2. Vin?

39 8 9
                                    

"Anak kelas X, Namanya Irana Syifanha." Jelas Rifki. Pernyataan Rifki membuat Kevan membeku ditempat, bukan hanya Kevan, Vian yang sedari tadi menguping pun tidak kalah terkejut dengan pernyataan Rifki.

"YANG BENER LO?!" Teriakkan Kevan, memancing kemarahan Pak Jarwo yang sedang menjelaskan didepan kelas.

"KEVAN! Keluar kamu!" Kevan hanya bisa menuruti apa yang dikatakan Pak Jarwo, jika tidak bisa berbahaya.

***

Kantin sudah mulai penuh. Rana dkk, bingung mencari tempat untuk makan. Tidak sengaja Rana melihat wajah yang familiar dimatanya. Tolong katakan pada Rana bahwa itu hanyalah khayalannya, Rana mengucek pelan matanya. Nyata. Itu nyata. Itu adalah Rifki.

Disisi lain Vian yang sedang melahap makanan didepannya pun, melihat keberadaan Rifki.

'Jangan sampai Rana kesini.' Vian membatin. Ternyata terlambat, Rana sudah ada dipintu masuk kantin. Dan Vian melihat sangat jelas, arah mata Rana. Ia melihat kearah Rifki.

Vian beranjak dari tempatnya, ia menghampiri dimana Rana berada. Lalu menarik tangan Rana keluar dari kantin.

"Lo! Apa-apaan sih?!"

"Jangan kekantin."

"Kenapa?"

Skakmat. Dan sekarang Vian kebingungan harus menjawab apa. Tidak mungkin berkata yang sebenarnya.

"Makanan dikantin ngga sehat!" Jawaban itu keluar sendiri dari mulut Vian.

"Kata siapa? Gue udah biasa kok makan dikantin, ngga ada apa-apa, udahlah gue laper mau makan." Vian hanya bisa meratapi kepergian Rana. Vian menyusul Rana menuju kantin.

Sesampainya dikantin Rana dan Vian berselisihan dengan Rifki. Rifki dan Rana seketika terdiam, berbeda dengan Vian yang mengalihkan pandangannya.

"L..lo, ngapain disini?"

"Gue nyari lo."

"Ngapain nyari gue."

"Gue pengen kita kaya dulu lagi." Jawaban Rifki membuat Rana teringat kenangannya dulu dengan Rifki.

Rana tertawa hambar. "Pengen kaya dulu lagi? Ngga ngerasa ya lo? Dulu saat gue selalu jadi bahan bully-an Nita dkk, lo kemana? Gue tanya?! Lo kemana?!" Akhirnya Rana bisa mengatakan itu semua. Vian pun kembali memfokuskan perhatiannya pada Rana dan Rifki.

"Maaf," lirik Rifki "gue dipaksa ikut orangtua ke Singapura, Kantor Bokap bikin cabang disana, maaf gue ngga sempet ngasih tau lo."

"Itu kejadian sudah lama, jadi lupain aja." Ucap Rana lalu pergi menuju dimana teman-temannya berada.

Melihat kepergian Rana, Rifki ingin mengejar, tapi cekalan erat ditangannya membuatnya terhenti. "Apaan sih?!"

"Kalo Rana ngga mau ya udah! Ngga usah dipaksa!"

"Terserah gue dong! Rana tuh pacar gue, ngapa lo yang ribet!?" Terjadi percekcokan antara Rifki dan Vian. Rana tidak ingin ikut campur, walau pun itu terjadi karena dia, karena dia tidak ingin dipanggil ke ruang BP.

Diba yang melihat kejadian itu pun mulai risih, karena keributan yang diciptakan Rifki juga Vian. "Ran, pisahin gih, berisik mereka tuh."

"Males gue," ucap Rana, lalu bangkit ingin memesan. Diba dan Nada sudah memesan sejak tadi, bahkan makanan mereka tinggal beberapa suap lagi.

Tiba-tiba Jennie datang bersama teman-temannya, ia terkejut melihat apa yang dilakukan Vian dan Rifki. "Woiii?! Udah pada bubar! Ngga usah berisik bisa ngga?!"

Fake LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang