Gerbong Hantu

100 11 0
                                    

Tibalah waktu keberangkatanku. Gadis remaja yang belum pernah keluar kota sama sekali harus pergi sendirian naik kereta. Ya harga tiket pesawat cukup mahal saat itu jadi aku harus naik kereta.
Aku berangkat dari stasiun pasar senen, dengan menggunakan jasa calo tiket aku berhasil mendapatkan tempat duduk.
Lebih baik aku bayar mahal sedikit tapi dapat duduk dibanding harus berdiri berdesakan.
Pada zamanku dulu kereta ekonomi masih bebas dinaiki tanpa aturan tempat duduk, jadi siapa cepat dia dapat.

Dalam perjalanan itu aku duduk di dekat jendela kaca sehingga aku bisa sambil melihat keadaan di luar meskipun gelap karena sudah larut malam tapi itu lebih baik dibanding harus melihat wajah-wajah orang yang seakan memandangiku dengan tatapan sinis.

Tak sadar aku terlelap begitu saja dengan kepala bersandar pada jendela kereta. Aku mengalami sesuatu yang aneh entah itu mimpi atau bukan, tapi terasa amat nyata. Saat kubuka mata, keramaian yang sebelumnya ada seketika hening.
Lampu kereta padam, tidak ada lagi tukang jualan yang hilir mudik, dan semua orang tertunduk.
Kereta masih melaju namun semakin lambat, dan lambat, hingga akhirnya berhenti.
Ku lihat ke arah luar jendela.
"Dimana ini?"
Ada banyak pohon besar dan padang rumput luas. Gelap, lembab, sepi.
"Apa kereta selalu berhenti dulu seperti ini?" Gumamku yang awam tentang perjalanan dengan kereta.
Aku tak mungkin membangunkan orang lain untuk sekedar bertanya jadi aku putuskan untuk beranjak dan melangkah bergerak menyusuri gerbong kereta menuju kamar mandi bermasuk untuk mencuci muka.
Saat berada ditengah gerbong angin kencang berhembus membuat pohon-pohon bergerak kekanan dan kekiri bagai melambai. Hawa yang semula lembab kini menjadi semakin dingin hingga terasa menusuk hingga ke tulang.
Dan aku amat terkejut ketika lenganku dicengkram oleh orang yang duduk di kursi tengah gerbong. Cengkramannya amat kuat seprti ingin meremukkan tanganku.
Saat wajahnya diangkat ternyata itu adalah seorang nenek tua dengan rambu panjang berwarna putih. Lalu dia berteriak
"KEMBALILAH KAU!"
Lalu seketika matanya memancarkan cahaya menyilaukan. Seisi gerbong juga mengeluarkan cahaya dari matanya.
Wajah nenek itu berubah semakin kurus dan keriput, berurat, hingga terlihat hanya tengkorak saja. Parahnya lagi darah mengucur dari hidung, mulut, dan telinga nenek itu.
Aku berusaha melepaskan tanganku dan berlari namun aku malah tersandung kaki orang disebelah kiriku dan hilang kesadaran.
***
"Mbak, mbak, mbak, bangun mbak" samar-samar ku dengan suara lelaki. Dan membuka mata.
"Mbak gak apa-apa?" Ucapnya
"Iya mas, saya tidak apa-apa terimakasih." Ucapku lemas sambil menahan perih ditanganku
"Iya karena tadi saya lihat mbak seperti kejang dan berkeringat banyak sekali. Saya hawatir jadi membangunkan mbak. Turun di stasiun mana?" Lanjut pria itu
"Stasiun lempuyangan mas" ucapku singkat.
"Oh sebentar lagi sampai. 2 stasiun lagi. Saya turun duluan di stasiun berikutnya". Ucapnya disambung dengan sebuah senyuman.

Aku mengangkat lengan bajuku, dan benar terdapat bekas cengkraman tangan berwarna merah kebiruan.
" jika yang ku alami tadi adalah mimpi, bagaimana luka ini bisa ada di tanganku?"
"Jika itu kejadian nyata, berarti gerbong ini adalah gerbong hantu?"
Ucapku dalam hati.
Memikirkannya malah semakin membuatku ngeri, jadi aku hanya bisa berdoa agar cepat sampai dan menyelesaikan perjalanan ini. Bertemu ayah dan langsung pulang kembali ke rumah.
Bersambung...
***

Bogor, 30 November 2018
-izzal_rmdn-
"Pengembara Antah-berantah"

#note
Maaf baru update lagi :)
Selamat membaca, semoga bisa mengobati kerinduan kalian dengan tulisanku. Selamat bertemu di chapter berikutnya.
Salam Literasi.

PERANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang