"Aku punya. Salah satu diantara
mereka keras kepala dan ingin menang sendiri, dan yang lain konyol juga pemalas. Yah mau gimana lagi itulah kedua temanku yang terkadang membuat aku geram atau malah tertawa terbahak-bahak. Terkadang juga sulit mencerna perkataannya atau malah sulit bicara olehnya, namun satu hal yang mereka tahu dariku bahwa aku adalah pendengar yang baik dan secara tidak langsung aku selalu mendapati diriku diposisi itu. Kami saling melindungi satu sama lain. Saling memberi solusi agar masalah terselesaikan yang tanpa disadari telah membentuk garis segitiga yang teramat tajam. Nah sekarang kamu mengerti kan mengapa kami sering disebut segitiga merang"."Sekarang aku mengerti" katanya sembari menganggukkan kepalanya
"Angga! Angga! Hey bangun Angga!" samar samar terdengar
"Apa kamu dengar?"
"Dengar apa?"
"Suara tadi!"
"Angga! Angga! Hey bangun Angga!" Suara itu terdengar lagi. Kali ini lebih
Jelas dari yang sebelumnya"Suara itu. Apa kau dengar?" Kataku menunjukkan kepanikkan
"Suara yang apa Angga. Aku tidak mendengar suara apapun?" Dia memancarkan mimik kebingungan
"Angga! Angga! Hey bangun Angga!"
"Heh.., jangan ganggu aku! Jam pelajaran sedang kosong. Biarkan aku tidur sebentar" spontan keluar dari mulutku
"Hey.. saya ini gurumu! Cepat bangun!"
"Ehhh...iya Bu maaf!" Sontak aku langsung berdiri mendengar teriakan Bu Khodijah yang terkenal dengan sebutan MISS SERIBU OKTAF itu
"Ayo keluar! Cuci mukamu dulu! Saya tidak mau satu murid pun menghalangi proses mengajar saya! Bukan untuk dia saja ini berlaku untuk semua! Kalian mengerti!" Katanya setengah berteriak
"Mengerti Bu" jawab para murid dengan notasi ketakutan dan bahkan sebagian menundukkan kepala mereka karena ketakutan
Aku berlari sejenak sambil memperkirakan jarak yang aman lalu berjalan seperti biasa "Oahhh! Aku mengantuk sekali setelah semalaman bercerita hantu kemarin. Sial! Padahal tadi aku sedang berbincang dengannya walaupun itu hanya mimpi. Hehh..! Aku sangat merindukan dia."
Ku putar keran di depanku. Menadahkan kedua tangan lalu membasuhkannya kemuka. Dengan sekejab kantukku langsung hilang berganti dengan getaran tubuhku karena kedinginan. Cuaca mendung pagi itu.Namaku Hasan Dwi Anggara. Orang orang sering memanggilku Angga. Hobiku menulis,karena ya aku lebih memilih mengutarakan perasaanku lewat tulisan. Saat menulis rasanya stessku meringan. Cita citaku ingin menjadi seorang penulis novel. Saat ini aku baru saja lulus SMP, masih dimasa merindukan teman sekolah, Yah walaupun aku tau beberapa diantara mereka jelas tidak merasakan hal yang sama. Bagaimana tidak, aku terkenal aneh dikalangan teman temanku. Terkadang aku menjadi orang yang dingin. Terkadang aku menjadi orang yang periang. Terkadang pemarah atau malah menjadi orang yang menyebalkan. Tapi kali ini situasinya berbeda, aku tidak akan menulis seberapa anehnya aku atau hal-hal yang pernah membuatku merasakan depresi dimasa masa bersekolah. Ini kisah dimana aku bisa melupakan sejenak masalah yang aku alami karena adanya segitiga pelindungku, teman-teman berhargaku. Hingga saat waktunya tiba, kami akan berpencar melewati jalan yang berbeda yang membuat kami saling merindu.
Aku tidak akan memaksa kalian membacanya karena memangnya siapa kami? mungkin karena kisah kami yang tidak menarik bagi sebagian orang. Namun untuk kalian yang pernah merasakan hangatnya persahabatan pasti sudah tahu. Seberapa berharganya sahabatmu? Seberapa bahagianya kamu dan dia? Aku yakin kalian pernah merasakan persahabatan sejati. Ku sarankan jangan pernah kalian tinggalkan mereka. jika memungkinkan buatlah garis pelindung. Seperti garis yang telah kami buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga MERANG
Teen FictionJangan heran jika kalian mendapati kami bertiga di malam hari. Kami sedang membentuk segitiga MERANG disetiap sudut yang memiliki namanya masing masing Megan, Rama, dan Angga. Ini adalah kisah kami beberapa tahun yang lalu disaat hangatnya persahaba...