Chapter 11

1.2K 104 5
                                    


I'm Yours But Not Your Prioritast
Present,

.

Disini,
Terasa Kosong.

3 Bulan telah ia lewati. Hari-hari nya berjalan normal kembali. Setelah siuman dari koma yang begitu lama, Kini ia telah pulih sepenuhnya. Semuanya kini baik baik saja, kecuali rasa yang terus mengganjal dalam hati nya. Hampa.

Pagi ini seperti biasa, Ia kembali melayani pasien pasien yang terus berdatangan di klinik kecil nya. Sejak ia bangun dari masa kritisnya, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya di rumah sakit sebagai Dokter spesialis jantung dan memilih untuk membuka klinik umum di kota masa kecil nya. Konoha.

"Hinata-nee !" sahut Hanabi sembari menenteng sebuah kotak bekal berwarna hijau.

"Ada apa Hanabi-chan, aku sedang sibuk sekarang." ucapnya sembari menyiapkan resep obat untuk pasiennya .

"Kau ini, Seperti tidak ada waktu untuk berhenti bekerja walau semenit pun. Aku kesini mengantarkan kue mochi. Aku membuatnya sendiri. Kau yang memintaku untuk belajar memasak. Sekarang, nilai lah." Ucap Hanabi dengan wajah masam.

"Ah sou-ka? gomen ne Hanabi-chan. Sebentar." Ucap Hinata. Ia lalu segera keluar ruangannya dan memberi resep obat pada pasiennya dan kemudian ia kembali ke dalam ruangannya untuk menemui Hanabi .

"Sini Mochi nya." ucap Hinata sembari mengambil kotak bekal di tangan Hanabi. Ia pun membukanya dan melahap Mochi tersebut hingga habis.

"Aku sangat merindukan ayah. Dia sangat suka mochi. Apalagi Mochi yang nee-chan buat." Ucap Hanabi sendu.

"Ne, maafkan Nee-chan, Hanabi. Andai Ayah tidak mendonorkan jantungnya untuk Nee-chan. Pasti Ayah masih berada di sampingmu sekarang." ucap Hinata. Matanya berkaca-kaca. Hanabi terkesiap, dengan bodohnya ia mengingatkan Hinata mengenai mendiang ayah nya. Yang susah payah dilupakan oleh Hinata.

"Nee-chan, Jangan begitu. Ingat kata ayah, Nee-chan harus kuat demi Diri Nee-chan sendiri. Dan aku. Jangan sia-siakan pengorbanan ayah." Ucap Hanabi.

Hinata hanya tersenyum. Meyakinkan Hanabi bahwa ia baik baik saja.

.

.


Gelapnya malam yang bertaburan pernak pernik bintang menemani malam sepi-nya. Dari atas balkon rumahnya, Ia dapat dengan leluasa menatap keramaian kota Konoha di malam hari. Warna warni lampu menghiasi kota metropolitan ini. Hinata menghela nafas. Apa? Apa yang ia lupakan? Kenapa ia merasa seperti ada yang hilang. Ia kemudian menetap jari manis nya. Disana terdapat sebuah cincin yang tak ia ingat, apa ia yang membelinya atau diberi orang lain. Ntahlah.

Aku akan menunggumu, Hinata.

Hinata kumohon tunggu aku sekali lagi .


Suara itu terus terngiang di kepala nya. Semua orang ia ingat tapi sepertinya ada seseorang yang g ia lupakan. Apa ia tidak begitu penting dalam hidupnya, hingga ia melupakannya?

Lelah dengan pikirannya. Ia lalu memutuskan untuk beristirahat.




.





"Hinata, Hinata!" Ucap nya berkali-kali. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Dengan satu hentakan, ia kemudian terbangun dari tidur nya. Pria bersurai kuning itu lalu mengambil segelas air yang ada di nakas samping tempat tidurnya. Sudah seminggu lamanya ia memimpikan tentang Hime-nya itu. Bagaimana kabar Hinata sekarang? Apa ia sudah siuman dari koma nya? Ia tidak tau.

Disini, di tempat yang antah berantah, di antara gurun yang menjulang , Ia dengan setia melaksanakan tugas untuk negara nya sebagai seorang tentara. Setahun sudah ia tinggal disini, Melaksanakan Misi pengawasan dan pengawalan bersama 15 orang rekan kerja nya. Setahun pula ia memutuskan komunikasi, bukan karena apa. Jaringan disini sangat lah susah. Jikalau memang harus menghubungi sanak keluarga atau lain lain, Haruslah menggunakan telpon yang digunakan secara bergantian. Karena hanya telpon itu lah yang bisa digunakan untuk menghubungi dunia luar.

"Aku akan menunggu. Kau juga?" ucap Naruto sambil mengelus-elus foto Hinata-nya yang ia bawa kemana kemana. Jimat katanya.

"Naruto! Aku punya kabar baik!" ucap pria bersurai mangkok bernama Lee. Yang hanya dibalas dengan tatapan bertanya oleh Naruto.

"Besok... Kita.. sudah boleh pulang! Misi ini selesai. Penemuan dinyatakan berhasil, dan pengawalan dihentikan." ucap Lee dengan sumringah.

Mata Naruto melebar, Sungguh itu merupakan hal yang ia tunggu tunggu. Ia merindukan Hinata-nya. Sungguh ingin bertemu, tak peduli ia masih dalam kondisi koma atau apa, ia tetap ingin menemuinya dan akan.

"Arigatou, Kami-sama." ucap Naruto. Ia lalu menatap lekat foto Hinata-nya.

"Ne, Hime. Aku pulang. Dan aku tidak akan meninggalkanmu lagi. Hehe." Ucapnya dengan senyum lima jari andalannya.


.

.


.



To Be Continued.

Update 5 bulan? Wow! Parah.  Gomennasai, Minna. Sungguh disibukkan dengan my daily acitivity.

All About OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang