Im Yoona. Anak sulung dari keluarga Im. Kalem tapi ga kalem kalem amat. Kerjaannya di rumah bantuin Mama ngejinakkin ke-3 adiknya.
Kalau lagi ga sawan bijak banget, bisa jadi kakak panutan. Tapi kalau lagi sawan, ya gitu suka kumat. Contohnya kayak sekarang ini. Hari ini hari Sab'tu, hari dimana dia lagi kosong jadwal kelas di kampus dan hari adek-adeknya libur. Yoona kedapetan bagian buat bangunin adek-adeknya minus Jaebum, karena adenya yang satu itu pengertian dan sangat mandiri.
"Woy bangun lo," semprot Yoona sambil nepok paha Nayeon kenceng banget. Yang punya paha cuma ngelenguh dan malah ngerapetin selimutnya.
"Yeu orang bukannya bangun malah selimutan, bangun Nay cepet!" Yoona pakai 1001 cara buat bangunin Nayeon. Tapi sayang, ga ada yang ampuh.
"Ish kak, hari ini kan libur!" jawab Nayeon yang malah nyolot. Yoona ga kaget, udah biasa liat Nayeon kayak gitu.
"Bangun atau gue sobek semua poster gila ini!" ancam Yoona dan tanpa basi-basi lagi Nayeon langsung ngibrit ke kamar mandi. Yoona cuma ngelengin kepala terus keluar dari kamar Nayeon dengan sendal kelinci berbulunya.
Keluar dari kamar Nayeon, Yoona papasan sama Jaebum yang ternyata masih dengan muka buluknya.
"Jae bangunin Changkyun dong, kakak mau masak sarapan dulu," pinta Yoona. Beda sama Nayeon, Jae alias Jaebum mah nurut abis. Tipikal adik baik nan pengertian gitu.
Setelah membangunkan semua adiknya—dengan bantuan Jaebum, Yoona segera berlari menuju dapur. Ia mencepol rambutnya asal, menyisakan leher jenjang putih yang sangat mulus dan halus bagaikan popok bayi baru beli. Dengan telaten, ia mengambil bahan makanan dari kulkas dan mengolahnya menjadi makanan.
"Kak Yoona masak apa?" tanya Changkyun, sibungsu yang ga pernah berhenti laper sambil berjejer di samping Yoona yang lagi ngorak-arik omelet di atas wajan.
"Masak omelet sama rolade tahu," jawab Yoona tanpa memalingkan wajahnya dari wajan.
"Yah kok ga pakai daging sih anjir?!" protes Nayeon yang lagi pake masker.
"Yeu bacot lu upil kuda, bantuin gue masak sini. Maskeran bae," balas Yoona tidak mau kalah. Jaebum hanya duduk menunggu sarapan paginya dan Changkyun masih setia di samping Yoona, bantuin baca doa.
"Gak ah, ntar muka gue bau minyak." Nayeon duduk di samping Jaebum, Jaebum cuma masang muka kaget datar ngeliat adeknya yang keliatan serem dengan pake masker itu.
"Gue kasih minyak jelantah, tau rasa lo!"
"Mas Jae, nanti temenin Nay beli buku ya, buat ujian minggu depan," pinta Nayeon yang tak mengindahkan perkataan Yoona. Yoona mendecih sebal.
Meskipun sering bertengkar dengan Nayeon, tapi Yoona sangat memperhatikan adiknya yang satu itu karena mereka sama-sama wanita dan Nayeon orangnya seleboran yang membuat Yoona sangat khawatir.
Ia pun acapkali khawatir pada Jaebum yang paling pendiam di antara mereka ber-4, takut-takut adik kebanggaannya itu menjadi seseorang yang ansos dan tidak punya teman.
Terkadang Changkyun pun membuatnya gusar, sifat memberontak dan polos milik Changkyun ini membuat Yoona harus tenang dalam berkata ataupun bertindak dan memperhatikan setiap teman Changkyun. Ia takut adik bungsunya naduk ke dalam jurang pergaulan bebas yang sangat diseganinya sejak duduk di bangku SMP dulu.
"Dah jadi nih, ayo makan!"
Dibalik sifat cerewet dan bawelnya, ia merupakan seorang wanita yang sangat keibuan dan penuh perhatian.
"Kyun, cuci tangan dulu sana! Tangannya kan abis megang pantat panci tadi!"
Benar-benar pengganti kedua orangtuanya yang jarang pulang ke rumah, karena tuntutan pekerjaan.
"NAYEON, JANGAN RAKUS TARO LAGI ITU ROLADE TAHUNYA!"
"JANGAN SENTUH MASKER GUE JUGA, ANJIR!"
"..."
"Kak, Changkyun mau makan bagi nasinya."
Dan, ya begitulah sarapan di meja makan keluarga Im setiap pagi tanpa Tuan dan Nyonya Im.