Takdir

148 17 6
                                    

Setelah kejadian di sekolah kemarin, aku tidak berani lagi untuk kembali ke sekolah meskipun Guru menjamin keamanan dan keselamatanku tapi aku yakin gerombolan lelaki itu akan melakukan balas dendam.

"Aku tidak ingin sekolah lagi" ucapku

"Tapi pendidikan itu penting" jawab Ibu

"Biarkan saja bu, biar bantu Ayah di Rumah saja, bakatnya sangat bermanfaat"
Kata Ayah

"Pokoknya aku tidak mau sekolah disana lagi. Kalo perlu aku tidak usah sekolah!" Kataku sambil menarik selimut

Aku sudah membayangkan sekolah akan terasa seperti neraka jika aku terus berada disana, akhirnya bulad sudah tekadku untuk berhenti sekolah dan orangtuaku tidak melarangnya mereka hanya menyayangkan jika aku berhenti sekolah.

Sore nya aku melihat Ayah sibuk berkemas seperti akan pergi jauh.

"Ayah mau kemana? Kok bawa koper?" Tanyaku

"Ayah harus pergi ke jogja, disana ada orang hilang di gunung katanya dan Ayah diminta mencari orang itu" kata Ibu

"Ayah titip klinik ini ya, selama Ayah tidak ada. Kamulah yang akan meneruskan." Kata Ayah.

"Tapi aku tidak mengerti apapun termasuk racikan obat-obatnya" kataku

"Kamu akan bisa dengan sendirinya. Percayalah." Kata Ayah sambil mengusap rambut dan memelukku.

Entah kenapa aku takut Ayah pergi jauh, rasanya seperti tidak akan bertemu dengannya lagi. Tapi bagaimanapun Ayah harus melaksanakan tugasnya dan malam itu berlalu begitu saja.
***

Esok paginya aku seperti biasa membantu Ibu bersih-bersih rumah dan Ibu pergi ke pasar tak lama ada seorang kakek datang ke klinik.

"Dimana O-huang!" Tanya kakek itu

"Ayah sedang pergi ke luar kota kek, ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku

"Celaka, ia dalam bahaya." Katanya dengan keringat yang mengalir di wajahnya

"Loh, kenapa kek? Kakek siapa? Bahaya bagaimana?" Tanyaku heran dengan perasaan takut dan amat cemas.

"Aku Dean, teman berdiskusi Ayahmu. Dan sekarang dia dalam bahaya besar. Apa dia bilang mencari orang hilang disana? Itu adalah palsu, berita dan permohonan itu adalah jebakan dari roh yang sempat kita lawan bersama" ucapnya dengan nada serius

Mendengar ucapan itu aku tak mampu berbicara apapun, kakiku lemas, seakan aku hilang kendali atas tubuhku dan tak tahu apa yang harus aku lakukan.

"Ba...bagaimana cara agar kita bisa menolongnya? Aku berdoa agar Ayah selamat" ucapku

"Berdoa? Untuk apa? Kita harus berusaha sendiri tanpa doa pun kita akan sukses" kata Kakek Dean

"Salah kek, Tuhan yang akan melancarkan segala urusan kita jika kita berdoa padanya" kataku

"Maaf aku tidak percaya Tuhan, aku tidak punya agama, aku atheis begitu pula dengan Ayahmu" kata Kakek Dean

Seperti tersambar petir disiang bolong mendengar ucapan kakek itu, jelas Ayah adalah seorang mualaf dan aku tidak tau Ayah atheis, sejak kapan? Apa ibu tau? Semua perasaan campur aduk dan kepalaku serasa mau pecah. Pantas Aku jarang melihat Ayah beribadah mungkin ini sebabnya

"Aku tidak percaya, aku yakin Ayah seorang muslim" ucapku

"Ayahmu atheis, tapi kita berbeda paham. Bagiku Tuhan dan Agama itu tidak ada, namun bagi dirinya Tuhan itu ada. Tuhan itu satu. Tapi Agama itu ciptaan manusia, itu paham yang dia anut. Tidak penting membahas ini sekarang tapi kau harus pergi kesana. Menyusul Ayahmu dan menyelamatkannya. Bawa ia kembali sebelum terlambat" kata kakek itu

PERANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang