1

2.5K 73 7
                                    

Abel meremas roknya dengan kuat. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa gelisahnya. Pasalnya, jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi, yang artinya ia sudah telat untuk pergi ke sekolah pagi ini. Seumur-umur cewek tersebut tidak pernah telat pergi ke sekolah. Justru ia datang lebih cepat dari teman-temannya yang lain.

Keringat meluncur di pelipisnya. Ia merapatkan giginya, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Abel mengambil handphone dari saku roknya lalu membuka notifikasi dari grupnya.

Hana : Bel, dmn?

Hana : Buruan, Pak Bayu udah masuk kelas.

Laila : 😱😱😱

Laila : Eh, cepettt. Bapaknya ngabsenin kita satu-satu.

Abel semakin panik membaca Line dari sahabat-sahabatnya. Pak Bayu itu tipe guru yang tidak segan-segan untuk mengosongkan absen muridnya, bahkan jika ia telat masuk semenit pun.

😭😭 : Abel

Gue telatt. Msh di angkot lagi, mana jalanan : Abel
Macet.

Laila : Haduhh. Lari aja, Bel!

Hana : Ya gila kali lu. Masa dia disuruh lari sejauh itu.

Laila : Kali aja udah deket gt. Marah-marah mulu dr tadi :((

Alhamdulillah, udah  lancar ini jalanannya. : Abel
Gue usahain cepet sampe deh.

"Pak cepet, Pak." Suruhnya kepada supir angkot sambil memasukkan handphonenya ke dalam saku rok abu-abu miliknya.

⚡️⚡️⚡️

Disisi lain, Arjuna sedang memakan roti isi blueberry miliknya sambil menyampirkan tas ransel berwarna hitam miliknya di bahu kanan.

Cowok tampan itu mengunci pintu rumahnya lalu berlari kecil mendekati motor besar berwarna hitam miliknya. Ia lalu pergi meninggalkan rumah besar yang sudah kosong tanpa seseorang pun di dalamnya.

Rumahnya memang kosong. Kedua orang tua Arjuna memang jarang pulang. Alasannya selalu sibuk mencari nafkah untuknya. Ia menjadi kurang perhatian dan kasih sayang. Bibi yang biasa bekerja di rumahnya sedang izin pulang kampung lantaran ada salah satu dari keluarganya yang meninggal. Jadilah Arjuna tinggal sendiri untuk sementara ini.

Ia menjadi lebih telat untuk masuk sekolah, Ia semakin sering menginap di rumah temannya, dan semakin sering mengundang temannya menginap di rumahnya.

Arjuna mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli dengan sumpah serapah orang-orang pengguna jalan lainnya yang merasa terganggu dengan cara berkendara Arjuna.

Ia hanya tersenyum mendengarkan sumpah serapah mereka. Setidaknya, dengan cara ini ia bisa merasakan perhatian meskipun bukan dari kedua orang tuanya.

-Arjuna-

Kalau ada saran kasih tau aja oke?

Makasih yang udah mau baca :)

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang