Deru mobil terdengar meninggalkan halaman rumah. Aya bergegas bangkit, mengabaikan rambutnya yang awut-awutan hanya untuk melihat pengendara mobil tersebut.
Ia pikir itu mobil ayahnya. Ternyata hanya taksi. Desahan napas Aya terdengar kecewa. Ia sudah berharap lebih dengan perginya ayah dari rumah. Setidaknya jika tak ada ayah di rumah, ia bisa merayu bunda atau sang abang agar mau membebaskannya dari sekapan menyesakkan.
Tapi, kenapa ada taksi di rumahnya? Siapa yang pergi? Atau siapa yang datang?
Cklek.
Pintu kamar terbuka. Andra muncul dengan wajah tanpa eskpresi menimbulkan kernyitan di dahi gadis itu.
"Kenapa? Nggak mau keluar? Ya udah, kunciin lagi." Andra bersiap menutup kembali pintu kamar Aya, tapi Aya buru-buru berlari dan mencegahnya.
"Tunggu. Kenapa tiba-tiba disuruh keluar? Hukuman Kakak udah kelar? Kakak udah bisa ketemu sama Daniel?" tanyanya antusias. Sangat berharap jika masa tahanannya sudah berakhir dan ini adalah saatnya bertemu Daniel.
"Hukuman tetap hukuman. Berhubung cowok itu udah nggak ada di sini, kamu dibebasin ayah."
"Maksud Abang apa?"
Sebelah alis Andra terangkat dengan kedua tangan saling berdekap di dada. "Jadi, Kakak nggak liat Daniel dan ibunya pergi naik taksi?" Andra menjelaskan dengan santai.
"APA! Kenapa bisa pergi? Kalian yang usir? Kenapa kalian bisa setega itu sama dia? Abang 'kan tau kalo Daniel berada dalam masalah besar. Dia harus dilindungi di rumah ini. karena hanya rumah kita tempat teraman untuk mereka bersembunyi. Kenapa kalian setega itu sama Daniel dan ibunya, sih!" Aya memaki Andra dengan kesal.
Tubuh Andra yang menghalangi pintu didorong kasar hingga remaja laki-laki tampan itu terhantuk ke dinding.
Aya butuh penjelasan. Tapi bukan pada Andra, Althaf ataupun sang ayah. Hanya pada bunda ia bisa mempercayai apa sebenarnya yang terjadi.
"Bundaaa..." panggilnya.
"Hik... Bundaaa..." Aya berkeliling mencari kelibat sang bunda. Air matanya tak sengaja terjatuh.
"Bundaaa... Bunda di manaa...Hiks... Bundaa..."
Putus asa. Aya terduduk di lantai ruang tengah. Terisak menyedihkan.
Tak lama kemudian, Naya muncul bersama Alif dari dalam kamar mereka. Keduanya tampak cemas. Bahkan Alif adalah orang pertama berlari mendekati tubuh putri kesayangannya. Ia pikir terjadi sesuatu yang serius terhadap gadis yang satu itu.
"Ada apa sih, Kak?"
"Hik... Apa bener, Ayah ngusir Daniel dan ibunya dari sini? Kenapa, Yah? Kenapa Ayah bisa setega itu sama dia? Sebenarnya Kak Aya yang salah. Daniel sama sekali nggak salah. Jika Ayah mau menghukum, hukum aja terus Kak Aya. Asal jangan pernah membenci Daniel."
Mendengar nama Daniel, wajah cemas Alif berubah marah. "Jangan bahas dia lagi. Lupakan dia. Jangan pernah berpikir bisa bersama anak itu suatu saat nanti. Kita dan dia beda. Ayah nggak akan pernah setuju kamu sama dia."
Aya mendongak. Mata memerah dan air mata yang tak berhenti mengalir, ia mendongak menatap sang ayah. "Maksud Ayah apa? Beda apanya? Apa karena dia anak pengedar narkoba? Ayah, dia nggak salah. Bahkan dia jadi korban dalam masalah itu. Dia nggak ikutan kayak ayahnya."
"Kamu nggak tau apa-apa! Jadi, cukup diam dan turuti apa kata Ayah!" putus Alif final. Pria itu kembali masuk ke dalam kamar meninggalkan Aya terisak.
Naya terdiam. Sungguh. Dalam situasi ini ia tak bisa berpikir jernih dengan memberikan solusi atau memberikan kalimat penenang agar putrinya berhenti menangisi Daniel.
![](https://img.wattpad.com/cover/140132741-288-k8870.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Permen Kaki Aya (Tamat) ✓
Novela JuvenilSinopsis SMA Labschool kedatangan satu siswa laki-laki. Daniel Kim, nama yang diperkenalkan. Hanya nama, tidak dengan identitas lainnya. Hal tersebut membuat Aya si gadis pengemut permen kaki penasaran. Jatuh cinta pada pandangan pertama. Itu yang...