Chapter 2

486 45 15
                                    

Sudah sangat lama rasanya, Rena membesarkan Jurina sendiri. Kini, gadis itu sudah menginjak usia 15 tahun. Anak yang sangat aktif dalam bidang olahraga. Selalu mendapatkan peringkat pertama di kelas dan menjuarai berbagai bidang olahraga. Seperti basket, voli dan lari. Dia sangat terkenal di sekolahnya.
Rena berjualan kue untuk membiayai hidup mereka. Apalagi, Annin juga sudah menikah dan memiliki seorang anak bernama Yuria. Berbeda 7 tahun dengan Jurina. Walau begitu, Annin tetap memperhatikan Jurina. Apalagi, Jurina tumbuh tanpa sang Ayah di sampingnya.
Jurina kerap sekali bertanya tentang keberadaan Papa kandungnya. Tapi, Rena selalu berusaha menahan tangisnya. Karena itu hanya mengingatkan masa lalunya yang begitu menyakitkan.
Seperti sekarang ini, Rena sangat sedih karena Jurina tidak mau berhenti menanyakan di mana keberadaan Papanya. Dan mau tidak mau, ia menjelaskan masa lalunya pada Jurina. Jurina berhak tahu masa lalunya seperti apa.

“Apa? Jadi, Papa mengkhianati Mama?”

Rena mengangguk. Ia menangis sambil berusaha menahan rasa sakit di dadanya.

“Ketika Mama tahu kamu berusia satu bulan dalam kandungan Mama, Mama ingin memberitahukannya pada Papamu. Tapi, dia seolah menjauhi Mama! Satu bulan kemudian, ketika kamu berusia dua bulan di kandungan Mama, Mama akhirnya tahu kenapa Papa selalu bersifat dingin dengan Mama! Karena Papa telah menemukan pengganti Mama! Dan selama itu pula, Papa selalu berbohong pada Mama! Mama kecewa pada Papa dan akhirnya Mama tidak memberitahukan tentang kamu yang ada di kandungan Mama! Mama terlanjur kecewa dengan Papa, Sayang! Apa yang Mama lakukan ini salah, nak?”

Jurina menangis dan menggeleng. Ia memeluk sang Ibu dengan erat. Sekarang, Jurina mengerti kondisi kedua orang tuanya. Apalagi, dia sudah kelas 1 SMA. Dia bisa menjaga dirinya.

“Mama tidak salah! Maafkan Jurina karena telah membangkitkan luka lama Mama!”
“Apalagi Papa menikah dengan sahabat Mama sendiri, Sayang!”
“Apa?!

Rena hanya menangis. Ia sudah tidak sanggup lagi untuk membicarakannya dengan Jurina. Hatinya sangat sakit. Ia benar-benar begitu lemah.

“Papa jahat! Jurina benci Papa! Mulai sekarang, Jurina tidak akan menanyakan tentang Papa lagi! Jurina tidak mau Mama menangis lagi!”
“Walau bagaimana pun dia tetap Papa Jurina!”
“Ada Mama saja itu sudah cukup untuk Jurina! Jurina kecewa pada Papa! Setelah membuat Mama kehilangan mahkota Mama, Papa tidak mau bertanggung jawab! Papa sangat jahat!”
“Sekarang hanya Jurina yang Mama miliki! Mama tidak mau kehilangan Jurina!”
“Jurina juga tidak mau kehilangan Mama!”

***

Jurina selalu memperhatikan temannya yang di antar jemput oleh Papa mereka di sekolah. Walau awalnya cemburu dengan keakraban anak dan Papa, kini Jurina sudah tidak tertarik dengan hal itu lagi. Jurina sudah kebal dengan semua itu dan tidak mau mengingat Papanya lagi.

“Jurina!”

Ia menoleh, ketika ada seorang yang memanggil namanya. Ia tersenyum melihat temannya yang datang kepadanya.

“Aku cemburu padamu, Jurina!”
“Eh? Kenapa?”
“Kau selalu bisa ada di peringkat atas! Aku selalu mencoba sepertimu, tapi aku tetap berada di lima belas besar!”

tiba-tiba temannya yang bernama Sakura itu mengeluh. Jurina hanya terkekeh mendengar keluhan Sakura.
Sakura memang sering mengeluh tentang prestasinya. Terkadang juga, Jurina akan memberi saran pada temannya itu. Mereka bersahabat sudah lama. Sejak mereka berada di bangku SMP.

Tiba-tiba saja, ketika mereka hendak ke kelas. Mereka melihat seorang anak yang duduk di kursi roda. Anak itu tengah di ganggu oleh kedua anak nakal yang sering menjahili bocah malang itu.

“Itu Miyuki, kan?”
“Iya! Anak kepala yayasan di sekolah kita! Ternyata Miru dan Komi tidak mau berhenti mengganggu Miyuki! Bagaimana jika kedua orang tua Miyuki tahu? Mereka bisa di keluarkan dari sekolah!”
“Iya! Kau benar, Jurina!” Sakura mengangguk tanda setuju dengan ucapan Jurina.
“Kita bantu Miyuki saja, ya?”

My Story (WMatsui and JuriMayu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang