"Geser!" Ucapnya dengan tampang songong.
"Apa?" Tanyaku bingung.
"Gak denger? Geser!" Ucapnya makin songong.
"Adik kelas kok songong ya. Gak diajarin sopan santun?" Aku berdiri seakan menantang.
Dia memasang smirk. Yang terlihat sangat menyebalkan dan terasa seperti sedang meremehkanku.
Iya. Aku memang kecil. Lebih tepatnya mungil. Tinggi badanku paling pendek dikelasku . Aku juga sering dibilang anak SMP. Tapi apa dia gak bisa liat kalau aku memakai seragam khas kelasku? Aku sudah kelas dua belas.
Setelah itu dia tetap memaksa untuk duduk disebelahku. Kebetulan kursi dikantin ini bentuknya memanjang.
Aneh. Padahal masih ada beberapa kursi yang kosong atau yang bisa dia rebut. Kenapa harus tempatku?
Karena kesal akupun memilih pergi. Karena kebetulan mie ayamku sudah hampir habis.
Kulirik dia sebentar. Dia terkekeh dan mengukir senyum menyebalkan itu lagi. Merasa menang? Oke, liat aja nanti.
~.~.~.~.~
"Jo, ke kantin yuk!" Tanya Didi. Teman sebangku ku.
"Duluan aja. Ini tugasnya dikit lagi, nanggung." Jawabku tanpa mengalihkan pandanganku ke arah Didi.
Didi menaikan sebelah alisnya. "Rajin amat, pak? Lagian itu kan PR!?"
Aku berhenti sejenak untuk menanggapi Didi.
"Kan udah sering aku bilang. Sekolah ini udah aku anggap rumah keduaku. Gak salah, toh?"
Didi menggosokan jarinya didagu. "Prinsipnya hampir sama sih kaya anak-anak yang hobi nyontek pagi-pagi sebelum pelajaran itu dimulai. Tapi ini versi positifnya kali ya?" Didi tertawa miris.
"Ya ya ya. Buruan pergi sana. Kalo ngobrol terus, kapan selesainya ini!?"
"Iya iya." Lalu Didi pergi dengan sedikit gondok, karena diusir teman sebangkunya sendiri.
~.~.~.~.~
Aku selesai dengan tugasku. Langsung bergegas menuju kantin. Tak lama kantin sudah terlihat dan Didi langsung memanggilku. Tapi aku harus memesan dulu makananku.
"Bu pesan mie ayam sama jus alpukat ya!"
"Siap bos." Ucap ibu kantin yang sambil menganggat jempolnya dan menampilkan senyum seribu watnya.
Kudengar ada yang terkekeh dari arah belakang. "Kecil gitu dipanggil bos." Ucapnya pelan tapi masih bisa aku dengar. Atau dia memang sengaja berkata kaya gitu suapaya aku bisa dengar?
"Bu, jus melonnya satu!"
"Siap! Tunggu sebentar." Ucap ibu kantin sigap.
Jadinya aku sama dia berdiri berdua menunggu pesanan. Karena memang disini gak ada istilah makanan nyamperin yang laper. Harus mandiri.
"Apa sih enaknya jus melon?" Ucapku pelan dengan nada merendahkan. Sedikit balas dendam gak masalah, toh? Tapi sengaja dibuat agak keras supaya dia bisa dengar.
"Yang belum pernah nyoba gak bakal tau specialnya dimana." Dia berkata dengan nada normal. Aku hanya mengernyit dan tak berniat membalas lagi.
Akhirnya pesananku sudah jadi dan aku segera menghampiri meja yang ditempati Didi dan menikmati makananku.
~.~.~.~.~
Tidak terasa hari ini sudah pelaksanaan UTS. Sudah tradisi kalau semua siswa-siswi akan dicampur dan dipisahkan dari teman sekelasnya masing-masing. Dan moment seperti ini yang sering membuatku gugup. Gugup memikirkan siapa yang akan menjadi teman sebangkuku. Karena memang satiap bangku diduduki dua orang siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melon Juice [BxB]
Short StoryDari yang.. "Apa sih enaknya jus melon?" Sampai.. "Bu, jus melonnya bikin satu lagi ya!" Ini gara-gara dia! ~~~~~ STOP! Untuk yang Anti Homo Homo Club silahkan balik arah! Jangan dibaca! Apalagi dihujat! Terimakasih banyak untuk yang mau membaca cer...