"Ibrahim, lekas kau habiskan sarapanmu, nenek akan mengantarkanmu sekolah di hari pertama ini."
Hari pertama aku masuk Sekolah Dasar, di antarkan oleh Nenek, aku bersekolah di sebuah Sekolah Dasar Negri yang tidak jauh dari tempat tinggal kami.
Senang rasanya pergi untuk pertama kalinya ke sekolah, tidak seperti anak anak lainnya, aku tidak pernah mengecap Taman Kanak Kanak.
"Nek, beruntung mereka pergi sekolah diantarkan Ayah dan Ibunya ke sekolah di hari pertama."
Mendengar ucapan yang aku ucapkan Nenek mengelus pundakku dan berucap, "Kau juga harus bersyukur karena Nenek masih ada mengantarmu, banyak anak anak yang nasibnya tidak seberuntung kau, mereka tidak memiliki keluarga dan dititipkan di panti asuhan."
Hari pertama masuk sekolah, Nenek menungguku hingga jam pulang sekolah tiba, aku pun bercerita mengenai pengalaman pertama di kelas kepada Nenek.
Aku bercerita bahwa ada temanku yang menangis karena Orang Tuanya harus menunggunya diluar kelas, ada juga temanku yang buang air kecil dan besar di kelas, dan temanku yang suka mengganggu teman sekelas.
Nenek hanya tertawa mendengar celotehanku, sambil berjalan Nenek mendengarkan segala celotehku mengenai pengalaman pertamaku di sekolah.
Setibanya dirumah aku menggantung pakaian sekolah agar bisa digunakan keesokan harinya.
Nenek terus mengantarkanku ke sekolah selama tiga hari berturut turut, hingga aku meminta kepada Nenek agar tidak lagi mengantarkan aku sekolah, karena Nenek harus membuka dan menjaga kedai di rumah.
Nenek mengkwatirkan perjalananku kesekolah yang harus menyebrangi jalan raya untuk menuju ke sekolah.
Akupun seorang bocah mencoba meyakinkan Nenek bahwa aku akan menunggu temanku yang lainnya bersama Orang Tua mereka menyebrangi jalan dan pergi ke sekolah.
Hari berganti hari, bulan berlalu Tahun silih berganti, selama aku sekolah tidak satupun kendala berarti yang aku alami, hal ini pula yang menjadikan Nenek menyekolahkanku di Sekolah Dasar Negri, dikarenakan biaya yang tidak membutuhkan uang yang banyak.
Walaupun memiliki dua setelan baju sekolah, aku tidak pernah mengeluh, sepatu sekolahku termasuk awet, begitupula tas sekolahku, aku tidak meminta perlengkapan sekolah baru setiap berganti tahun pelajaran, seperti teman teman sekolahku.
Aku merasa jika masih bisa aku gunakan kenapa harus diganti, sadar akan keadaan ekonomi keluarga yang tidak berlebih juga membuat aku tidak banyak meminta.
Keseharianku akau habiskan dengan pergi ke sekolah, dan membantu Nenek sepulang sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah dari Ibu Guru di sekolah tidur, terua berulang setiap harinya.
Bermain, termasuk aktifitas yang kurang aku gemari, aku tidak begitu suka bermain dengan teman teman sebayaku yang ada di sekitar rumahku.
Teman teman sebayaku selalu mengejek diriku, dan menjadikan aku bahan tertawaan mereka.
Namun aku sebagai seorang bocah tidak menaruh dendam kepada teman temanku, menghabiskan waktu dirumah belajar dan bermain dengan Nenekku atau menghabiskan waktu menonto kartun kesukaanku adalah keseharianku.
Prestasi akademik yang aku peroleh cukup membanggakan Nenek, masuk dalam 5 besar selalu akau raih.
Hingga saat aku berada di kelas enam, aku mendapatkan juara kelas dan sekolah di semester pertama, dan menjadi juara umum dalam Olimpiade IPA yang diselenggarakan Kecamatan tempat aku tinggal.
Banyak teman teman sebayaku yang kehidupannya lebih baik dariku cemburu dengan prestasi yang aku raih.
Salah satu dari teman sebayaku, bahkan mengolok diriku dengan mengatakan, mengapa seorang anak yang makan seadanya bisa lebib pintar dari dirinya yang selalu makan makanan bergizi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kau Dan Mereka
PertualanganKisah sebuah perjalanan seorang Pria yang menjalani hidup dengan penuh perjuangan, tanpa pernah mengenal lelah. Kisah Cinta menjadi warna warni dalam kehidupannya, yang membawa menuju sebuah pertarungan sesungguhnya dalam episode kehidupan. Bukan te...