04. Tumbang

246 34 7
                                    

"Tidak butuh waktu lama hingga bertahun-tahun untuk menjadi sahabat, karena satu menit pun bisa menjadi sahabat karena ketulusan."

🌵🌵🌵

Rayn masih di sana, berdiam diri menatap pohon mangga di hadapannya dan berpikir keras bagaimana cara mengambil buah mangga tanpa memanjatnya hingga dia tak menyadari bahwa ada seseorang yang sedari tadi memerhatikannya.

Orang itu berjalan pelan menuju Rayn, menepuk sebelah bahunya hingga membuat Rayn terkejut akan kedatangnnya yang tiba-tiba.

"Lo lagi ngapain?"

Rayn menoleh ke belakang dengan mengelus dada kirinya pelan merasakan jantungnya yang berdetak terlalu cepat karena terkejut. Rayn menghela napas, mencoba menormalkan detak jantungnya yang berdetak tak wajar. Terlalu cepat dari batas normal yang seharusnya.

Sejenak Rayn masih sibuk menenangkan jantungnya tanpa menjawab pertanyaan dari seseorang yang berdiri di hadapannya dengan tatapan heran. "Mangga," Rayn bergumam pelan, namun masih terdengar jelas dalam telinga Harry--seseorang yang sedari tadi memerhatikan Rayn--meski Rayn berkata amat pelan.

"Ha?" Harry menatap Rayn bingung, lantas mendongakkan kepala pada pohon mangga di hadapannya kemudian kembali memandang Rayn, "maksudnya?"

Rayn melirik Harry sekilas, memerhatikan pemuda itu dari atas hingga bawah dan menyadari bahwa Harry juga merupakan salah satu murid baru sama seperti dirinya terbukti dengan atribut MOS yang hampir sama dengannya melekat pada cowok itu.

Rayn mendongak menatap buah mangga yang bergantungan tepat di atas kepalanya namun cukup jauh untuk dia raih jika hanya dengan tangan kosong dan tanpa memanjatnya. "Gue mau ngambil mangga," Rayn kembali melirik pada Harry lantas menggaruk kepalanya yang tak gatal untuk menghilangkan rasa malu dan canggung pada dirinya, "tapi gue bahkan nggak bisa memanjatnya."

Keheningan tercipta beberapa detik setelahnya. Rayn sibuk memikirkan bagaimana cara mengambil buah mangga itu juga menghilangkan perasaan malu pada dirinya, sementara Harry hanya melirik-lirik Rayn, memerhatikan segala gerak-gerik pemuda di hadapannya termasuk melihat bagaimana kerutan yang tercetak jelas di dahi Rayn. Hingga tiba-tiba suara  tawa seseorang terdengar, Rayn melirik Harry dan melihat dengan jelas bagaimana pemuda itu yang tertawa begitu kencang.

"Lo ... haha," Rayn mengerut bingung kala Harry menunjuk dirinya, "lo nggak bisa manjat?"

Rayn hanya mengangguk kaku, sementara Harry semakin tertawa begitu kencang. Dia kenapa sih?

"Seharusnya cowok itu bisa manjat."

Ucapan itu tentu saja membuat Rayn mendengkus kasar, "Tapi nggak semua cowok harus bisa manjat," balas Rayn begitu cepat.

"Memang," Harry mengangguk, berusaha menghentikan tawa yang susah payah ditahannya, "tapi menurut gue cowok keren itu harus bisa manjat, terutama manjat pagar sekolah." Dan Rayn kembali mendengkus kesal.

Harry mengusap dagunya, melirik Rayn yang terlihat kesal akan ucapannya, "Gini aja, gue bantu lo buat ngambil mangga itu, dan lo harus bantuin gue nyari semut."

"Semut? Buat apa?"

Kali ini bergantian Harry yang mendengkus, "Gue dihukum sama senior cantik tapi sayangnya terlalu disiplin dan cerewet, kalau nggak salah namanya Reina Azzahra," Rayn yang tadinya tak terlalu peduli akan ucapan Harry, kini balik menatap cowok itu, "dan lo tahu apa hukuman gue? Nyari tujuh puluh tujuh semut dalam waktu tujuh belas menit, gila nggak tuh!"

Sejujurnya Rayn ingin sekali tertawa mendengar hukuman aneh sekaligus tak wajar yang didapat oleh Harry, tetapi mengingat jika dirinya juga mendapatkan hukuman yang hampir serupa meski berbeda jenis dari gadis yang sama seketika juga membuatnya kesal.

KAKTUS [Kisah Kita] #WYSCWPDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang