Vian membanting tasnya diatas meja belajar, aroma khas dari kamarnya membuat hatinya sedikit tenang. Ia masih binggung dengan jalan pikiran Rana, dikantin ia lebih memilih Vian, sedangkan diajak pulang ia memilih Rifki. Masa iya Rana itu playgirl? Tapi tidak mungkin, terlihat dari wajah Rana. Rana memiliki wajah yang lugu, jika ditanya bagaimana Rana? Cantik. Iya Rana itu cantik, memiliki rambut panjang yang selalu ia urai ketika sekolah, poni khas dora menghiasi dahinya, bulu mata lentik, bola mata yang indah, hidung mancung, berperawakan tidak terlalu rendah, dan yaaaa! Intinya Rana cantik.
Dering ponsel Vian membuat Vian yang tadinya berbaring lalu bangkit dan mengambil ponselnya yang masih berada didalam tas.
Sasa
Vi! Jemput donggg! Sasa pengen tinggal bareng dan sekolah, disekolahnya Vian aja ya? Boleh ya? Ya? Ya?
Lo dimana?
Sasa lagi dibandara ini. Sasa bosan tinggal di Jerman, ngga seru, ngga ada Vian sihhh:(
Gue kesana!
Sipsip Ok.
***
Vian mencari sosok Sasa, ia tidak menemukannya. Baru saja ingin menelpon, tepukan dipundaknya membuatnya menoleh. Benar dugaannya, dibelakangnya berdiri seorang gadis remaja dengan senyum khasnya.
"Ayo! Sasa capek!"
Diperjalanan hanya ada keheningan Jika Vian sibuk memfokuskan diri pada jalanan, Sasa berbeda. Sasa bedecak kagum pada kota kelahirannya ini, ia rindu kemacetan di Jakarta, sudah lama ia tinggal di Jerman bersama orang tuanya, sekarang ia bisa kembali lagi.
"Lo mau tinggal dimana?" Vian memecah ke heningan.
"Sama Vian boleh?" Tanya Sasa polos. Vian tahu sebenarnya Sasa tidak sepolos ini. Vian menggeleng tegas, hal itu membuat Sasa tertunduk lemas.
"Trus Sasa tinggal dimana?"
"Sementara sama Vian aja ya? Ntar Sasa cari tau dimana apartemen Papa yang di Jakarta." Senyum Sasa mengembang ketika melihat Vian mengangguk.
"Ntar daftarin Sasa disekolah Vian ya!"
"Iyaaaaaa."
Sebenarnya Sasa berbohong, ia sudah berada di Jakarta beberapa hari yang lalu, tapi demi Vian ia kembali kebandara dan membawa kopernya. Seakan-akan ia benar-benar baru saja datang dari Jerman. Karena hanya dengan cara seperti inilah ia dapat bertemu lagi dengan Vian.
***
Besoknya saat Vian sudah siap ingin berangkat ke sekolah, tiba-tiba Sasa datang dengan seragam, tunggu, bukannya itu seragam sekolahnya?
"Lo ngapain?"
"Sekolah lah! Sekalian daftar, Sasa ntar bosen kalau dirumah terus!" ucap Sasa dengan penuh semangat. Pasalnya ia lama tidak pergi ke sekolah bersama Vian.
Vian hanya bisa pasrah jika menghadapi Sasa. Sasa itu orang yang keras kepala, apa yang ia inginkan harus dikabulkan. Ia juga anak yang cukup manja, pasalnya ia adalah anak satu-satunya.
"Cepet naik!" Sasa mengangguk dan tersenyum manis. Vian akui, Sasa memang cantik, bukan hanya cantik dia juga manis dan imut. Wajah cantiknya dipadukan dengan rambut sebahu berwarna hitam pekat dan mata yang berwarna coklat. Tapi, tetap saja Rana yang ada dihati Vian. Entah bagaimana dengan posisi Vian dihati Rana.
"Udah, ayo." Vian menyalakan motornya dan bergegas ke sekolah sebelum terlambat.
***
Baru saja melangkahkan kakinya disekolah, Seseorang yang bersama Vian kini menjadi topik pembicaraan siswa siswi SMA Bakti Jakarta. Sudah dibilang, Sasa itu memang cantik dan penuh pesona. Tidak jarang orang-orang menatapnya tanpa berkedip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love
Teen FictionCerita ini mengisahkan tentang kisah percintaan anak remaja pada umumnya. Hidup Rana yang sunyi, sirna begitu saja ketika datangnya Vian dalam hidupnya. Mereka dekat, sebagai teman. Dahulu Rana selalu sendiri, namun kini ada Vian yang setia menemani...