Part 11

250 23 1
                                    

Shin Hye's POV

Kutatap layar laptopku dalam waktu yang lama, mencoba mencermati setiap kata dalam email Donghae yang barusan kubaca. Aku tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Kepada siapa aku harus bercerita dan kemana aku harus pergi.

Dengan perlahan kututup laptop itu sembari menatap jam weker di atas meja belajarku

Pagi ini aku terbangun dengan pemikiran apa yang harus kujelaskan pada kedua orang tuaku tentang kepergianku bersama Kyuhyun dari gereja semalam. Hal itu sudah cukup membuatku ketakutan namun ternyata menerima kabar kepulangan Donghae bahkan terasa lebih buruk lagi.

Ponselku tiba-tiba berdering.
Donghae oppa is calling
Aku tertegun sejenak menatap nama itu sebelum akhirnya jemariku menyentuh layar jawab.

"Halo?"

"Terimakasih Tuhan, sayang kau tidak tahu bagaimana leganya perasaanku saat mendengar suaramu. Apakah kau sudah menerima emailku? Aku sudah tiba di bandara sekarang. Kurang lebih dua jam lagi aku akan tiba di sana. Aku benar-benar sangat merindukanmu"

Rasa bersalah, panik, frustasi dan marah bercampur aduk dalam dadaku. Aku menggenggam ponselku kuat-kuat sembari menarik nafas panjang.

"Um, hey oppa, yeah aku baru saja membaca emailmu. Aku tidak percaya kau akhirnya pulang lebih awal dari waktunya"

Kurangnya rasa antusias terdengar jelas dari suaraku. Lama Donghae terdiam. Aku tahu dia pasti sedang memikirkan sesuatu sekarang.

"Tentu saja aku harus pulang Shin Hye-ya. Aku harus ada di sana menemanimu. Apakah kau baru bangun? Kau terdengar seperti kurang senang mendengar kepulanganku."

Bagus sekali Park Shin Hye. Kau sudah membuatnya curiga bahkan sebelum dia tiba di sini. Aku harus segera memperbaikinya. Aku tidak mungkin berada di antara Donghae dan Kyuhyun. Mereka sudah seperti saudara kandung. Aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku jika aku menyebabkan keretakan di antara mereka.

Aigoo

Hal yang mengejutkanku adalah aku malah lebih peduli akan hubungan Donghae dengan Kyuhyun daripada hubunganku sendiri dengan Donghae.

"Mianhae oppa, tentu saja aku senang. Aku baru saja bangun. Semalam adalah malam penghormatan terakhir untuk nenek dan itu cukup membuatku sedikit terpuruk. Hari-hari belakangan ini begitu berat untukku"

"Oh sayang, kau tahu, sampai sekarang aku masih belum bisa memaafkan diriku karena tidak berada di sisimu untuk melalui masa-masa itu. Sebenarnya aku agak kecewa Shin Hye-ya karena kau tidak berusaha mengabariku detik saat itu terjadi. Seandainya kau melakukan itu, aku pasti sudah bersamamu sekarang"

Ya, aku tahu. Alih-alih mengabari Donghae, aku malah lari di pelukan Kyuhyun. Kadang aku berpikir, seandainya aku mengabarinya saat itu, Donghae lah yang akan menemaniku berduka untuk nenek. Kejadian beberapa hari ini bersama Kyuhyun mustahil akan terjadi.

Tapi apakah jauh dalam diriku menginginkan hal demikian terjadi?

"Mianhae sekali lagi oppa, saat itu pikirankau kacau. Aku tidak bisa memikirkan apa-apa. Aku sangat terpukul"
Balasku pelan berharap dia mengerti dan menerima penjelasanku.

Aku mendengar Donghae menghela nafas sebentar.

"Semuanya akan baik-baik saja sayangku. Aku janji. Saat aku tiba di sana, kau tidak akan bersedih lagi

Apa yang akan dia rasakan kalau aku mengatakan bahwa sebenarnya hatiku perlahan-lahan sudah membaik dari duka kehilangan nenek? Bahwa selama ini Cho Kyuhyunlah yang telah membantuku melalui semuanya. Memberi ucapan perpisahan pada nenek untuk terakhir kalinya dan memelukku erat saat menangisinya. Air mataku sudah mengering sekarang. Aku yakin Tuhan sudah memberikan tempat yang nyaman dan indah untuknya di surga sana.

The Heart ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang