✈
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.20 WIB, namun hingga selarut ini belum terlihat sama sekali batang hidung mereka berdua. Ya, Ken dan Dara belum kembali dari Achernar.
Sejak dua puluh menit yang lalu Kei terus mondar mandir di depan ruang HCU yang ditempati Saras. Ia gelisah karena seharusnya adiknya sudah kembali dan mendarat. Namun hingga kini Kei masih menunggu kabar dari pihak ATC dan juga Rani yang masih stand by hingga selarut ini di kantor menunggu kedatangan Dara dengan Ken. Rani ditugaskan Kei agar menahan Dara terlebih dulu untuk datang setelah Ken, karena Kenant ingin agar Arumi tidak mengetahui apa yang telah dilakukan putri mereka satu-satunya itu.
"Kei," sapa Arumi saat kembali lagi untuk mengecek kondisi Saras.
"Uh? Dok," Kei sedikit terkejut.
"Kamu jangan terlalu khawatir, Mamah kamu orang yang kuat." Arumi menenangkan, mengira jika satu-satunya yang Kei pikirkan adalah keselamatan Mamahnya.
"Makasih banyak, Dok."
Arumi tersenyum kemudian masuk ke dalam ruangan, ia terlihat sangat tenang seperti biasanya karena tak mengetahui secara pasti bahwa Dara sedang dalam bahaya. Yang Arumi ketahui, Dara hanya sedang ada tugas luar sehingga tak dapat pulang.
Tak berselang lama ponsel Kei bergetar dan menampilkan nama Rani, dengan cepat Kei mengangkatnya.
"Bu, mereka sudah sampai." Rani sedikit berteriak dari sebrang telepon.
"Cepat bawa mereka ke sini, tapi ingat seperti kata saya tadi. Jangan bersamaan." Peringat Kei sebelum menutup telepon.
Sementara itu...
Ken dan Dara baru saja turun dari pesawat. Ken terus berada di sisi Dara meskipun rasa canggung karena pelukan sebelumnya masih belum hilang, khawatir dengan kondisi Dara yang semakin lemah setelah delapan jam nonstop menerbangkan pesawat. Tak lupa Ken membawa kotak organnya yang dalam waktu satu setengah jam harus sudah dicangkokkan ke dalam tubuh Saras.
"Alhamdulillah, kalian akhirnya sampe. Kalian baik-baik aja, kan?" Tanya Rani.
"Cuma luka kecil." Dara tersenyum tipis.
"Kak Kei di mana?" Ken mencari keberadaan Kei.
"Bu Kei di rumah sakit, kondisi bu Saras makin nggak stabil. Tapi nggak usah khawatir sekarang bu Saras bisa langsung jalani operasi, kan."
"Kalo gitu ayo pergi!" Dara bersemangat.
"Tapi Mbak, Pak Kenant meminta supaya Mas Ken dan Mbak Dara tidak datang bersamaan ke rumah sakit."
Ken menautkan alisnya.
"Dokter Arumi belum tau Mbak Dara pergi ke Achernar dengan mas Ken," imbuh Rani.
Dara mengerti maksud perkataan Rani. Ia pun mempersilakan Ken dan Rani untuk pergi terlebih dulu. Namun tentu tak semudah itu karena Ken sudah jelas menolaknya. Ken justru meminta Dara dan Rani yang pergi terlebih dulu ke rumah sakit untuk mengobati luka di lengan Dara. Biar Ken yang nanti menyusul.
"Aku bisa ke klinik temen aku, Ken. Kamu cepet pergi ke sana. Waktu cangkok tinggal satu setengah jam lagi. Apa kamu mau usaha kita sia-sia gitu aja?"
Ucapan Dara lagi-lagi membuat Ken telak. Ken tak dapat menolaknya.
"Oke, biar aku sendiri ke rumah sakit. Rani anter Dara," titah Ken yang langsung diangguki Rani.
Ken segera berlari menuju ke mobil. Begitu juga dengan Dara dan Rani. Mereka langsung bergegas pergi ke klinik yang dimaksud Dara.
🛫🛫🛫
KAMU SEDANG MEMBACA
Birunya Angkasa [Wanna Fly?]
ChickLit[TAMAT] ✈ Perempuan penyuka warna biru, pecinta langit, pecandu udara, dan tergila-gila pada pesawat. Siapa lagi kalau bukan Megandara Vlaretta. Dara lahir di Bandung, 14 Juni 1990. Memiliki tinggi badan yang dua senti lagi mencapai 160, anak sosial...