49

2.6K 210 7
                                    


Sesampainya Arumi dan Kenant di rumah, mereka berdua langsung menuju ke kamar Dara. Namun sayang mereka tak dapat menemukan anak sulungnya itu dan kembali turun ke lantai satu untuk mencari Ani.

"Mbak, Dara kemana?" Arumi langsung bertanya.

"Tadi bilangnya ke kantor bu."

"Saya 'kan udah bilang tahan dia jangan sampe keluar rumah dulu."

Arumi tak dapat menutupi rasa kesalnya. Anak gadisnya itu memang tak pernah bisa mengerti maksud orang tuanya hanya dengan sekali dijelaskan. Saat akan boarding di bandara, Arumi sudah mewanti-wanti agar Dara tetap diam di rumah terlebih dulu untuk saat ini, karena masalah yang semakin runyam. Bahkan mungkin jika terus seperti ini dapat membuat Dara jauh lebih sakit hati. Dan Arumi tak akan membiarkan hal itu terjadi pada putrinya.

"Kalo Viktor?" Kini Kenant yang bertanya.

"Sepertinya masih di kamar." Tutur Ani.

Arumi dan Kenant tak habis pikir, anaknya akan terlibat skandal dengan lelaki yang sudah bertunangan. Parahnya, berita itu bukan hanya menggegerkan anggota keluarga saja, melainkan hampir seluruh masyarakat Indonesia yang rajin membaca berita. Begitu mengetahui gosip tersebut tersebar, Arumi dan Kenant langsung terbang dari Inggris. Mereka tak ingin anaknya jadi bahan obrolan sekelompok orang dan dijadikan kambing hitam atas batalnya pertunangan Ken dan Nayla.

Setelah mempertimbangkan dengan matang, Arumi akhirnya memutuskan.

"Pah, kita kasih berita yang mereka inginkan." Ujar Arumi lalu mengambil ponselnya dan mencari kontak seorang reporter.

✈️✈️✈️

Hampir setiap orang yang dijumpai Dara saat memasuki kantor menatapnya dengan tatapan, jijik mungkin? Jujur saja, sebenarnya Dara cukup terganggu dengan tatapan-tatapan itu. Rasanya dua kali lebih menyesakkan dibanding saat ia digosipkan di AeroWings soal kemampuannya sebagai pilot. Dia bisa saja acuh dengan semua tatapan itu. Namun kondisi saat ini, tak ada Ken disisinya. Ia juga tak dapat mengadu pada orang tuanya yang sejak awal tak pernah memberi semu pada hubungan mereka. Situasi juga tambah memburuk saat Saras juga ikut turun tangan.

"Ada tamu capt." Seseorang dari bagian informasi menunjuk seorang wanita yang sedang duduk di ruang tunggu.

Tanpa Dara mendekat, ia dapat dengan mudah menebak postur dan cara duduknya. Wanita itu, pasti Nayla.

Mau apa dia kesini? Apa dia bakal jambak rambut gue? Batin Dara tertawa miris karena seketika pikirannya melayang pada adegan ala-ala sinetron.

Nayla menatap Dara dengan penuh amarah dari tempatnya duduk. Begitupun Dara yang bersikap dingin hingga cukup mengintimidasi Nayla.

"To the point saja." Dara memulai percakapan.

"Tinggalkan kak Ken."

"Untuk siapa?" Dara melipat tangannya. "Apa demi pertunangan kamu yang batal?" Nada bicara Dara sedikit mencibir.

Katakan sajalah Dara tidak berperasaan, nyatanya label perusak hubungan orang sudah dicapkan padanya oleh masyarakat. Akan berbeda pula kasusnya jika Nayla datang baik-baik padanya sejak awal. Hasilnya juga akan berbeda jika Ken tidak bertemu dengannya jauh sebelum pertunangan itu dilakukan.

"Bukan. Tapi buat kamu sendiri."

Percakapan antara dua wanita ini memang lebih pantas menanggalkan honorifik, mengingat apa yang sedang mereka bicarakan.

"Apa nggak cukup kamu memanfaatkan kak Ken? Atau kamu belum tau sebenarnya berkat kak Ken kamu bisa jadi seperti sekarang?" Nayla menatap Dara tanpa keraguan.

Birunya Angkasa [Wanna Fly?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang