Part 12

176 28 2
                                    

Kyuhyun's POV

Detik saat aku mendengar mobil Shin Hye pergi, saat itu pula kulempar ponsel di tanganku menghantam dinding. Benda itu terjatuh di lantai. Aku tahu bagaimana rasanya. Pecah, rusak, hancur.

Brengsek!!

Aku tahu dia mencintaiku juga, meskipun dia tidak pernah mengutarakannya. Dan aku sialan sangat yakin dia hanya menginginkanku, bukannya sepupuku yang kaya dan sempurna itu.

Tidak pernah sekalipun dalam hidupku aku membenci Lee Donghae, tapi sekarang ini, aku sungguh sangat membencinya. Aku membencinya dirinya karena telah merebut Shin Hye dariku. Aku membencinya karena mengontrol hidup Shin Hye. Dan aku membencinya karena memiliki cinta gadis itu.

Aku meraung penuh amarah. Dadaku panas ingin meledak. Aku tidak mungkin bisa berada di sini. Bagaimana mungkin aku melihat mereka berdua bersama? Bagaimana mungkin aku bisa tahan melihat Donghae menyentuh Shin Hye? Memegang tangannya? Oh Tuhan, mencium bibirnya? Apakah Shin Hye sama sekali tidak peduli bahwa dia sudah menghancurkanku?

Apakah semua ini hanyalah sekedar permainan kecil baginya? Menghabiskan waktu dengan seorang bad boy selagi pangerannya tidak ada?

Sialan, Shin Hye!!

Tiba-tiba ponsel rusak itu berbunyi. Rasa panik itu mungkin Shin Hye yang meneleponku lagi, mungkin dia berubah pikiran membuatku berlari meraih benda itu. Layarnya pecah, hitam. Kutekan tombol jawab beberapa kali sampai akhirnya berfungsi kembali.

"Halo?"

"Tebak siapa yang sebentar lagi akan pulang dan siap menendang bokong malasmu itu dari tempat tidur hei, Cho Kyuhyun"

Suara Donghae terdengar ceria di seberang sana. Dan aku berusaha melawan kuat insting liarku untuk melempar ponsel itu sekali lagi di dinding.

Apa yang harus kukatakan padanya? Bagaimana aku bisa bereaksi bahwa aku senang dia pulang?

"Hei Kyu? Kau masih di sana?,

"Ya, aku di sini."

"Hei ada apa dengan semua orang? Apakah tidak ada seorangpun yang bahagia mendengar aku pulang lebih cepat?"

"Aku yakin pac... ehm... Shin Hye bahagia kau pulang," balasku. Aku menduga apa dia memperhatikan bahwa aku tidak lagi menyebut Shin Hye sebagai pacarnya. Aku tidak mampu menerima hal itu lagi.

Tidak akan pernah.

Donghae menarik nafas frustasi.

"Tidak juga, Shin Hye benar-benar teralihkan. Aku baru mendengar kabar kepergian nenek Park kemarin, dan aku langsung turun dari tempat pendakian dan segera mengejar penerbangan tercepat yang bisa kudapat. Sial, aku benar-benar menyesal tidak ada di sisinya saat hal itu terjadi. Aku tahu dia pasti sangat sedih dan berharap dia akan senang aku pulang cepat terdengar egois. Apakah kau sudah melihat keadaannya? Apakah dia baik-baik saja?"

Aku harus berhati-hati. Shin Hye telah membuat keputusannya sendiri. Bukan maksudnya aku tidak bisa mengubah pemikirannya, tetapi aku tetap harus berhati-hati.

Aku harus melindunginya.

"Dia sedang sedih. Sebenarnya selama ini kami sering bersama. Dia pernah membantuku dan Seojin, mengantar kami pulang saat kami mabuk berat. Aku juga sudah pergi memberi penghormatan terakhir pada nenek Park semalam"

Donghae terdiam sejenak, kemudian dia menarik nafas panjang.

"Terimakasih Kyu. Aku menghargainya. Hal itu sangat berarti bagi Shin Hye di saat-saat seperti ini"

The Heart ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang