7

387 47 8
                                    

Perlu waktu cukup lama bagi pasukan Presiden Korea Selatan untuk tiba di negara asal mereka setelah melaksanakan misi. Donghae dan Jiyong diberikan kesempatan untuk langsung pergi ketempat dimana para wanita tercinta berada. Langkah cepat yang terkesan seperti berlari membuat gaduh koridor rumah sakit. Bahkan beberapa suster sempat menegur kedua pria tampan itu.

Keadaan berantakan yang tak sempat keduanya rapihkan sama sekali tak mambuat Donghae maupun Jiyong menunda waktu untuk menemui sang istri dan sang buah hati.

Disaat pintu pertama dibuka Donghae terlihat di sana. Nafasnya memburu dengan mata yang berlarian kesana kemari mencari sosok cantik Yoona.

Bibirnya membentuk sebuah kurva senyuman ketika sosok Yoona-nya terlihat tengah asyik menyusui sang buah hati. Saking asyik bahkan wanita itu tak memperdulikan kedatangannya

"Yoong."

Disisi lain, pintu kedua terbuka. Jiyong bisa langsung melihat sosok tubuh mungil Taeyeon yang sedang memangku sang buah hati dengan membelakanginya.

Langkah kaki perlahan membawa Jiyong menghampiri wanita cantik itu.

"Taeng.."


****


Yoona sama sekali tidak menyangka bahwa pria itu akan datang dan berdiri di hadapannya sekarang. Tersenyum, memandang dengan kedua mata teduh itu. Benar-benar membuncah rasa rindunya. "Oppa..."

Donghae tersenyum. Kemudian dia melangkah mendekati Yoona, tanpa permisi pria itu mencium lembut kening sang istri. "Aku pulang."

Yoona terkekeh dengan air mata yang bablas jatuh mengalir dikedua belah pipi. "Selamat datang."

Taeyeon menoleh, memandang terkejut kearah depan. Dia mengenal suara ini, walaupun dia membelakangi pria itu tapi suaranya tak pernah Taeyeon lupakan.

"Jiyong-ah."

Jiyong tersenyum, merasa senang jika Taeyeon masih mengingat suaranya dengan baik. Pria itu mengeratkan dekapannya dari arah belakang. Semakin menelusupkan wajah ke salah satu ceruk leher sang tercinta.

"Aku pulang."

Taeyeon tersenyum. Dia melepaskan dekapan Jiyong dengan begitu mudah lalu kemudian tubuh mungilnya berbalik. "Selamat datang Daddy."


****


"Dia mirip dengan mu Yoong." Donghae memperhatikan putranya dengan penuh sayang. Pipinya yang tembam di elus-elus begitu lembut membuat bayi itu mengeliat senang dalam tidurnya.

"Tidak Oppa, dia mempunyai mata mu. Kau akan melihatnya nanti. Dan aku sangat menyukai itu."

"Benarkah? Ah aku jadi ingin membangunkannya." Yoona kembali terkekeh.

"Dia baru saja tidur, jangan ganggu dia."

Donghae tersenyum "Jadi siapa namanya?"

"Jeno." Fokusnya beralih, Donghae mamandang penuh ketikdakpercayaan pada Yoona yang justru tengah menunjukan senyuman manisnya. "Aku tahu kau sangat menyukainya."

"Terima kasih Yoong. Aku mencintai mu."

"Aku juga mencintai mu Oppa. Jangan pergi lagi nde."

"Aku punya berita baik untuk mu.."

"Hem Mwoya?"

"Aku akan memberitahukan mu nanti."


****


"Hai jagoan Daddy."

Jiyong terlihat begitu senang. Binar wajahnya amat menunjukan kebahagiaan yang membuncah. Jari-jari besar itu menyentuh lembut wajah kecil sang putra. "Bukankah dia sangat mirip dengan ku?" Taeyeon terkekeh.

"Kau menyadarinya hu?"

"Hahaha jadi benar?"

"Nde, dia sangat mirip dengan mu Oppa, mata dan hidung, bahkan sampai pipinya. Lihat!" Taeyeon menunjukan dengan sedikir kesal wajah sang anak yang seperti copy-an Jiyong. Pria itu tertawa puas. "Tapi dia mempunyai bibir mungil mu."

"Yeah setidaknya ada diri ku yang menyangkut padanya."

"Hahaha.." Sungguh Jiyong tak bisa menahan tawa ketika Taeyeon mengucapkan kalimat konyol mengenai fisik sang anak. Bahkan bayi mungil yang berada didalam pangkuan Taeyeon pun ikut tersenyum, merasakan dengan baik kebahagiaan yang menguar dari dalam diri kedua orang tuanya.


****


Menurut Jiyong cinta itu bagaikan sebuah cahaya. Dia dapat menyelematkannya dari suasana pekat gelapnya keterpurukan.

Menurut Donghae cinta itu bagaikan sebuah keajaiban. Dia dapat menyelamatkannya dari keabu-abuan yang membelenggu kebahagiannya.

Dan mereka mendeskripsikan cinta itu seperti apa yang ada di dalam diri Taeyeon dan Yoona.

Jiyong menyukai Taeyeon karena dia mencintainya. Dan Jiyong mencintai Taeyeon karena dia adalah sang cahaya. Pun dengan Donghae yang menyukai Yoona karena dia mencintai wanita itu. Dan Donghae mencintai Yoona karena dia adalah sang keajaiban.

"JINJA? Jadi kita benar-benar sudah berdamai?" Tanya Taeyeon dan Yoona berbarengan.

Sebuah anggukan dari Jiyong dan Donghae menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut. "Jangan terlalu kencang, kalian bisa membangukan anak-anak." Ujar Donghae setelahnya yang membuat Yoona dan Taeyeon terdiam patuh.

"Tapi, bagaimana bisa?"

"Cerita ini akan sangat panjang. Kalian benar-benar ingin mendengarkannya?"

Lagi-lagi dengan kompak Taeyeon dan Yoona mengangguk. Memberikan sebuah jawaban atas pertanyaan yang di ajukan oleh Jiyong.


"Jadi...."

Begitulah akhirnya.

Ternyata takdir tidak buruk bukan? Ah atau apakah ini karena keajaiban sedang berpihak pada mereka? Entahlah, untuk masalah ini, mungkin hanya tuhan yang tahu. Kurasa keajaiban memang ada, namun dia ada tentu karena harapan berperan banyak. Dan sebuah harapan muncul karena keingan untuk terus melangkah maju, keinginan untuk melangkah maju di sebabkan karena satu objek. Dan dia adalah seseorang yang kau cintai.

Lagi-lagi kita kembali pada cinta.


(END)


.

.


Finaly. Tamat juga. Lunas satu hutang ku YEAY. I know, ending ini tdk seperti ekpetasi, maapkeuunn.. Soo aku ga berharap banyak, semoga suka yaah. Seeyu di cerita ku selanjutnya. 

AbandonedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang