“Biarkan aku pergi! Jangan mengekangku. Kamu tidak perlu tau aku membeli handphone ini dimana?” sungguh sangat kelewatan. Dia baru saja mengenal mereka sedangkan aku sudah bertahun tahun bersama dia malah dia bentak hanya karena aku sibuk mencari apa handphone itu asli? Sibuk mencari semua kekurangan barang yang ia beli ini! Aku hanya ingin ia senang, aku tidak ingin ia kecewa hanya karena barang yang ia beli dari mereka maksudku sekumpulan orang yang ia sebut keluarga keduanya tidak membuat ia puas dengan mengeluarkan uang yang tidak sedikit.“hey sobat. Aku hanya tidak ingin kamu kecewa karena handphone ini! Tidak perlu menghujatku. Aku hanya curiga mereka menipumu seperti yang mereka lakukan padamu! Tidak lagi” kataku padanya
“mereka tidak menipuku. Jangan menjelekkan mereka didepanku!” dia membalikkan badannya lalu pergi begitu saja,meninggalkan aku.
Mungkin tindakkanku tadi berlebihan. Heh aku sangat menyesal kala itu. Keesokkannya aku duduk didepan pintu memastikan dia datang menjemputku lagi. Kami akan kerumah Megan,kasihan dia mungkin ia juga menunggu kami datang. Aku merasa bersalah karena telah mengungkit mereka apalagi mengatai mereka penipu. Aku ingat saat Rama datang padaku dia bilang aku tidak bisa pergi begitu saja meninggalkan mereka. dia bilang mereka sangat membutuhkanku. Ya memang mereka membutuhkanmu,Ram. Tidakkah kau lihat cara mereka saat kita datang kerumah meraka beberapa minggu yang lalu dengan menggandeng sekantong makanan ringan,kamu bilang akan makan bersama tapi saat sampai disana kita hanya duduk dipojokkan melihat mereka menyantap makanan ringan itu. hah tidakkah itu yang namanya memanfaatkan orang lain? Atau itu yang namanya kasih sayang seperti yang kamu bilang pada aku dan Megan bahwa mereka menyayangimu?. Gila kau.
Yah walaupun begitu kami akan tetap bersamamu. Kami tetap temanmu. Segitiga MERANG tidak akan lengkap tanpamu. Setidaknya kita saling mengisi satu sama lain. Rama yang keras kepala,Megan dengan kekonyolannya,dan aku yang selalu memerdulikan kalian berdua.
Beberapa minggu kemudian. Rama tidak kunjung datang,padalah aku sudah memersiapkan permintaan maafku untuk dia tapi nihil tidak ada tanda yang menunjukkan batang hidungnya. Aku sempat kerumah Megan kemarin. Dia menyambutku dengan ramah “dimana Rama?”
“heh.. kami bertengkar beberapa minggu yang lalu”“bertengkar? Mengapa? Dimana?” katanya panik
“karena aku banyak menanyai tentang mereka”
“mereka siapa?”
“Keluarganya yang satunya lagi”
“hemm.. kamu tahukan dia sangat sensitif tentang mereka. dia juga yang terlalu memuja mereka. apa dia tidak sadar telah dipermainkan? Sangat bodoh”
“Rama pernah kesini?”
“pernah. Beberapa hari yang lalu dia kesini. Dia memang tidak bilang kalau kalian bertengkar. Tapi dia terlihat sangat rindu ketika aku menanyakan tentangmu kemarin.”
“aku mengatai mereka penipu”
“hah? Apa aku tidak salah dengar. kamu sangat menghormati meraka bukan? Tidak seperti aku dan Lili yang jelas jelas menyindir mereka didepannya”
“sudahlah Angga jangan dipikirkan. Lebih baik kamu melihatku. Aku kan sangat cantik. Manis dan menggemaskan.” Dia memperlihatkan senyum lebar paksaan khasnya. Tidak bisa ku pungkiri jika dia memang sangat konyol. Megan yang selalu membuatku senang. Yang selalu membuatku tenang jika aku punya masalah. Mungkin kalian berpikir aku hanya mengadu padanya. Ya mungkin itu benar! Karena tidak ada siapapun yang bisa kujadikan tempat mengutarakan hatiku kecuali dia dan Ibuku.
Dia dan Lili memang sangat berarti dalam hidupku. Mereka dengan polosnya membuatku tertawa. Dengan lancarnya membuatku menikmati setiap cerita mereka yang terkadang membuatku ragu apa itu cerita nyata atau hanya karangan mereka.
“masih muram rupanya? Apa mau kuputarkan lagu?” kata Megan sambil mencari cari lagu di handphone-nyaDora the explorer…
Dora Dora hey… Dora pipppp pip Dora….
Dora the explorer…Dora“Hey…hhahahaha… dasar Dora” kataku terbahak bahak
“jangan salah ini ringtone handphone-ku” katanya dengan bangga. Sungguh aku tidak bisa menahan tawaku saat itu. jika kalian jadi aku. Aku yakin kalian akan tertawa atau setidaknya senyum senyum tak karuan. Heh itulah Megan. Selalu saja bisa membuatku tertawa.
Beberapa hari setelah berkunjung kerumah Megan. Rama datang kerumahku,memang dia tidak langsung masuk seperti hal yang biasa ia lakukan. Dia datang bersama seorang anak kecil yang aku kenal, Ismi. Ismi bilang kalau Rama menunggu didepan. Reaksiku saat itu biasa saja,entah mengapa? Mungkin karena rasa bersalahku sudah hilang setelah kejadian dirumah Megan kemarin. Aku berjalan kedepan rumah menghampiri Rama. Hening, itu yang terdengar saat kami berpapasan. Kami seperti kehilangan kata kata. Lalu…
“hai kamu kenal sama Rama? Tolong sampaikan salamku. Aku kira dia sudah meninggal karena tidak ada kabar. Kupikir dia akan menghilang. Mungkin sudah bosan berteman dengan… ““tidak aku tidak bosan.” katanya tiba tiba memotong perkataanku. Aku lalu tersenyum dan duduk didekatnya.
“Ram… kamu tau tidak Pulau Solomon?”
“tidak. Memangnya kenapa?”
“saat orang orang yang hendak bermukim disana. Mereka tidak memotong pohon pohon disana untuk membangun sebuah pemukiman. Mereka meneriaki dan mengutuk semua pohon. Dan beberapa hari kemudian pohon itu mati dengan sendirinya.”
“Mmmm.. aku tidak ingin kita saling bertengkar seperti ini. Aku tidak ingin kita saling meneriaki atau mengutuk satu sama lain. Aku tidak ingin salah satu dari kita mat..”
“tidak! Itu tidak akan terjadi! Kejadian kemarin? Aku minta maaf. Itu semua salahku. Seharusnya aku tidak meneriakimu.”
“tidak apa apa. Setidaknya segitiga MERANG tidak jadi hilang” kataku sambil mengusapkan tanganku dipunggungnya.
“Ohh.. Angga bagaimana jika kita kerumah Megan besok? Aku rindu Pohon Sejati!” katanya penuh ambisi
“Pohon Sejati rupanya. sudah lama ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga MERANG
Teen FictionJangan heran jika kalian mendapati kami bertiga di malam hari. Kami sedang membentuk segitiga MERANG disetiap sudut yang memiliki namanya masing masing Megan, Rama, dan Angga. Ini adalah kisah kami beberapa tahun yang lalu disaat hangatnya persahaba...