Bagian 8

12 4 0
                                    

“Tidddaaak!”

Aku menjerit. Lalu berbalik.

Aku mendengar tawa yang nyaring. Dan melihat Frank Foreman melangkah kebarisan kuburan. Buddy Tanner mengikuti tepat dibelakangnya,  bersama dua cowok berbadan besar yang pernah kulihat di sekolah.

“Jadi? Kembalikan kepalaku dong!” Frank berkelakar . Langsung saja tawa mereka kembali meledak.

“Sudah berapa lama kalian berdiri disitu?” Ujarku tercekat. “Apa yang kalian lakukan disini?”

Frank menyeringai pada Audra. “Kata Audra kalian berdua akan kemari untuk berpiknik. Jadi, kenapa kami tidak diundang?”

“Ini bukan piknik!” Bentak Audra. “Sudah kukatakan jangan kemari, Frank!”

“Lagi pula kami sekarang mau pulang kok,” Kataku. Aku beranjak kearah pintu gerbang.

Frank bergerak secepat kilat untuk menghadang jalanku. “Kau yakin, Spencer?” ejeknya. “Kau yakin mau pergi dari sini?”

“Ayolah,” pinta Audra. “Kalian nggak lucu, disini dingin dan....”

“Dan ada setan kuburan sungguhan yang gentayangan disini!” semburku.

Dan langsung menyesal begitu selesei mengatakanya.

Kenapa aku sampai keterlepasan ngomong seperti itu? Aku kan tahu mereka takkan pernah membiarkan aku melupakannya seumur hidupku!

“Setan kuburan?” Ejek Buddy. “Hei, Frank, dia benar-benar percaya hal-hal seperti itu.”

“Tentu saja dia percaya,” Sahut Frank seraya menyeringai padaku. “Itu karena Spencer sendiri adalah setan kuburan!”

“Biarkan kami pergi!” desakku.

Tapi Frank mencengkram bahuku. Lampu senterku terlepas dari tanganku.

Menghantam batu nisan, jatuh ketanah dan kemudian mati.

“Spencer tak ingin pergi,” Frank bersikeras.
“Karena dia sendiri adalah setan,” Tambah Buddy “Setan kuburan.”

“Spencer setan,” kedua cowok yang lain mengulangi.

“Enyahlah kalian!” hardikku, berharap aku terdengar berani. Kubebaskan diriku dari cengkraman Frank. Kutangkap lengan Audra dan bersiap lari dari situ.

“Ayolah Spencer. Kau tahu, kau tak mau pergi dari sini,” tukas Frank. “Kau ingin tinggal disini , ya kan? Dengan setan-setan kuburan lainya?”

“Jangan gangu dia,” sentak Audra.

“Hei, kami Cuma bercanda,” Frank berkata padanya. Ia menangkapku dan menekan tubuhku pada sebatang pohon.

“Kalian mau apa sih sebenarnya?” sergahku, keringat mulai membasahi tubuhku. Padahal saat itu dingin.

Lalu aku melihat salah satu cowok berbadan besar itu memegang tali, dan kakiku pun mulai gemetaran.

“Apa yang mau kalian lakukan?” pekik Audra. “Jangan gangu dia. Ini nggak lucu! Yuk Spencer, kita pergi dari sini!”

Frank menarikku dari pohon itu dan mendorongku ke sebuah nisan tinggi. Dapat kurasakan batu nisan yang dingin itu dari balik jaketku.

Kuayunkan tanganku untuk menghantam Frank.

Tapi Buddy dan salah satu anak cowok berbadan besar itu menangkapku. Mereka menelikung lenganku ke punggung.

Kusepakkan kakiku. Aku meronta-ronta, tapi teman-teman Frank terus memegangiku dengan erat.

“Kalian keterlaluan!” Teriak Audra nyaring. “Ini bukan bercanda lagi namanya, Frank! Kalian tak boleh berbuat begini padanya!”
Frank tertawa.

Audra berpaling dariku. “Jangan takut, Spencer. Aku akan pergi mencari bantuan.” Ia berbalik, lalu berlari dan hilang dibalik gerbang kuburan.

“Lepaskan aku!” hardikku, kugerak-gerakkan tubuhku, meronta-ronta, berusaha membebaskan diri.

“Setan kuburan. Setan kuburan.” Sambil terus mengucapkan kalimat itu, mereka melilitkan tali disekelilingku, mengikatku erat-erat di nisan itu.

“Lepaskan aku!” kutendangkan kakiku sekuat tenaga. Tapi itu malah membuat mereka menarik tali itu semakin erat lagi.

“Selamat tinggal, setan kuburan!” lolong Frank. Lalu mereka berempat meninggalkan kuburan dan meluncur menuruni bukit Highgrave.

Ini tak mungkin terjadi padaku! Pikirku, berjuang melepaskan diri.

Terikat di nisan di pemakaman Highgrave pada tengah malam buta!

“Tunggu! Kumohon!” seruku.

“Jangan tinggalkan aku disini!” Jantungku berdebar liar. Kurasakan batu nisan yang menempel di punggungku, begitu dingin, amat dingin...

“Kumohon... Kembali!”

Attack of The Graveyard GhoulsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang