Sembilan

126 9 1
                                    

DEG!

Jihan

Seketika suasana berubah, angin yang tadinya begitu kencang kini kembali normal. Jendela kamar juga tidak lagi terbanting, namun masih terbuka lebar. Pintu kamar juga terbuka sedikit, membiarkan cahaya dari luar masuk. Suara orang berjalan itu juga sudah hilang.

Aku menggeser tombol hijau itu, namun mendiamkannya.

"........."

"Hahahaha.... Diangkat juga tuh" aku tahu ini bukan suara Jihan tapi suara makhluk sialan itu.

"Heh! Ternyata hantu bisa punya ponsel juga ya?" sindirku.

"Nggak ada gunanya lo benci sama gue"

"Udahlah gak usah banyak omong, tujuan lo apa?"

"Gak, gue cuman mau basa-basi"

"Gak waras!"

Thhuut...
Aku menutup telepon.

Aku beranjak menutup jendela. Namun pandanganku terlempar pada sekumpulan anak kecil yang sedang bermain di halaman rumah kosong itu. "Gila ya, gak takut apa gimana sih tu anak-anak. Gue aja yang dari sini udah ngeri" gumamku. Namun hal itu membuatku tertarik untuk menemui mereka dan menyuruh bermain di tempat lain.

Segera kutup jendelanya, tak lupa menutup tirainya. Setelah itu, aku turun ke bawah menggunakan jaket.

Kemudian aku menghampiri mereka. Tepat saat aku melangkah ke arah rumah itu, anehnya anak-anak kecil itu sudah tiada.

GREB!

Spontan aku menoleh ke belakang. Wajahku mulai pucat, kulitku juga mulai gemetar dan dingin. "Sheila?" gumamku dengan nada sedikit tinggi. Pertanyaanku tak dijawab tapi....
Dia mencekikku!

"L-Lepasin!" teriakku.

"Hah? Percuma!"

"Kenapa sih lo selalu gangguin gue!?"

"Masih tanya? Tujuan utama gue itu lo!" seru Jihan. Aku masih bingung.

Cekikan itu makin kuat dan membuatku semakin lemas.

"Lepas!" aku yakin itu bukan suaraku. Aku melirik ke arah suara, "Jihan?"

"Heyyo kawanku" ujar Jihan dengan senyumannya yang khas.

Rasanya air mataku ingin menetes melihat sosoknya, tapi kutahan.

Tiba-tiba Sheila melepaskan cekikannya. Aku berusaha lari ke arah Jihan.

"Kenapa sih lo gangguin sahabat gue mulu? Belum puas lo ngebunuh gue hah?!" kata-kata itu sungguh membuatku semakin merasa bersalah. "Inget ya, yang ngebunuh lo itu gak cuman gue. Tapi sahabat lo sendiri" bentak Sheila. "Gue gak peduli!" seru Jihan balik.

"Nia, lo cepet cari cowok itu! Dia ada di kompleks ini, nomer rumahnya nomer 2. Cepet!" pintah Jihan yang membuatku terkejut. Aku hanya gelagapan dan langsung mencari rumah itu. Mungkin yang dimaksud.. Renza?

Aku berlari secepat mungkin. Tak lama aku sampai di depan rumah itu.

Dok! Dok! Dok!

Aku mengetuk pintu dengan keras, tak peduli jika orang yang ada di dalam merasa terusik.

Cklek.....

"Apa?"

—————————————

Haiiii aku update lagi nih

Jangan lupa vote dan commentnya ya...

Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin..

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H bagi yang menjalankan...

Terimakasih

This Day [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang