Me?

139 28 32
                                    

Fika menarikku menjauhi mereka...

***

"Dduuhhh... Pelan-pelan dong, Fik jangan tarik-tarik tangan aku sakit."
Rengekku ke Fika.

Fika menghentikan langkahnya karena rengekanku.

"Ya ampun, Tan. Kok bisa kayak gini, sih ?" Tanya Fika sambil memperhatikan keadaanku dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaannya. Fika hanya menggeleng melihat responku. Dia sangat tahu siapa diriku. Aku yang selalu diam disaat orang lain menyakitiku. Aku yang tak pernah peduli dengan perkataan orang diluar sana mengenai diriku.

Dia pernah berkata bahwa dia bangga memiliki sahabat sepertiku. Itulah mengapa dia tetap ingin mandiri dengan bekerja mencari uang sendiri meskipun hidupnya sudah sangat tercukupi. Ia ingin merasakan bagaimana susahnya menjalani hidup seperti yang selama ini aku rasakan.

"Sekali-kali kamu harus kasih pelajaran buat orang yang
semena-mena sama kamu, Tan."
Dia menasehatiku.

"Hm.... Iya iya."

"Yaudah ayok kita cari baju buat kamu." Ajak Fika sambil menarik tanganku.

"Ehh gak usah, Fik. Kita pulang aja ya?"

"Enggak bisa Tania. Kamu harus cari baju. Biar aku yang belikan.
Itung-itung buat ucapin makasih karena udah nemenin aku nyari kado buat Andre." Paksa Fika.

Aku hanya pasrah. Fika memilihkanku pakaian yang cocok untukku. Dia memilihkanku dress selutut warna peach yang pas ditubuhku.

Setelah aku mengganti bajuku yang kotor dengan dress pilihan Fika, kita menuju ke tempat dimana tadi aku dan Fika memilih-milih jaket.

"Nah, yang mana cocok buat Andre, Tan?" Fika meminta pendapatku.

"Menurut aku yang ini aja deh, Fik."

"Okedeh." Fika pergi ke kasir untuk membayarnya.

Setelah selesai, aku dan Fika menuju mobilnya. Fika melajukan mobilnya yang kuketahui bukan arah menuju kost-ku. Aku yang heran pun menatap Fika meminta penjelasan.

"Tenang. Aku bukan mau culik kamu, kok."

"Terus kita mau kemana?"

"Kamu lupa? Ini jalan menuju rumah aku." Jawab Fika.

"Jadi kita mau kerumah kamu?"
Fika hanya memutar bola matanya mendengar pertanyaanku.

"Iya mbak Tania cantik."
Jawabnya kesal.

Aku hanya mengangguk mendengar jawabannya. Tetapi aku heran, untuk apa Fika mengajakku kerumahnya?
Saat aku akan membuka mulutku untuk bertanya, Fika sudah lebih dulu menjawabnya.

"Mama sama Papa nyuruh aku ngajak kamu kerumah buat
makan-makan. Hari ini kan anniversary mereka yang ke-25." Jelas Fika.

Aku hanya mengangguk lagi mendengar penjelasannya. Aku dan Fika hanya mengobrol ringan sepanjang perjalanan. Kita tertawa tidak jelas entah apa yang ditertawakan. Seperti itulah kita.

Mobil yang dikendarai Fika sampai di halaman rumahnya. Aku dan Fika keluar dari mobil lalu masuk kedalam rumah.

"Mama...Papa..."
Teriak Fika memanggil kedua orangtuanya.

"Duuuhhh... Ada apa teriak-teriak? Bukannya ucap salam dulu."

"Assalamualaikum, Ma." Aku mengucap salam kepada Tante
Maya.

Iya, aku sudah akrab dengan keluarga ini sampai-sampai aku memanggil kedua orangtua Fika juga dengan sebutan 'Mama Papa'. Tante Maya memelukku dan tersenyum. Dari belakang juga ada Om Ferdinand yang menghampiri kami.

"Waalaikumsallam, Sayang."
Ucap Tante Maya sambil mengurai pelukannya.

"Ada tamu penting rupanya."
Canda Om Ferdinand menyambutku.

"Yaudah ayo masuk."
Kata Fika yang tidak sabar dan sedikit kesal melihat acara
peluk-pelukan.

"Ayo kita masuk, Sayang. Udah lama kamu gak main kesini."
Ucap Tante Maya membawaku masuk kedalam.

"Iya, Ma. Tania memang agak sibuk belakangan ini. Cafe lagi rame."
Jawabku asal.

"Kalian dari mana aja kok baru pulang udah sore gini?"
Tanya Om Ferdinand.

"Adadeh, Papa mau tau aja."
Jawab Fika.

"Kalian istirahatlah. Biar Mama siapain dulu makanannya."
Perintah Tante Maya kepadaku dan Fika.

"Tania bantu ya, Ma."
Ucapku menawarkan bantuan.

"Enggak usah. Kamu istirahat aja sana di kamar sama Fika. Kamu pastinya capek, kan ?"

"Yaudah. Tania susul Fika ya, Ma."

Tante Maya hanya mengangguk. Aku menyusul Fika yang sudah lebih dulu sampai di kamarnya. Ternyata Fika sedang bertelponan dengan Andre.

"Oke... Sampai ketemu nanti malam, Sayang."
Ucap Fika menutup telponnya.

"Kenapa kamu, Fik?"
Tanyaku yang heran dengan tingkahnya.

"Andre ngajak ketemuan. Katanya dia mau ngasih surprise ke aku."

"Oya? Kebetulan dong, kamu juga mau ngasih dia kado."

Sambil menunggu dipanggil oleh Tante Maya, aku dan Fika menonton film. Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu.

Tok... Tok... Tok...

"Fika... Tania... ayok turun, Sayang. Makanannya udah siap."

"Iya, Ma."

Aku dan Fika turun menuju meja makan yang disana sudah ada 'Mama dan Papa'.

"Makan yang banyak ya. Ini hari spesial." Kata Tante Maya.

Suasana hening. Hanya ada suara dentingan piring dengan sendok. Aku tak tahan dengan situasi seperti ini, tapi tak tahu juga harus berbicara apa. Kutengok Fika yang biasanya cerewet hanya diam saja sambil senyam-senyum. Pasti dia tidak sabar ingin bertemu dengan Andre.

"Bagaimana pekerjaan kalian?" Akhirnya Om Ferdinand membuka suara.

"Alhamdulillah lancar, Pa." Jawabku.

"Iya. Akhir-akhir ini cafe rame banget." Celetuk Fika.

"Oiya, bos kalian yang mana sih Mama penasaran?"

"Itulo Pak Aldo, Ma."

"Ohh... Pak Aldo yang pengusaha sukses nan tampan itu yah?"

Aku dan Fika hanya tersenyum. Iya, diusianya yang masih terbilang muda, Pak Aldo sudah meraih kesuksesan. Aldo Satria Pratama. Siapa yang tidak mengenalnya.

"Menantu idaman ya Pak Aldo itu"
Ucap Tante Maya yang kemudian membuatku tersedak.

"Yampun pelan-pelan makannya, Tania."
Ucap Fika sambil menyodorkan minuman.

"Mama apa-apaan sih ngomongnya kok gitu. Maksudnya aku nikah sama Pak Aldo gitu?" Tanya Fika kesal.

"Mama cuma bercanda. Gak usah dipanjang-panjangin gitu dong bibirnya."
Ucap Tante Maya yang melihat bibir anaknya cemberut.

"Lagian nanti ada yang cemburu lagi." Ucap Fika.

"Siapa? Kan gak ada Andre disini, jadi gak mungkin dia cemburu. Kecuali kamu yang kasih tau."
Kata Om Ferdinand.

"Ini yang duduk sebelah Fika. Dia kan calon istrinya, pastinya cemburu."

Aku kaget dengan ucapan Fika barusan. Mama dan Papa menatapku meminta penjelasan. Aku memelototi Fika yang hanya tersenyum jahil.


.
.
.

Ready to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang