Tujuh

141 13 3
                                    

"Hore! Akhirnya dibukain juga, sudah lima hari ya gak ketemu aku?"

DEG!

Aku menggigit bibir bawahku. Lagi-lagi senyuman mengerikan itu yang kulihat. Semua tampak nyata, ingatanku kembali pada masa-masa itu. Rasanya ingin menjerit tapi kuurungkan.

BRAK! "Hosh... Hosh... " kudobrak pintu ruang tamuku, tak peduli seberapa keras tetangga yang membicarakanku. Setelah itu, kuintip dari lubang pintu. Tak ada siapa-siapa, mungkin dia sudah pergi. Aku berlari menuju kamar dan kukunci pintunya.

Aku kembali menatap jendela kamarku. Tampak gorden berwarna biru muda menutupi jendela. Sengaja memang, supaya aku tak lagi melihat rumah itu. Sebenarnya sudah sejak lama aku meminta untuk pindah rumah, tapi Kak Lona terus menolak. Ya mungkin itu keputusan yang tepat, karena rumah ini juga warisan dari kakek.

Aku mengambil novel di almari buku, cuman ini memang cara agar aku bisa tenang. Ya, membaca novel. Walaupun hampir sepuluh kali membacanya, aku tak pernah bosan. Aku membawanya ke kasur, dan kubaca.

Tok... Tok....

Sebuah suara mengetuk pintu kamar. Aku hanya diam memastikan bahwa suara itu hanya halusinasi. Tok... Tok...  Sekarang aku benar-benar mengerti. Pasti hantu sialan itu sengaja membuatku takut dan membukakan pintu untuknya. Padahal kan tembus juga bisa. Aku terus membaca novel, tak menghiraukan ketukan itu.

Sreeettt......

Mataku membulat besar. Sebuah tangan dengan kulit pucat, kuku hitam panjang, juga berlumuran darah, merambat ke halaman novelku. Aku memberanikan diri untuk mencari di mana asal tangan itu. Ketika mataku masih menjelajah dan terus menatap depan, samar-samar aku merasakan kehadiran sosok di sampingku. Aku tak berani menoleh. Dan bergegas menutup mataku, aku berharap dia segera pergi.

Setelah beberapa detik aku menutup mata, aku membuka mataku dan melirik sekitar. "Fiuuh... Sudah hilang" gumamku lega. Rasanya di rumah ini tak ada tempat yang paling nyaman. Selalu saja ada hantu di mana-mana.

..........

Drrrt.... Drrrt....

Segera kuambil ponselku yang ada di nakas. Tertera sebuah nama di layar ponsel,  Kak Lona.

"Halo, kak?"

"Halo dek, kakak mau pulang lusa. Kamu ada acara? "

"Loh, bukannya masih 1 bulan lagi ya?"

"Iya, tapi karena waktunya dipercepat. Jadi hari ini juga kakak sudah selesai bertugas"

"Oh.... Nggak ada acara"

"Yaudah kalo gitu, jaga diri sampai kakak pulang"

"Iya"

Telepon ditutup.

Drrrt... Drrrttt....

Baru saja melangkah, ponselku berbunyi lagi. Kupikir Kak Lona, tapi ternyata bukan. Kulihat hanya sebuah deretan nomor yang tak kukenal, tapi yasudahlah kuangkat saja.

"Halo? Dengan siapa?"

"...."

"Halo?"

"Gue tunggu di depan rumah"

"Hah? Siapa ya?"

Telepon ditutup.

Rasa penasaranku mulai membara, siapa yang datang? Kulihat jam dinding, pukul 7 malam. Aku membuka pintu kamar dan pergi ke ruang tamu. Kubuka gorden ruang tamu sedikit, seorang laki-laki yang mungkin seumuran denganku, berdiri di pagar rumahku sambil memainkan ponselnya. Sejauh ini aku tak pernah berhubungan dekat dengan siswa di sekolah, hanya sebatas teman sekelas. Lalu siapa itu?

—————————

Hayyy aku update lagi

Jangan lupa vote dan commentnya ya...

Tenkyuu

This Day [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang