Bagian 6

21 5 3
                                    

Sambil menjerit, aku berbalik.

Tak ada siapa-siapa disitu. Tak ada seorangpun.

Seseorang berdiri dan bernapas keras sekali dibelakangk tadi, aku yakin. Napasnya berat dan parau, begitu dekat dielakangku.

Jika itu bukan Audra, jadi siapa dong? Dan kemana perginya?

Bulu kudukku meremang. Ransel itu meluncur lepas dari tanganku. Aku membungkuk untuk memungutnya.
Waktu aku berdiri, Audra kembali menghilang.

“Audra? Ada apa sih?” teriakku.

“Sorry.” Suaranya muncul dari lereng yang berumput. “Aku kehilangan jejakmu ditengah kegelapan, Spencer. Ada batu nisan yang benar-benar mengagumkan disini. Kau dapat memeriksanya sendiri.”

Kuayunkan ransel itu ke atas bahuku. Lalu kuangkat lampu senterku dan kuarahkan pada Audra.

Ia tengah membungkuk diatas sebuah nisan kecil yang terukir dalam warna hitam. “Ini makam seorang bayi kecil,” serunya, suaranya terdengar tak jelas di tengah tiupan angin. “Dan ada lagu nina bobo yang panjang di ukir diatas nisanya. Liriknya... liriknya sedih sekali, Spencer.”

“Bayi itu mungkin mati seratus tahun yang lalu,” aku bergumam. Aku beranjak ketempatnya berdiri, lingkaran cahaya jingga yang berasal dari lampu senterku melompat-lompat dari satu nisan ke nisan lain. “Aku sudah menemukan ransel konyol ini. Kita bisa pulang, Audra.”

“Baikalh, tapi kemari dan lihat dulu ini” panggilnya.

Sambil mengayun-ayunkan ransel itu, aku berjalan sepanjang barisan makam menuju ke arahnya. Tapi, cahaya senterku tertumbuk sesuatu diatas tanah.

Topiku! Topi bisbolku!

Aku sama sekali melupakanya.

“Asyik!” seruku girang.

Aku membungkuk. Memungut Topi itu dari rumput.

Dan menjerit.

Di dalam topi itu ada... sebuah kepala!

Kepala manusia sungguhan.

Attack of The Graveyard GhoulsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang