2

13.8K 782 8
                                    


#2

'Aku hanyalah sebagian kecil dari masa lalumu, yang mungkin tak perlu diingat'

sellaselly12

🍎


Sasi menatap nanar gerbang yang bertuliskan SMA KEBANGSAAN, gerbang setinggi entah berapa meter itu sudah tertutup rapat, dengan artian Sasi terlambat, dan ini semua salah kakaknya.

"Elo sih kak, gue terlambat kan jadinya" onel Sasi memanyunkan bibirnya sebal.

"Enak aja salah gue, ini tuh derita elo. Hahahaha" ejek Rian puas.

"Taik lo" umpat Sasi menghentakkan kakinya sebal.

"Lo gak pake dasi?" Tanya Rian.

"Allahuakbar, gue lupa" Jarit Sasi menepuk jidatnya.

"Karma tuh, karena elo udah nendang bokong gue" kata Rian sangat-sangat puas.

"Kak, anterin gue ke aula kek, tuh upacaranya udah selesai" pinta Sasi memelas.

"Ogah gue, sono turun gue mau pulang, gue ngantuk mau tidur. Hus cepet, hus hus" usir Rian kepada Sasi.

"Jahat lo, gue do'a in elo ileren" sebal Sasi lalu keluar dari mobil dan menutup pintunya dengan membanting keras.

Rian langsung pulang tak mengantarkan adiknya yang durhaka itu kekelasnya.

****

Sasi berjalan mindik-mindik lewat belakang OSIS yang tengah berjaga, berharap agar mereka tak melihatnya.

Sasi panik karena ini sudah jam setengah delapan dan upacara juga sudah selesai sedari tadi tapi ia baru sampai disekolah, ditambah lagi ia tak mengenakan dasi SMP-nya.

Dengan langkah yang berhati-hati namun pasti Sasi clinagk-clinguk kesana-kemari mengamati sekitar seperti orang yang mau maling, dan...

"Hey, kamu" jerit salah satu OSIS yang tak jauh dari Sasi.

"Mampus gue" umpat Sasi dalam hati.

"Dipanggil bukannya kesini malah bengong, cepetan" bentak OSIS tersebut.

"Saya kak?" Tanya Sasi menunjuk kan jarinya kearah dirinya sendiri.

"Iya lah, cepet" bentaknya lagi, dia berparas cantik dengan almamater yang pas di badannya di bagian dadanya tertulis namanya -Kintan-.

"I-iya kak" mau tak mau, Sasi menghampiri kintan.

"Siapa yang suruh kamu masuk? Hah" bentak Kintan.

"Inisiatif kak" jawab polos Sasi.

"Berani jawab ya kamu?" Tanya Kintan melipat kedua tangannya didadanya.

"Ya kan kakak tanya, ya saya jawab lah" cari mati namanya, Sasi tak tahu kalau dia salah.

"Mana dasi kamu" tanya Kintan membentak.

"Dasi gue ketinggalan dibandung" Jawab Sasi lagi.

"Gue? Cih gak ada sopan-sopannya ya kamu" bentak Kintan.

Kini Sasi menjadi tontonan para ospek lainnya, dan ini membuat Sasi sedikit takut.

"Sopan? Buat apa kalo lawan bicara kita gak sopan" celetuk Sasi, membuat Kintan semakin geram.

"Pompa bumi lima puluh kali" perintah Kintan.

"Gak bagus buat perempuan" suara bariton terdengar dari arah belakang Sasi, namun Sasi tak berani menengok.

"Lima kali keliling lapangan" ketus Kintan.

"Kalo bareng kakak gimana?" Tantang Sasi dan disambut tepuk tangan semua OSIS yang tengah menontonnya.

Sasi bingung kenapa bertepuk tangan? Emangnya dia sedang pentas dan harus diberi apresiasi?.

🍎🍎🍎

See you next part

SasIvan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang