Felix menerjap-nerjap kan matanya, memandang sekelilingny yang terlihat mewah, kasur yang 4×lipat besarnya dari kasur yang ada dirumahnya, Felix berpikir sayang sekali memiliki kasur gede tapi hanya ditempati 1 orang, lebih baik kan berbagi-bagi.
Cklekkk......"Hey pagi" Sapa seorang pria tampan seraya tersenyum menunjukan gigi berpagarnya menambah kesan manis namun juga tampan.
Felix tersenyum kaku, mengaruk belakang kepalanya jika merasa gugup atau takut pada sesuatu, dan yang Felix saat ini rasakan adalah gugup, karna pria didepanya sangat tampan dan Felix kesal karna mengakui itu.
Felix mempoutkan bibirnya kesal karna pemikiranya sendiri sedangkan pria yang unsul punya unsul bernama Yang Jeongin tersebut hanya menaikan alisnya bingung melihat pemuda imut itu kesal.
Hey memangnya dia melakukan hal yang salah kah? Pikir Jeongin
Merasa diperhatikan oleh pria didepannya, Felix menundukan kepalanya malu, tanganya meremas bantal berwarna abu kehitaman itu, gemas ya Jeongin gemas sekali melihat tingkah Felix.
Terkekeh geli, tanganya mengusap rambut tipis felix, sedangkan felix hanya menatap Jeongin kagum. Kagum karna pemuda itu sangat tampan jika sedang tertawa.
"Emmm, bagaimana aku bisa disini eouhh?" Tanya Felix mengedip-gedipkan matanya, dengan kepala dimiringkan membuat Jeongin terpekik gemas dalam hati.
"Kau pingsan dan aku membawamu kesini" ucap Jeongin yang dihadiahi dengusan kecil oleh Felix, karna merasa kurang puas dengan penjelasan yang diberikan Jeongin.
Felix mengalihkan pandangannya keluar jendela, yang entah sejak kapan sudah terbuka lebar membiarkan cahaya malu-malu dari matahari itu masuk kekamarnya ah ralat kekamar pemuda Yang tersebut.
"Kau lapar? " tanya Jeongin, yang dibalas angukan tidak tau malunya milik Felix.
"Ya sangat-sangat lapar" balas Felix semangat manatap Jeongin memelas seperti anak kucing.
Jeongin terkekeh geli akh kenapa pria didepanya ini sangat mengemaskan, tangannya menarik tangan Felix yang lebih mungil dari tangannya, sedangkan Felix hanya diam saja menatap gengaman tangan Jeongin.
Untuk sesaat biarkan Felix melupakan masalahnya dengan Hyunjin, untuk sesaat biarkan Felix mengangap bahwa kejadian kemaren merupakan bunga tidur terburuknya, dan untuk saat ini biarkan Felix dengan pemikiranya yang nantinya akan menghempas kan dirinya lebih jauh lagi.
"Ingin ku masakan? " tanja Jeongin, felix manatap Jeongin lalu menganguk semangat, mendudukan dirinya dikursi yang telah disediakan disitu, sedangkan Jeongin sudah bersiap-siap ingin memasak.
Felix mengamati Jeongin yang terlihat serius dengan masakanya, membuat pemuda itu terlihat tampan berkali-kali lipat, merasa diamati oleh Felix, Jeongin tersenyum jahil lalu
"Jangan tatap aku seperti itu, nanti kau suka kepada ku" goda Jeongin, yang membuat Felix seketika memerah lalu membuang pandanganya dari wajah tampan milik Jeongin.
"Y-yak itu tidak mungkin hahaha" Felix tertawa garing.
Membuat Jeongin mengeleng, setelah dirasa masakanya cukup masak Jeongin langsung saja membawa nya kemeja makan untuk disantap oleh Felix.
"Makanlah"
"Eh" mata Felix menerjap-nerjap tak mengerti ketika satu piring nasi goreng sudah ada dihadapanya menatap Jeongin yang duduk didepanya.
"Kau tak makan? " tanya Felix, yang sibalas gelengan oleh pemuda Yang tersebut.
"Makanlah bersamaku"
"Tidak, aku ti--"
"Kalo begitu aku juga tak makan" Cemberut Felix menjauhkan nasi goreng dihadapanya, membuat Jeongin mau tak mau harus menuruti permintaan Felix tersebut.
"Baiklah" final nya lalu mereka pun makan dalam diam sesekali terjadi keributan kecil karna ulah jeongin yang masih saja senang mengoda Felix.
***********
Felix menatap keluar jendela mobil,menatap gedung-gedung besar yang mereka kewati.
Ya, setelah sarapan tadi selesai Felix meminta Jeongin mengantarnya pulang dan pemuda itu mau saja, dan Felix bersyukur.
"Lix" Jeongin memangil namanya, merasa dipanggil Felix memfokuskan pandanganya kearah Jeongin yang masih menatap jalanan dengan serius, tak ingin mengambil resiko jika lengah sedikit saja bommmm.
"Kita sampai" Akhhh, Felix terlalu sibuk dengan pemikiranya sampai-sampai dirinya tak tau bahwa mereka sudah ada didepan rumah sederhana ny.
"Terimakasih, mau mampir?" tanya Felix kepada Jeongin, yang dibalas gelengan oleh pemuda tersebut.
"Baiklah hati-hati dijalan" Felix keluar dari mobil Jeongin, lalu tersenyum dan melambaikan tanganya yang dibalas dari dalam oleh Jeongin.
Melunturkan senyumnya, Felix berjalan kerumahnya yang terlihat sepi sepertinya Ibunya tidak ada dirumah-pikir Felix.
"Aku pu--"
"ASTAGA FELIX" teriakan memekik itu berasal dari pria bertubuh montok atau sebut saja Han Jisung.
"Kau dari mana saja hah!" Jisung mendekati Felix, lalu memeluknya penuh rasa kawatir yang berlebihan.
Jisung kawatir, jika Felix akan melakukan hal-hal nekat karna setau Jisung, Felix amat sangat mencintai Hyunjin dan tiba-tiba saja dia dengar bahwa mereka putus dari kekasihnya Lee Minho tentu saja membuat Jisung rasanya ingin sekali menghajar wajah brengsek pria Hwang tersebut.
"Hiks... Jisung hik--hiks d-di sini sakit" Felix menumpahkan air matanya dipundak Jisung yang sudah dia tahan dari tadi.
Jisung memeluk Felix erat, mencoba menguatkan Felix, Jisung tau, sangat tau bahwa itu memang menyakitkan.
"Aku tau Felix" lirih Jisung merasa sakit juga karna sahabatnya kali ini benar-benar rapuh.
Dan ingatkan Jisung, jika dia bertemu Hyunjin maka dia berjanji akan mematahkan leher pemuda Hwang tersebut dan jika bisa dia ingin mengantungnya didepan kamarnya untuk dijadikan kenang-kenangan.
Aku tak tau jika mencintai sesakit ini.
Jika harus merasakan sakit ini, jujur aku lebih baik tak jatuh cinta padamu.
Namun semua telah terjadi, yang bisa ku lakukan hanyalah menyesal mrberikan hati ku kepada orang yang salah-Lee Felix
TBC.....
Akhirnya selesai juga😀
Gimana? Jelek😳 ya? Sorry banget kalo jelek😔😔
Aku kurang PD buat Up chap ini😭😭😭 aku takut nya kalian kurang suka, karna jujur aku bingung😭😭 harus gimana Sorry kalo jelek ya
Vote komen jangan lupa😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
BRENGSEK HWANG HYUNJIN [HYUNLIX]
FanfictionHYUNLIX SHIPPER!!! PROSES PERBAIKAN/ REVISI "Cinta juga lah yang mengajarkan ku, bahwa suatu yang indah tak akan selalu indah"-Lee Felix "Ketika penyesalan ku datang, berharap kau kembali namun kenyataan memporak-porak kenyataan,yang membuat ku meny...