Tiga

184 17 2
                                    

"Lo Lenia kan?"

"Eh, iya" spontan aku berdiri dan mendongak.

"Loh lo kan-"

"Iya gue siswi yang tadi, oh iya kenalin nama gue Sheila" ujar siswi itu sembari menjulurkan 5 jemari kanannya.

"Lenia, emang lo ada perlu apa?"
Sheila langsung duduk di bangku yang aku tempati, aku pun ikut duduk.

"Ini, lo dateng ke acara ultah gue ya. Oh iya temen lo yang satu itu udah gue undang kok jadi lo gak perlu ngajak dia. Lo langsung dateng ke alamat ini ya" tunjuk Sheila pada sebuah kertas undangan. Aku hanya mengangguk.

"Gue harap lo bisa datang, kalo gitu gue balik dulu ya" pamit Sheila dan langsung pergi.

Aku membaca tulisan di kertas undangan itu, mataku membulat besar ketika membaca alamat rumah itu. Ini kan, rumah kosong sebelah rumah gue. Batinku.

.........

"Nia!" seru Jihan dengan melambai-lambaikan tangannya. Aku hanya tersenyum simpul lalu menghampiri meja Jihan. "Lo mau ngomong apa?" tanyaku dan duduk di sebelah Jihan. "Lo diundang gak ke ultahnya siswi itu?", oh Sheila. "Iya gue diundang, lo?" tanyaku balik. Jihan hanya mengangguk. Setelah itu kami larut dalam pembicaraan soal ultah Sheila yang diadakan 2 hari lagi.

BRAK!!

Sontak aku dan Jihan menoleh ke sumber suara. "Temen-temen!  Di gudang ada siswi bunuh diri!!" suara lantang itu mampu membuat seluruh siswa gaduh termasuk aku dan Jihan. Dalam sekejap semua siswa sudah berlarian menuju gudang belakang sekolah. Aku yang sangat penasaran ikut berlari menuju gudang.

Di sana sudah ada beberapa polisi, reporter dan petugas rumah sakit dengan mobil ambulancenya. Semua siswa berkerumun di luar gudang. Para guru ikut diwawancarai oleh reporter. "Yah kita telat Ni" keluh Jihan yang hanya bisa melihat punggung para siswa. Akhirnya kami menyerah dan kembali ke kelas.

"Gila, siapa ya yang berani bunuh diri? Emang rasanya gimana sih?", "hush!" sahutku setelah mendengar pertanyaan Jihan yang penasaran bagaimana rasanya bunuh diri. "Habisnya banyak orang diluar sana yang pengen bunuh diri" elak Jihan masih teguh dengan pendiriannya. Aku hanya diam saja.

........

Kring!!!

Seperti rutinitas sehari-hari, ketika bel pulang para siswa akan berhamburan keluar kelas. Sebenarnya lingkungan sekolah saat ini sedikit kacau akibat tragedi bunuh diri siswi itu. Para polisi masih sibuk mengumpulkan bukti mulai dari para guru hingga teman sekelasnya.

"Psst...  Gue denger itu Sheila kan?  Dia kan siswi bermasalah, mungkin karena itu dia bunuh diri" ucapan seorang murid yang tak sengaja kudengar itu membuatku terkejut. Tapi aku masih tidak percaya, bukannya dia baru saja mengundangku ke acara ultahnya? Aku yang masih terperangah tanpa sadar menghampiri murid itu. "Permisi, emang kalian tahu darimana kalau itu Sheila? Dan kalo boleh tahu, dia bunuh diri sekitar jam berapa ya?" tanyaku panjang lebar. "Iya, gue tadi denger ucapan polisi kalo siswi itu namanya Sheila anak kelas ipa 1,kalo waktu bunuh dirinya sih sekitaran jam delapan pagi setelah upacara" DEG!, "oh oke thanks ya" aku segera berjalan meninggalkan 2 murid yang masih membahas soal siswi itu.

Jihan yang melihatku langsung menghampiriku. "Lo darimana aja sih, gue cariin ke mana-mana nggak ada" tanya Jihan. Aku hanya diam saja, masih belum percaya dengan kejadian itu. "Oh iya, lo udah tahu nama siswi yang bunuh diri itu?" tanya Jihan lagi. Pertanyaan itu membuyarkan lamunanku.

"Iya, gue tahu"
"Siapa?"
"Sheila, anak kelas sebelah"

————————

Seperti biasa, jangan lupa vote dan commentnya ya

This Day [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang