Bulu Mata dan Kerinduan
Aku masih terpaku dengan bulu mataku sendiri, aku meletakkannya fi atas telapak tangan. Aku apakan ini. Tidak peduli siapa, bulu mata terjatuh sudah pasti ada yang sedang merindukanku. Kenapa aku tidak menjadi seorang yang skeptis saja, aku terbawa oleh kepercayaan ini. Siapa yang sedang merindukanku? Aku tidak pernah lagi mengenal seseorang hingga batas kerinduan. Bagiku rindu bukan sewajarnya rasa yang boleh atau tidak ada dalam hati seseorang. Apa aku terlalu membatu?
Rindu hanya ilusi. Bukan sebuah hal yang malaikat sengaja meletakkannya di dalam hati. Rindu adalah bahasa astral. Dibuat-buat oleh khayalan masa lalu.
Ah! Bulu mata ini mengapa harus jatuh?
Dia menghancurkan mentalku. Bukan aku yang sedang rindu, tapi mengapa aku yang resah? Ini perasaan satu tahun lalu. Aku merasakan perasaan aneh setengah mati. Dadaku ngilu, sesak, jantungku seperti lepas dari tempatnya.
Aku beranomali di siang hari seperti ini, hampir saja aku memasang kembali satu helai bulu mataku tadi. Jika bisa.
Apa yang alam inginkan dariku sebenarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Yang Memesan Takdir
De TodoPertama mengenal W.Sanavero di kota kecil penuh kenangan. Pare Kediri Jawa Timur Dan saat tahu jika dia melahirkan satu buku berisi kumpulan puisi. Ternyata tak salah resensi banyak manusia. Memang salah sebuah buku yang benar-benar menggetarkan p...