma-na? Suka atau gak? Yaudahlah.
Kalau gitu vote+komen ya guys, krisarnya klo bisa :).

Bai bai!
See ya at next chapter!
[20/05/18]

Another Avengers [VERYSLOWUPDATE!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang