¶ Pertemuan petama

200 17 0
                                    

Pertemuan pertama itu membuatku merasa Alexa adalah takdir yang di gariskan untukku, namun bagi Alexa aku adalah hal mustahil yang muncul dalam hidupnya yang tenang.

Ia membalikan badannya dan tetap dengan posisi terlelap. Seandainya aku manusia tidak mungkin anak ini akan tidur dengan nyaman seperti ini.

Aku selalu ingin jujur padanya namun, bagaimana kalau dia marah karena aku tidak pernah jujur akan hal ini. Sebaiknya aku menceritakannya sebelum Stefano membuka mulutnya dan membuatnya semakin runyam.

Aku membelai lembut kepalanya dan kembali pulang kerumah. Kulihat Stefano sedang duduk di ruang tamu.

" Aku butuh penjelasan dari kamu, No!?" kataku mendekat padanya.

" Penjelasaan apaan? Gue sibuk", jawabnya sambil memainkan hpnya.

" Ini soal Alexandra!" kataku lagi.

" Gue nggak punya urusan sama dia ! Itu semua secara kebetulan. Dia ada jadwal kuliah di Fakultas gue dan nggak sengaja dia liat gue. Dia kira gue itu lo dan yang semakin kebetulan lagi gebetan gua itu sahabatnya dia! Gua nggak tau menahu kalau dia itu cewek lo ! Lagian tu anak juga pinter banget bohong. Katanya kalian pacaran pas SMA ! Sedangkan elo di Amrik waktu itu!" lajutnya.

" Aku tidak bisa percaya pada kata kebetulan Ano kalau semua itu ada hubungannya denganmu! Jangan mendekati Alexa atau kau akan berhadapan denganku!" ancamku.

" Kau bukan manusia Rey !! Haha." Tawa Ano terdengar.

" Ancamanmu tidak akan membuatku takut ! Sebaiknya kau yang sadar diri Rey! Kau bahkan bukan manusia ! Kau dan Alexa memang sangat cocok ! Sama-sama makhluk yang aneh !" tawanya terdengar semakin besar.

Aku hanya mampu untuk menahan diriku. Aku melirik hp yang di letankan di meja dan ,
" Prakkk ," hp ano terlempar hancur di dekat ia duduk. Ano menatapku geram.

" Sepertinya kau memang harus berhati-hati, Ano ! Justru karena aku bukan manusia, aku bisa sangat membahayakanmu! Kau paham! Tidak akan kubiarkan kau merebut segala sesuatu yang menjadi milikku! Aku sudah cukup muak dan berdiam diri melihat sepak terjangmu selama ini! Kau paham!?" aku mengancam.

Wajah Stefano terlihat geram mendengar ancamanku. " Maafkan aku, Ano. Aku harus menghentikanmu sekarang sebelum kau bernasib buruk karena keserakahanmu, sepertiku dulu", batinku.

Aku meninggalkan Stefano yang terlihat sangat kesal padaku. Ibu berjalan menuruni tangga dan menyapanya dengan manis. Aku lalu melirik Stefano yang masih tetap diam di tempatnya. Ibu duduk di sampingnya dan melirikku.

" Rey?," panggil ibu. Aku hanya tersenyum padanya.

" Bagaimana keadaan papa disana? Terus gimana perkembangannya? Belum berhasil juga?," tanya Ibu padaku. Aku masih tetap diam dan menatap Stefano.

" Kalian nggak dengarin Ibu? Ibu nggak suka sama sikap dan suasana ini yah!" ibu membentak.

" Ibu nggak tau masalah apa yang buat kalian kaya gini. Tapi tolong bersikaplah baik-baik saja di depan Ibu. Ibu lelah dengan sepak terjang kalian!" Ibu membentak.

Aku terkejut.

Tidak seperti biasanya ibu marah jika melihat aku dan Stefano bertengkar. Aku menatap ibu, wajahnya terlihat sangat letih.

" Maafin aku, bu. Ini semua memang salahku. Seandainya aku dulu tidak membuat kesalahan, keluarga ini pasti akan baik-baik saja," kataku lirih.

" Tidak Rey. Ini salah ibu. Harusnya dulu ibu lebih bijaksana dalam mengurus keluarga ini," wajah ibu semakin sedih.

Stefano lalu bangun dan memeluk ibu. Aku hanya bisa melihatnya, karena untuk menghapus kesedihan ibu aku pasti tidak mampu. Karena kesedihannya itu datang dariku. Aku lalu meninggalkan ibu dan stefano di ruang tamu menuju ke kamarku.

My Boyfriend Is A GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang