Part 1 - Dompet

13K 533 10
                                    


Mengamati gedung perkantoran yang ada di depannya saat ini. Melihat lagi kartu nama yang sedang dia pegang. Tidak salah lagi, memang benar ini alamat yang gadis itu tuju. Sesuai dengan yang tertulis pada kartu nama yang ada di tangan.


Gegas menuju pos security dan meminta izin untuk masuk menemui resepsionis. Security yang ber-name tag Suprapto mempersilahkan gadis itu untuk masuk lobi.

"Selamat sore." Dengan ramah gadis cantik itu menyapa seorang wanita muda yang duduk di belakang meja resepsionis.

"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu, Dek?" tanya wanita itu dengan ramah.

"Apakah benar ini kantor Bapak Angkasa Dirgantara, Mbak?"

"Iya, benar dek." Mbak Resepsionis menatap gadis belia itu dari atas kebawah mungkin lebih tepatnya sedang meneliti penampilannya. Gadis itu memang masih menggunakan seragam sekolah saat memutuskan untuk pergi ke kantor ini. Selalu mengingat nasihat Bunda, jangan menunda berbuat kebaikan. Jadi dia tidak langsung pulang sehabis dari gerai donat tadi.

"Mbak, saya boleh nitip sesuatu nggak? Tolong sampaikan ini kepada Bapak Angkasa Dirgantara." Menyerahkan dompet yang tadi siang tak sengaja ia temukan di meja salah satu gerai donat langganan.

"Terima kasih ya, Mbak." Setelahnya ia pun pamit kepada Mbak Resepsionis.

"Tunggu dek. Kalau boleh tau namamu siapa?"

Melemparkan senyuman sembari berbalik. "Camila, Mbak." Lalu, dia melanjutkan langkah untuk meninggalkan kantor ini.

Saat tiba di pintu keluar lobby, tak sengaja gadis itu berpapasan dengan seorang lelaki yang mungkin seusia dengan kakak lelakinya. Dengan setelan jas formal dan sepatu pantofel mengkilap, pria itu berjalan diikuti oleh asistennya. Sempat menoleh sekilas sebelum akhirnya lelaki tadi menuju meja front office. Mungkin orang itu heran melihat anak SMA ada di dalam gedung kantor ini.

*

Sosok lelaki tampan yang tidak lain adalah CEO perusahaan penerbitan terbesar di Surabaya sedang berdiri menjulang menatap karyawannya.

"Siapa gadis tadi?" pertanyaan itu ia tujukan pada karyawannya.

"Yang mana ya Pak?"

"Anak SMA yang barusan keluar." Tentu saja seragam putih abu gadis itu menarik perhatiannya. Baru kali ini dia mendapati keberadaan seorang gadis di sini. Ia pikir adalah anak salah satu karyawannya.

"Owh itu. Ini Pak. Gadis tadi menitipkan ini untuk Bapak." Reseptionis yang bernama Mala menyerahkan sebuah dompet kepada  atasannya.

Dirga menerima dompet itu sambil berpikir kenapa bisa dompetnya berpindah tangan. Dia meraba saku celananya dan benar saja dompet yang biasanya bertengger manis di sana sudah tidak ada.

Sedikit berpikir kapan terakhir dia mengeluarkan dompet itu. Dan ingatannya melayang pada kejadian tadi siang saat dirinya pergi ke gerai donat. Mamanya meminta untuk membelikan donat di toko langganannya.

"Apa mungkin dompetku jatuh di gerai donat tadi," gumamnya.

Dirga berlalu meninggalkan meja reseptionis dengan membawa serta dompetnya.

*

Keesokan harinya.

Untuk kesekian kali Dirga harus berperan sebagai orang tua Danuarta. Anak tunggal dari kakak lelakinya, Bumi Perkasa. Usia Danu hanya selisih sepuluh tahun dengan Dirga. Itulah yang membuat Danu begitu dekat dengan uncle nya itu.

Seperti sekarang ini saat Danu harus berurusan dengan pihak sekolah karena kenakalan remajanya, dia lebih memilih menghubungi uncle nya itu ketimbang orangtua nya sendiri untuk menemui guru BK di sekolahnya.

UNCLE DIRGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang