oke.

40 0 0
                                    

"Nda, kalau gua suka sama lu, boleh ga?"

Ucapan konyol itu keluar dari mulut sahabat gua sendiri yang bernama Rauf Abdurrachman.

Jujur, gua saat ini gatau mau ketawa atau kaget.

Kalo boleh milih gua sih pengennya ketawa.

Tapi hati gua ga bisa ikut ketawa...

"Manda, Rauf! Tiketnya gimana?"

Bara datang disaat yang tepat. Alhamdulillah gua lolos.

"Iya, iya! Rame nih antreannya," kata gua.

Rauf ga bilang apa-apa. Penasaran, gua liat mukanya. Tenang coy.

Daripada gua jadi kaku sama dia, gua diemin aja dah tuh anak.

"Silakan Kak," Mbak loket menyambut gua dan Rauf.

"Insidious 3 ya Mbak," kata gua. Si Rauf masih adem-anyem aja.

"Oke, jam berapa Kak?"

"Jam 3.15 Mbak," kata gua sembari melihat jadwal bioskop.

"Untuk dua orang?"

"Bukan, lima--"

"Iya benar, dua orang ya Mbak." Tiba-tiba si Rauf nyaut.

"Udah gile lu? Ngapain lu minta dua tiket?" Si Rauf kenapa sih daritadi.

"Gua pengen ngelanjutin kalimat gua yang tadi." Rauf melihat ke arah gua dengan tatapan serius.

"Lu gak mikirin yang lain? Ntar mereka nonton apa? Topeng monyet?"

"Lu kira si Bara daritadi nungguin kita?"

Hah?

Gua langsung nengok ke tempat tadi Bara, Laura dan Kak Dewa berdiri. Bener aja, mereka gak ada. Apes.

Ternyata gua ga bisa lolos.

"Rauf, lu gausah repot-repot gini. Langsung aja to the point."

"Ga bisa Nda."

Gua diem. Jujur gua capek. Yaudah pasrah aja.

"Jadi gimana, Kak?" Mbak tadi kasian nungguin kita berdua gini.

"Dua tiket ya."

"Silakan pilih tempat duduknya."

Gua ngintip ke layar. Eh buset udah penuh woi. Ya Allah lindungilah hamba..

"Seat row C ya Mbak," Rauf nunjuk ke layar.

Wait.. itu nomor 9, kan? Agak pojok???

"Rauf lu mau ngapain duduk dipojok? Minta ditemenin valak?"

"Terserah gua, lu gua tanyain daritadi diem."

Pantesan.

"Oke, Insidious 3 jam 3.15 seat number 9, row C. Dua tiket."

Si Mbak langsung menyerahkan dua tiket. Ya aku mah apa, Si Rauf yang ngatur semuanya.

"Neng jalan napa," Rauf menegur gua. Reflek, gua langsung jalan cepet ninggalin Rauf.

"Woi jangan ditinggalin juga!" Teriak Rauf.

↔↔↔↔

Sesampainya di teater, gua langsung menuju tempat duduk gua. Bodo amat Rauf mau nyariin gua apa kagak, gak peduli gua. Udah salting ngeliat dia.

Gua langsung duduk dan mempersiapkan posisi PW.

Sepuluh menit kemudian, gua baru sadar. Ini gua bener gak sih masuk teaternya?

hate & love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang