Kenyataan

134 24 10
                                    

Arini tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dengan badan yang ideal membuat banyak pria jatuh hati padanya.
Badanya tegap dan cukup tinggi, bibirnya merah merekah, hidungnya mancung, dan matanya memancarkan sebuah sinar rembulan.
Ya, sinar yang terang namun tidak menyilaukan. Lelaki manapun akan jatuh hati padanya, dan dengan kecantikan itu banyak sekali teman perempuannya yang iri padanya.

Karena Rini berbeda dengan anak lain, ia cukup kesulitan untuk berkomunikasi karena ia lebih banyak diam dan menghindar dari lingkungannya.

Memang awalnya dia menolak untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA karena trauma pada bully-an teman-temannya semasa SMP. Namun orangtuanya lah yang memaksanya untuk sekolah, karena dengan pendidikan orantuanya yakin hidup Rini akan lebih baik kedepannya.

Kemampuan Rini saat ini masih tertahan, sesuai dengan janji para leluhurnya setelah umur 17 tahunlah Rini akan betul mewarisi kemampuan keluarganya. Namun dengan kondisi saat ini, kadang Rini bisa merasakan kehadiran makhluk dan beberapa kali mengalami kesurupan terutama jika pasien Ayahnya adalah makhluk dengan kemampuan yang tinggi.
***

Sejauh ini aku tidak mengetahui apapun, Ayah dan Ibu tidak pernah cerita tentang kemampuanku, atau garis keturunan ini. Yang aku tahu adalah aku mudah kesurupan karena sering melamun.

Di SMA aku tidak memiliki teman, jangan ditanya apa aku punya pacar atau tidak. Teman saja tak punya apalagi pacar?
Benar-benar aku menutup rapat diriku dari lingkunganku.

Nilai-nilaiku diatas rata-rata, kemampuan olahragaku juga lumayan ya bisa dibilang aku adalah anak wanita idaman pria saat itu. Hanya saja tidak ada yang berani menyatakan perasaannya padaku, jelas karena mereka tahu siapa Ayahku dan mereka mengerti diriku adalah seorang yang amat penyendiri.

Sepulang sekolah, tidak seperti biasanya Ayah dan Ibu duduk dengan wajah cemas di ruang tamu.

"Yah, Bu, kenapa? Kok cemas gitu?" Tanyaku heran

"Duduk sini nak, Ayah mau bicara" kata Ayah

"Ini ibu juga sudah bikin teh" sambung Ibu

"Ada apa sih? Serius banget? Aku gak akan dijodohin kan?" Tanyaku khawatir

"Bukan, Ayah mau bercerita tentang keluarga kita. Kamu kan belum pernah Ayah kasih tau silsilah kita gimana" kata Ayah.

"Oh gitu, kok tiba-tiba Yah?" Tanyaku

"Iya, Ayah dan Ibu rasa kamu sekarang sudah besar, sudah dewasa, sudah bisa diajak diskusi. Kamu sudah 16 tahun kan? Nah makanya Ayah ingin cerita sekarang" jelas Ibu

Aku hanya duduk menyimak sambil meminum teh.

"Begini Arini anakku yang Ayah cintai, Ayah sebetulnya bingung harus cerita dari mana. Mungkin diawali dari awal leluhur kita". Ucap Ayah.

"Kita adalah keluarha Huang, diawali dengan leluhurmu Wu Fen Huang yang tak lain adalah seorang Tabib di negeri Cina. Pengobatannya sangat manjur, tidak lain tidak bukan karena ilmu yang dia pelajari. Bukan hanya ilmu putih bahkan ilmu hitam ia kuasai. Ia pernah bertapa disebuah Goa diantara karang ditepi laut, disanalah ia membuat perjanjian dengan Jin laut yang berbentuk Ular. Jin ini berjanji akan menjaga dirinya hingga 7 turunan, dan ilmunya pun akan diturunkan 7 turunan. Ayah adalah turunan ke 7. Dan kamu adalah penutupnya" kata Ayah

Mendengar hal ini aku tak heran, hanya saja semua terasa seperti dongeng yang mengada-ada. Padahal Ayah tinggal bilang "tolong lanjutkan bisnis turun temurun ini" aku akan mengerti.
"Terus yah?" Tanyaku

"Yang diwariskan adalah kemampuan spiritual. Dan ternyata kamu sebagai penutup memiliki takdir lain" kata Ayah yang membuatku sedikit merinding

"Iya, kamu memiliki kemampuan sebagai perantara" kata Ibu menambahkan

"Hah? Perantara gimana maksudnya?" Tanyaku kaget

"Perantara atau penghubung dunia manusia dengan dunia ghaib. Makanya kamu sering kesurupan, itu karena dirimu memang menjadi wadah untuk mereka berkomunikasi. Ini adalah takdirmu yang tak bisa kamu tolak. Ini adalah anugrah dari Tuhan, sekaligus kutukan untukmu." Lanjut Ayah

Aku hanya membisu dengan tatapan kosong.

"Lalu setelah 17 tahun nanti sepenuhnya kekuatan itu menjadi milikmu. Saat kamu usia 4 tahun arwah leluhur menghampiri dan memberika tanda di dahimu. Untuk mengunci kemampuanmu hingga usia 17tahun. Ayah hanya bisa berpesan, gunakan kemampuan dengan bijak. Kamu bisa menolong banyak orang tapi selalu hati-hati dengan semuanya karena dunia Ghaib juga memiliki sesuatu yang jahat" lanjut Ayah menjelaskan

"kalosórisma" ucap Ibu

Tak asing ditelingaku kata-kata yang dilontarkan Ibu. Apa itu? Apa maknanya? Aku tidak tahu. Tapi lidah ini malah mengikutinya

"kalosórisma" ucapku.

"Kamu tahu apa artinya?" Kata Ayah dan dijawab dengan gelengan kepalaku

"Saat kejadian ulang tahunmu dulu, saat usiamu 4 tahun. Kata-kata itulah yang keluar dari mulutmu setelah diberikan tanda oleh leluhur kita. kalosórisma artinya selamat datang" jelas Ibu

"Jangan terlalu dipikirkan ya, Ayah akan terus mendampingi. Namun ingat kamu harus belajar banyak hal dan Ayah ingin setiap hari sabtu kamu mulai berlatih dengan Ayah." Kata Ayah

Jujur saja aku masih tidak percaya bahwa aku adalah seorang perantara, masih bingung harus bagaimana dan apa yang akan terjadi nanti aku hanya bisa pasrah.
Jika bisa memilih pasti aku ingin hidup biasa-biasa saja, dan tidak akan ada yang mau hidup sepertiku.

Sebentar lagi usiaku 17 tahun, entah apa yang akan terjadi nanti. Aku hanya bisa pasrah dan berdoa diberikan jalan terbaik.
Karena aku tidak mungkin mengelak dari kenyataan ini jadi aku harus berusaha maksimal.
***

Bersambung...
Bogor, 24 Mei 2018
-izzal_rmdn-
"Pengembara Antah-berantah"
-

PERANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang